Tuesday, April 13, 2021

Malaikat Kecilku; Umar Hamdan

Hai blog, saya mau menceritakan hal yang sudah sangat lama ingin kuabadikan namun selalu saja tertunda. Memang memulai itu sulit kan yah hehe. Bahkan sebelum saya sempat memulai cerita ini, kisahnya sudah berakhir. Tapi insyaAllah tidak akan kulupakan. Tahun 2020 lalu, tepatnya bulan Maret saya menikah dengan seorang pria. Bukan pria yang sering kucurhatkan diblog ini. Dia yang terbaik, sehingga tidak perlu kuceritakan disini hehe. Setelah menikah, tidak seperti pasangan lainnya kami tidak terburu-buru untuk memiliki keturunan (seperti pasangan lain). Saya sih mau, namun My Friend (panggilan sayang kami) masih menunda agar kita bisa puasa pertama bersama katanya. Jadinya kami berkencan lagi setelah menikah . Setelah Idul Fitri pertama kami sebagai suami istri, kami mulai program kehamilan. Namun ternyata tidak semudah itu, perlu ikhtiar dan yang terpenting adalah doa. Bulan pertama promil, kami santai saja seperti biasa. Saya mulai mengunduh aplikasi penghitung masa subur dan dengan pengetahuan seadanya karena kami cukup malu bertanya kepada orang terdekat sekalipun. Karena itu kami hanya mencari ilmu di Google tentang ini dan itu. Meskipun hasilnya masih negatif. Namun kami tidak patah semangat. Salah satu penyemangat kami adalah Kobe. Kobe si bayik yang sering kami tonton di instagram karena lucu dan jago memasak. Kami ingin memiliki anak yang lucu, menggemaskan dan pintar seperti Kobe. Bahkan hampir tiap hari dan tiap waktu saya merengek manja kepada my friend, "my friend mau Kobe". Dengan sabar dia menjawab " iyaa, nanti kita punya". Bulan kedua promil, kami mulai memutuskan untuk lebih memperhatikan kesehatan masing-masing. Karena berat badan saya saat itu mencapai 69 kg, maka saya diet. Begitu juga dengan my friend, harus menjaga makanannya. Saat proses ini kami sangat ketat. Menghindari fast food, makan buah dan sayur. Selain itu saya rutin mengkonsumsi asam folat, sedangkan my friend mengkonsusmsi vitamin E. Namun hasilnya masih negatif. Lagi-lagi kami tidak putus asa. Kami terus saja belajar tentang ikhtiar program hamil. Bulan ketiga promil, kami berusaha lebih keras lagi. Saat itu berat badan saya mencapai 66 kg dan kami masih mengatur pola makan yang sehat serta rutin minum multivitamin. Saran dari teman saya, katanya membaca Surah Maryam setiap hari bisa menjadi bentuk ikhtiar. Sehingga saat itu selain mengaji, saya pun rutin membaca Surah Maryam dan sesekali membaca artinya. Selain itu saya pun rutin melakukan sedekah jumat dengan harapan diberikan rejeki yang jauh lebih banyak, yaitu keturunan. Saat itu saya sedang ngebet-ngebetnya untuk hamil. Saya sampai menyetok testpack banyak dan mulai mengecek urine mulai seminggu setelah hubungan badan sampai akhirnya saya datang bulan. Yah negatif lagi. Dulu saya sangat senang jika datang bulan, dan tentunya cemas jika telat datang bulan. Namun saat promil, datang bulan sangat sangat tidak kuharapkan namun tanggalnya kunantikan. Bulan keempat promil, saya mulai harap-harap cemas. Saya takut ada sesuatu yang tidak normal diantara kami. Namun suami saya terus mengajak saya berhusnuzan, tetap berikhtiar dan berdoa. Selain ikhtiar kami bulan-bulan yang lalu, bulan ini kami mulai juga mengkonsumsi herbal. Yang konon kata teman suami saya cukup ampuh. Saya diam-diam membeli 2 kg buah zuriat di Facebook. Saat haid, saya mulai mengkonsumsi air rebusan buah zuriat tersebut. Awalnya kami mau mengkonsumsi herbal tersebut secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua