Jurnal yang berjudul Tingkat Polusi Udara dari Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor berdasarkan Volume Lalu Lintas oleh Gustina Fitri
tersebut meneliti tentang peningkatan jumlah keandaraan bermotor yang berbading
lurus dengan meningkatnya polusi udara akibat emisi gas buang kendaraan
bermotor itu sendiri. Adapun polusi udara yang dihasilkan pada persimpangan
bersinyal lebih banyak dibandingkan dengan polusi udara yang dihasilkan pada
persimpangan tak bersinyal. Untuk itu penulis mencoba meneliti besarnya emisi
gas buang kendaraan bermotor pada simpang empat bersinyal kota Lhokseumawe
berdasarkan faktor emisi IPCC 1996 dan membandingkan besarnya emisi gas buang
pada simpang empat bersinyal kota Lhokseumawe dengan baku mutu udara ambien
nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Sebagai dasar terhadap penelitian, penulis
melampirkan tinjauan pustaka yaitu berupa penyebab polusi udara menurut
Harsanto (1993) yaitu dari segi berdasarkan penyebabnya dan dari segi
meteorologi sumber pencemar udara. Selain itu penulis juga melampirkan jenis
pencemaran udara menurut Soedomo (2001) yaitu meliputi semua parameter kualitas
udara. Penulis juga melampirkan konsumsi energy spesifik untuk tiap jenis
kendaraan.
Penulis melakukan penelitian di simpang empat
bersinyal kota Lhokseumawe yang mempunyai empat lengan persimpangan. Pada
lengan bagian utara merupakan jalan Darussalam, pada lengan bagian selatan
merupakan jalan Panglateh, pada lengan bagian barat merupakan jalan Merdeka
Barat dan pada lengan bagian timur merupakan jalan Merdeka Timur. Penelitiannya
dilakukan dengan pengambilan dua tahap data primer dan data sekunder. Pertama
yaitu pengambilan data arus lalu lintas pada persimpangan dengan mengamati
langsung tiap-tiap jenis kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar dengan
interval waktu tiap 15 menit, 12 jam, dan pada tanggal 31 Mei 2008 serta 2 Juni
2008 oleh sepuluh orang yang melakukan survey. Selanjutnya dilakukan pengambilan
data kecepatan sesaat pada jarak tempuh 100m pada dua lengan persimpangan yaitu
pada jalan merdeka barat dan jalan merdeka timur serta pengambilan data waktu
tempuh dilakukan pada saat jam bebas (random) tetapi masih dalam jangka waktu
12 jam menggunakan stopwatch dan meteran. Sedangkan data sekunder berupa peta
jaringan jalan, factor emisi dari IPCC tentang data konsumsi energy spesifik
untuk tiap jenis kendaraan bermotor.
Dari data primer dan sekunder yang ada maka
diketahuilah kecepatan rata-rata dari masing-masing jenis kendaraan dan dapat
pula diketahui nilai NOx dan CO nya dengan mengalikan nilai konsumsi
energy spesifik dari tiap kendaraan bermotor dengan factor emisi dari NOx
dan CO. Data hasil penelitian dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1. Kecepatan Rata-rata dan factor Emisi NOx
dan CO yang Diperoleh
No.
|
Jenis Kendaraan
|
Kecepatan rata-rata (liter/jam)
|
Nilai NOX (gr/jam)
|
Nilai CO (gr/jam)
|
1
|
Mobil penumpang bensin
|
3,4545
|
73,75
|
1598,15
|
2
|
Mobil
penumpang solar
|
2,9888
|
35,45
|
35,45
|
3
|
Sepeda motor
|
0,9470
|
6,74
|
404,29
|
4
|
Becak
mesin
|
0,7488
|
5,33
|
319,77
|
5
|
Mikrolet
|
3,4545
|
73,75
|
1598,15
|
6
|
Bus
kecil
|
3,1125
|
123,04
|
49,21
|
7
|
Bus sedang
|
2,8479
|
112,58
|
45,03
|
8
|
Bus
besar
|
3,0807
|
121,78
|
108,97
|
9
|
Truk kecil
|
1,9407
|
58,32
|
58,32
|
10
|
Truk
besar
|
2,886
|
114,08
|
102,66
|
Tabel 2. Nilai Emisi dari NOx dan CO
dalam satuan gr/m3
Lengan
Persimpangan
|
Sabtu
(31/05/08)
|
Senin
(02/06/08)
|
||
Total CO
(mg/m3)
|
Total NOx
(mg/m3)
|
Total CO
(mg/m3)
|
Total NOx
(mg/m3)
|
|
Jl. Merdeka Barat
|
78,06
|
123,97
|
109,29
|
155,21
|
Jl.
Merdeka Timur
|
32,61
|
78,53
|
52,87
|
98,59
|
Jl.
Darussalam
|
30,20
|
76,12
|
35,84
|
81,76
|
Jl.
Panglateh
|
8,11
|
54,03
|
11,35
|
57,27
|
Tabel 3. Perbandingan NOx dan CO dengan
Baku Mutu Nasional
Lengan
Persimpangan
|
Sabtu
(31/05/08)
|
Senin
(02/06/08)
|
Baku
Mutu Udara
Ambien
Nasional
|
|||
Total
CO (mg/m3)
|
Total
NOx (mg/m3)
|
Total
CO (mg/m3)
|
Total
NOx (mg/m3)
|
Total
CO (mg/m3)
|
Total
NOx (mg/m3)
|
|
Jl. Merdeka Barat
|
78,06
|
123,97
|
109,29
|
155,21
|
30,00
|
400,00
|
Jl.
Merdeka Timur
|
32,61
|
78,53
|
52,87
|
98,59
|
30,00
|
400,00
|
Jl.
Darussalam
|
30,2
|
76,12
|
35,84
|
81,76
|
30,00
|
400,00
|
Jl.
Panglateh
|
8,11
|
54,03
|
11,35
|
57,27
|
30,00
|
400,00
|
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa polusi
udara yang paling besar terjadi adalah pada Jalan Merdeka Barat pada hari Senin
pada waktu sore hari NOx sebesar 56081,55 gr/jam dan CO sebesar 1656776,93
gr/jam. Sedangkan yang paling rendah terjadi pada hari Sabtu Jalan Panglateh
pada waktu siang hari NOx sebesar 3707,83 gr/jam dan CO sebesar 136650,99
gr/jam. Adapun nilai emisi NOx dan CO pada simpang empat bersinyal kota
Lhokseumawe maka dapat dilihat bahwa polutan NOx pada hari sabtu dan senin
belum melampaui baku mutu udara ambient nasional berdasarkan Peraturan
Pemerintah, tetapi untuk polutan CO hanya pada Jalan Panglateh saja yang belum
melewati baku mutu tersebut sementara pada jalan yang lain sudah melewati baku
mutu udara ambien nasional yaitu pada hari Sabtu sebesar 8,11 mg/m3 dan pada
hari Senin 11,35 mg/m3.
Penulis
berharap agar surveyor melakukan pendataan volume lalu lintas dilakukan selama 24 jam sehari selama 7 hari untuk
mendapatkan lalu lintas Harian Rata- rata (LHR) yang lebih
Akurat. Selain itu perlu juga penelitian
tersendiri terhadap seluruh faktor- faktor yang berpengaruh dari faktor
tersebut untuk menemukan data sekunder faktor emisi dan konsumsi energi spesifik dapat dilakukan
sehingga sesuai dengan karakteristik kota Lhokseumawe.
No comments:
Post a Comment