kami. Namun buat teman-teman sekalian yang tau cara mengolah buah zuriat pasti kalau buah ini benar-benar tidak bisa disembunyikan, membelahnya saja butuh tenaga ekstra dan sangat berisik. Saat itu saya bahkan mematahkan pisau hingga akhirnya Bapak saya musti turun tangan. Kami meminum air rebusan zuriat tersebut sehari sekali, pada malam hari sebelum tidur. Buat saya dan suami saya yang cukup pilih-pilih makan minum cukup tersiksa dengan rebusan ini. Aromanya seperti teh namun cukup menyengat serta pekat. Namun kami memaksakan diri sebagai sebuah ikhtiar. Selain itu kami juga semakin membuka diri, kami mulai bertanya pada kerabat yang lebih paham. Kami bertanya kapan sebaiknya berhubungan badan, bagaimana cara tepat menghitung masa subur, bagaimana posisi hubungan badan yang baik, berapa kali frekuensi hubungan badan dalam seminggu dll. Sampai akhirnya saat itu saya mendownload aplikasi menghitung masa subur yang lain dan kami mulai mempraktekkan ajaran dari teman-teman kami. Saya semakin ngebet, hampir setiap hari saya melakukan tes urin. Bahkan saat tespack habis, saya pun mencoba tes urin alternatif menggunakan garam, gula dll. Namun hasilnya masih negatif. Hingga tiba hari dimana seharusnya saya datang bulan, 13 Oktober 2020 . Biasanya saya datang bulan pada pagi hari. Namun hari itu sampai siang hari saya masih belum keluar bercak sedikitpun. Sehingga ditengah jam kantor saya memutuskan untuk ke apotik membeli testpack dan melakukan tes urin di kamar mandi kantor. Hasilnya membingungkan,muncul garis kedua yang amat sangat samar. Tentu saja saya bahagia dan penuh harap. Keesokan harinya saya masih saja belum datang bulan dan kembali tes urin dengan hasil yang sama,garis dua namun sangat buram. Hingga saya akhirnya berkonsultasi dengan teman yang sudah berpengalaman. Responnya positif dan sangat bahagia, dia menyarankan saya untuk melakukan USG satu bulan kemudian untuk memastikan. Hari itu saya pulang kerumah dengan sangat bahagia dan lagi-lagi melakukan tes urin. Hasilnya 2 garis dengan garis yang sudah mulai jelas. Sayapun memberikan kabar bahagia kepada suami saya. Kami benar-benar bahagia. Hari yang kami nantikan akhirnya datang juga. Alhamdulillah. Perkara tes urin saja saya sangat bersemangat, apalagi USG. Akhirnya saya mengabaikan saran teman saya. Seminggu setelah tespack positif saya memutuskan untuk USG ditemani teman saya tersebut. Karena lemak perut yang cukup tebal akhirnya dilakukan USG transvaginal dan hasilnya benar saya positif hamil. Saat itu saya disarankan meminum asam folat. Hari-hari ku berlalu dengan sangat riang gembira dan indah. Akhirnya Allah menjawab doa kami. Setelah itu hal pertama yang kulakukan adalah mengganti sepatu sehari-hari menjadi separu flat. Tentu saja dibelikan oleh my friend yang selalu mendukung ku. Kami benar-benar menjaga kehamilan menuju bulan kedua saat itu. Oh ya, seorang ibu memang sangat sensitif dengan anaknya. Selain karena sensitif, mama saya memang sangat memperhatikan siklus haid saya karena memang beliau lah yang amat sangat meminta cucu. Mama tau saya hamil sebelum saya sampaikan dan tanpa menunjukkan gejala hamil sekalipun. Yah benar, saya hamil kebo. Tidak merasakan mual apalagi muntah, tidak pusing, tidak pilih-pilih makan (awalnya) dll. Bahkan nafsu makan saya sangat besar. Saya makan makanan yang sangat sehat, bekal dan kalaupun gofood memilih menu yang sehat. Oh yah saat itu saya sempat ngidam makan ubi jalar goreng dan jalangkote zazil yang di Maros hehe. My friend sampai kesusahan bermacet-macet ria ke Maros hanya untuk memenuhi keinginan ku. Meskipun akhirnya failed, dan ngidamku terpenuhi oleh ubi jalar goreng yang dibelikan mama di jalan menuju rumah nenek. Tiba saatnya kontrol bulan kedua. Semuanya normal,hanya saja plasenta saya menutupi jalan lahir namun dokter mengatakan bahwa plasenta masih bisa berpindah. Namun saya harus berhati-hati,tidak boleh kecapean, tidak boleh hubungan badan dll karena sangat berisiko perdarahan. Hari-hari menuju bulan ketiga berjalan lancar dan tentu saja saya ekstra hati-hati. Selain itu saya mengelola pikiran dan stres dengan baik. Untuk asupan saya rutin makan buah pisang dan air tahu, berharap nanti anak saya tinggi dan putih. Namun semuanya hanya beberapa waktu. Bahkan sampai saya menuliskan ini,saya masih saja eneg dengan air tahu. Selain itu saya juga sedang gemar-gemarnya makan mie. Hmmm memang dari dulu saya hobi nge-mie sih hehe. Namun demi janinku,saya menghindari konsumsi mie bumbu instant dan kuganti dengan mie kuah buatan sendiri. Sampai gejala kehamilan mulai muncul. Saya kehilangan nafsu makan bahkan bosan dengan mie sekalipin dan bingung mau makan apa. Saya cukup pilih-pilih makan. Saya sukanya hanya makan bakso,paru rica dan produk daging lainnya. Disaat drama ngidam tidak ingin makan apa-apa tersebut saya tetap konsumsi buah demi nutrisi janinku. Apalagi saat itu saya tidak bisa minum susu hamil, karena sangat eneg. Kontrol bulan ketiga. Saat itu saya masih saja deg-degan, takut mengalami kehamilan diluar kandungan lah, takut tidak ada detak jantung lah, pokoknya sangat parno. Karena itu saya masih saja merahasiakan kehamilan saya. Namun alhamdulillah lagi-lagi Allah memberikan karunia-Nya. Saya menikmati hari-hari sebagai seorang bumil dimana dalam satu tubuh ada dua detak jantung yang berdetak. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya makan tanpa khawatir gemuk, jajan tanpa takut miskin dan pulang cepat tanpa takut deadline. Semua demi janinku. Oh yah salah satu gejala hamil lain yang kurasakan adalah pegal seluruh badan, sehingga sepulang kantor saya harus selalu mengoleskan (or mandi?) freshcare keseluruh tubuh. Oh ya salah satu hal sosweet yang kurasakan adalah saya benar-benar dijaga oleh Bapak. Saat membonceng beliau benar-benar pelan, air bakal mandi pagi-sore ku disediakan, makanku dipantau dan bahkan saya mendaftarkan motor Bapak ke kantor agar saya tidak perlu berjalan jauh untuk masuk ke gedung kantor. Karena saya tidak mau kelelahan demi menjaga janinku. Apalagi perkara naik tangga,big no. Kecuali kalau tidak ada jalan lain,yah mau gak mau. Yah karena kudengar-dengar kehamilan masih sangat berisiko dibawah 20 minggu. Pokoknya saya sangat bersemangat, rajin membaca info perkembangan bayi maupun kiat-kiat buat ibu hamil di aplikasi kehamilan. Jikalau dulu saya sangat menantikan masa subur dan waktu tespack, saat itu saya hanya menantikan hari Rabu yang menandakan usia kandunganku bertambah seminggu dan semakin dekat waktu kontrol. Saking sayangnya, saya sangat bersemangat untuk kontrol dan melihat perkembangan janinku. Andaikan saya bisa USG sendiri, ku intip tiap hari kali wkwk. Tepat usia kandungan empat bulan, saya dan suami mendapat cobaan. Kami terinfeksi covid-19. Suami saya tertular dari Kepala Kantornya di Luwu Timur dan membawa virus tersebut ke rumah. Yah maklum, kami kan salah satu korban Long Distance Marriage. Ketemunya hanya seminggu sekali dan tiap bertemu yah sudahlah macam orang fall in love banget lah. Kencan, ngobrol ngalor ngidul, jalan mutar gak jelas atau bahkan hanya nobar bersama sambil pelukan di kamar hihi. Back to covid, saat itu kami di rawat diruangan terpisah karena suami saya memiliki gejala berat sedangkan alhamdulillah saya mengalami gejala ringan. Saat itu saya sempat cemas karena kata teman saya bisa saja berdampak pada janin. Namun dengan rasa percaya saya mengikuti saja instruksi DPJP obgyn dan internaku, saya mengkonsumsi antivirus dan obat lainnya selama kurang lebih dua minggu. Total obat yang saya konsumsi dalam sehari sekitar 15an tablet. Selama dirawat di ruang perawatan juga menjadi cobaan tersendiri buat saya. Yah pertama karena harap-harap cemas mama bapak ku di rumah aman gak yah, meskipun kami jarang berinteraksi tapi tetap takut saja. Selain itu gejala suami yang cukup berat, apalagi dia cukup parnoan dan manja. Belum lagi perihal makanan selama isolasi yang sangat monoton, dada ayam dan telur rebus. Saya dan suami sampe trauma dengan makanan itu. Alhamdulillah beruntung saya memiliki orang-orang baik disekitar yang banyak mendoakan dan memberi support. Setelah sembuh dari covid-19 saya baru tahu kalau ibu hamil tidak seharusnya mengkonsumsi antivirus, beruntungnya antivirus yang saya konsumsi golongan rendah namun tidak menutup kemungkinan adanya dampak kepada janin, itu yang selalu ditekankan DPJP kepada saya. Karena cukup khawatir saat itu saya minta tolong pada ex-teman sekamar saja yang juga bidan untuk mengukur DJJ dan alhamdulillah ada denyut jantung meskipun agak cepat, katanya hal tersebut normal untuk janin kecil. Seminggu kemudian saya kontrol dengan DPJP ogbyn dan hasilnya semuanya baik, hanya saja berat janin saya sedikit kurang dan plasenta masih saja menutupi jalan lahir. Saran dari orang-orang agak saya melakukan sujud yang lama saat sholat dan yah namanya juga usaha kan yah, tak lupa dibarengi doa. Ada juga kabar membahagiakan, janin saya berjenis kelamin laki-laki sesuai dengan harapanku. Karena saya adalah anak pertama, sangat sulit rasanya harus menjadi anak perempuan pertama yang setegar batu karang. Sehingga saya bercita-cita agar memiliki. anak pertama laki-laki, alhamdulillah Allah maha baik dan maha mengabulkan setiap doa ku. Post isolasi juga menjadi cobaan tersendiri buat saya. Saat itu saya benar-benar eneg dengan makanan ini dan itu,terutama yah tadi dada ayam dan telur. Namun karena mengejar target berat badan janin meski awalnya mual, akhirnya saya memaksakan diri untuk minum susu hamil, dua kali sehari dengan cara didinginkan dikulkas agar saya bersemangat untuk meminumnya. Bahkan saya minum susu dengan cara menarik, kadang dengan sereal ataupun jelly cincau. Selain itu setiap hari saya gofood/grabfood untuk makan siang ataupun seledar ngemil. Solaria lah,nasi padang lah, nasi uduklah dll. Pokoknya saya tidak memikirkan berapapun uang yang saya habiskan asalkan saya bisa makan demi menambah DJJ. Sekali makan saya bisa menghabiskan sampai 80rb. Memasuki bulan kelima saya mulai jajan ini dan itu. KFC lah, Mcd lah, Recheese lah dll. Pokoknya saya mulai mengabaikan makanan sehat dan mulai mengkonsumsi apapun untuk menaikkan BBJ. No bekal-bekal lagi, pilih menu di ojol aja bingung setengah mati apalagi buat sekedar masak buat bekal. Apalagi diusia kandungan tersebut saya sedang eneg-enegnya dengan sayur, bahkan sayur bening pun tercium amis olehku. Saya benar-benar hanya nafsu makan protein hewani seperti ayam goreng, paru, coto dll. Oh iya,karena ajaran teman beberapa kali sya juga makan eskrim minimarket agar BBJ naik serta sangat sering minum air es, harapanku BBJ naik melesat karena konon katanya kalau minum air es bayi nantinya besar hehe. Selain air es, yang sangat sangat sering saya minum kala itu adalah jus sirsak dan es jeruk. Saya benar-benar ketagihan dengan jus jeruk. Sampai-sampai saya membeli alat perasan dan jeruk peras sendiri sehingga bisa minum sepuasnya di rumah. Soalnya kalau pesan online berat di ongkir hihi. Oh iya di usia kandungan lima bulan saya sempat mengalami sedikit ketakutan, saat itu saya merasa gerakan janin saya berkurang. Beruntung saya bekerja di RS dan memiliki teman bidan yang baik, sehingga saja melakukan pemeriksaan DJJ. Saat itu DJJ sulit ditemukan, butuh waktu yang agak lama sampai akhirnya terdengar dengan lemah sehingga saran teman saya agar dilakukan intip USG oleh DPJP langsung. Saya menunggu DPJP yang saat itu sedang operasi. Dan setelah operasi, beruntung DPJP yang baik itu mau melakukan intip USG dan saat itu alhamdulillah hasilnya denyut jantung dan lainnya baik, hanya saja plasenta masih dibawah. Karena pemeriksaan dadakan tersebut akhirnya saya tidak melakukan kontrol rutin bulan kelima. Sebagai gantinya saya menjadi relawan pasien ibu hamil untuk pembuatan video promosi poli obgyn. Sebagai imbalan saya melakukan USG gratis oleh dokter obgyn senior. Tiba saatnya kontrol bulan keenam, siapa sangka itu adalah rabu indah terakhirku dikehamilan pertama. Saat itu semuanya normal, plasenta sudah berpindah tidak menutupi jalan lahir dan posisi janin yang selama ini sungsang kini kepalanya dibawah kanan. Namun lagi-lagi masalah BBJ menghantuiku. Saat itu berat janin 500 gr yang mana normalnya 650-750 gr, cukup jauh kata dokter. Karena itu saya mulai mencari tahu sebabnya. Saya bahkan sampai menghubungi kontak person susu kehamilan menanyakan apakah konsumsi susu hamil yang sudah didinginkan dikulkas tidak mengurangi nutrisi dari susu tersebut. Dan jawaban dari admin tersebut sangat mencengangkan, ternyata susu hamil sebaiknya diminum 2 jam setelah diseduh dalam keadaan hangat. Jauh berbeda dengan caraku minum susu dua bulan belakangan. Setelah curhat dan minta saran pada teman yang juga lagi hamil,maka saya mulai bernyetok susu kotak sebanyak mungkin dan saya minum susu 5 kali sehari (termasuk susu hamil yang tentunya kuminum selafi hangat) juga desertai cemilan tinggi kalori setiap dua jam. Saya bahkan membuat alarm untuk mengingatkan saya makan dan minum susu. Sehari setelah kontrol, yaitu 4 maret 2021 hari kamis saya cukup sibuk yah maklum saja saat itu awal bulan. Saya menyadari gerakan janin saya saat itu mulai berkurang dari biasanya. Namun saya berpikir, "oh mungkin dia gerak namjn saya yang gak ngeh dan gak catat". Keesokan harinya, saya jauh lebih sibuk lagi karena saat itu deadline laporan online. Saking sibuknya saya lupa sholat Dhuhur, for the forst time in my life saya lupa sholat karena kerjaan. Saat itu ba'da Ashar saya merasa perut saya bergemuruh. Kupikit, lapar kali yah dan saya makan cemilan sambil minum susu. Sesampainya saya dirumah, karena capek saya hanya tiduran dan main handphone dan lagi lagi saya kerja. Saat itu saya melakukan koreksi laporan mutu bidang bagian lain. Setelah itu barulah saya sadar kalau lupa menghitung gerakan janin hari itu dan sampai saya tertidur saya tidak merasakan gerak janin sama sekali. Dua hari setelah kontrol, 5 maret 2021 hari Sabtu suami saya datang setelah dua minggu baru pulang. Dia menemani saya untuk kontrol gigi hari itu. Saat perjalanan saya bercerita kelada suami saya kalau saya lupa. menghitung gerakan janin kemarin dan sampai ssaat itu belum merasakan tendangan apapun. Namun suami saya menenangkan kalau semuanya akan baik-baik saja. Saya sempat berpikir untuk mengujur DJJ ke VK namun takut merepotkan teman. Jadi saya menunda nanti sajalah, mungkin hari senin. Setelah kontrol gigi, kami singgah di Alfamart dekat kantor. Saya sangat ingin minum teh, sekali-kali gak papa kali yah. Setelah itu kami menuju rumah makan konro, karena kata DPJP ku protein bisa meningkatkan BBJ dengan cepat. Sepulang makan konro kami menuju mall ratu indah untuk membeli eskrim yang katanya dapat menaikkan BBJ dengan cepat, meskipun harganya cukup mahal menurutku. Tapi semuanya demi janinku. Karena selama hamil saya benar-benar tidak tahan duduk berlama-lama, maka kami pulang ke rumah. Dirumah seperti biasa kami nonton, ngobrol ngalur ngidul sampai suamiku ketiduran. Karena masih merasa cemas, saya begadang untuk memantau gerakan jagoan kami. Sampai jam 1 pagi anehnya saya masih tidak merasakan apapun, padahal biasanya janin sangat aktif bergerak dimalam hari. Saat itu juga kuhubungi teman bidanku dan dia menyarankan saya segera ke RS. Namun karena tidak ingin mencemaskan suami apalagi orang tuaku, saya akhirnya menunggu sampai pagi. Malam itu saya benar-benar sedih, saya diam-diam menangis ditengah kegelapan sambil sesekali memeluk suamiku. Saya terus dan terus saja menangis sampai saya ketiduran. Saat pagi hari minggu 7 maret 2021, sangat pagi sekitar pukul 7 saya dan suami bergegas ke RS untuk mengukur DJJ karena saya benar-benar tidak merasakan apapun. Karena takut orang tuaku cemas, maka saya berbohong ingin mengambil paket buah yang dikirim di RS. Saya dan suami berboncengan ke RS. Sesampai di sana saya masuk ke VK dengan keluhan yang sudah jelas. Saat itu saya sangat sedih namun masih penuh harap bahwa semua akan baik-baik saja. Saat bidan melakukan DJJ, sangat lama sampai dia mendapatkan denyut jantung yang sangat rendah yaitu 100-110. Saya berkali-kali menanyakan pada bidan "tapi denyutnya ada kan kak? yakin kak itu bukan bising usus?" dan bidan memberi respon sedikit positif "iya kak, ini DJJ bayinya tapi memang agak lemah. saya telepon DPJP dulu yah kak". Saya sangat bersyukur saat itu. Instruksi DPJP agar saya diobservasi dengan istirahat dan menggunakan oksigen sambil baring miring kiri. Selain itu darah saya diambil untuk diperiksa dan dilihat apakah saya perlu rawat inap atau tidak. Beberapa saat kemudian DPJP saya datang. Dia melakukan USG untuk memastikan kondisi janin saya. Dan disitulah mimpu burukku dimulai dan waktu terasa sangat cepat. DPJP ku kaget bukan kepalang dan sedikit membentakku "Dani!!! Ini air ketuban mu sudah tidak ada sama sekali, kemana dani? Harus di SC ini. Dek cepat siapkan SC cito cepat". Saya hanya bisa terdiam. DPJP ku menginterogasi dengan nada panik, "emang selama ini ada rembesan Dan? Masa sih air ketuban mu kering begini gak kerasa pas keluar. Gak mungkin ini Dan, pasti merembesnya udah lama ini Dan. Pernah jatuh gak? Hubungan badan? Kamu kerjaaa yaa? ". Saya hanya bisa menjawab lemah dengan perasaan yang sangat sangat sangat takut. DPJP menjelaskan kalau saya harus dilakukan SC cito untuk mengeluarkan bayi segera, namun kemungkinan bertahan hidup bayi sangat kecil karena usia prematur ditambah lagi beratnya dibawah normal. Saya semakin takut. Saking takutnya saya hanya terdiam dengan tatapan kosong dan pasrah. Tidak, saya tidak menangis sedikitpun. Suami sayapun sama, dia hanya terdiam disudut ruangan dengan tatapan kosong mendengar penjelasan dokter. Saya hanya memintanya untuk menghubungi orang tua saya secara baik-baik menjelaskan kondisi saat itu. Sambil persiapan operasi, dokter kembali memastikan kondisi janin. Dia memastikan DDJ janin, membandingkan dan memastikan DJJ berdasarkan USG dan hasil CTG. Dan hasilnya, dengan berat hati dia mengatakan "udah gak ada Dan, saya gak dapet denyut janinnya di USG dan DJJ manual. Yang tadi bidan dnegar itu nadi nya kamu dan". Saya makin terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Sedang suamiku dari kejauhan terdengar mengucapkan " innalillahi wainnailaihi rojiun". Dokter melakukan periksa dalam untuk mengecek pembukaan, namun sama sekali belum ada pembukaan. Selain itu dokter menemukan banyaknya lendir di vagina saya yang menandakan bahwa terjadi infeksi. Lagi-lagi saya hanya bisa terdiam. Tidak, saat itu saya tidak menangis. Dengan tegar saya meminta suami saya mengabarkan kepada mama dan bapakku bahwa calon buah hatiku sudah tidak ada. Saat itu pula dokter mengabarkan bahwa saya tidak perlu di SC dan akan diinduksi untuk melahirkan normal. Sambil menunggu, suamiku duduk disebelahku dan berkata "ingat nah, Ramdani tidak sendiri, adaka. Berduaki hadapi ini". Mendengar itu air mataku meledak. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya menangis didepan suami saya. Lebih tepatnya untuk pertama kalinya kami menangis bersama, sambil saling menggenggam tangan. Saat itu pula mama dan bapakku datang, dengan suara yang sangat sangat hangat mereka melontarkan kalimat hangat yang benar-benar diluar dugaanku "sabarko nak, sabar". Yang awalnya kupikir mereka akan marah dan menyalahkanku. Duniaku benar-benar runtuh hari itu. Saya kehilangan seseorang yang sangat kunantikan kehadirannya, sekaligus mengecewakan orang-orang yang paling ingin kubahagiakan yaitu suami dan orang tuaku, tepat dihari peringatan satu tahun pernikahanku. Hari-hariku di VK berlalu dengan perasaan yang sangat sedih namun tetap mencoba untuk kuat karena ditemani suami tercinta dan orang tuaku tersayang. Mereka benar-benar mengurus, merawat dan mensupport saya sepenuhnya. Mereka tidak menunjukkan penyesalan apalagi menyalahkan, tidak sama sekali. Saat itu mereka hanya benar-benar mengkhawatirkan kondisiku. Saya diinduksi di VK kurang lebih selama dua hari, persis seperti perkiraan DPJP. Beberapa obat minum dan total 17 obat yang dimasukkan dalam vaginaku secara bertahap setiap 2 jam. Yah, saya ingat persis jumlah obat yang dimasukkan ketimbang obat yang diminum. Karena obat yang dimasukkan lewat bawah benar-benar berkesan bahkan membuat saya trauma mendengar suara ketukan pintu oleh bidan. Saat itu saya benar-bernar bersyukur didampingi oleh seorang ibu, beliau satu-satunya yang mengerti rasa tidak nyaman dan rasa sakit yang kukeluhkan. Sambil menenangkan, mensupport dan mengajarkan doa, beliau juga sesekali mengelus-elus perutku yang mulai terasa sakit. Alhamdulillah saya juga memiliki suami yang setia menemani disebelah ku setiap saat dan juga bapak yang sangat-sangat mengkhawatirkan dan terus-terus menanyakan perasaan ku saat itu sambil sesekali mengelus dan mencium keningku. Hal lain yang sangat saya syukuri kala itu adalah dukungan dari teman-teman Hermina yang membuat tiga hari dua malamku di kamar bersalin berlalu tidak begitu meratapi cobaan tersebut, mereka silih berganti datang dan menyemangati kami. Tentu dengan sangat terasa, setelah tiga hari 2 malam tersebut kami silih berganti mendengar ibu partus lainnya, akhirnya 9 Maret 2021 pukul 08.00 pagi, anak pertama kami lahir. Yang sayangnya dalam keadaan hening. Saya hanya mengedan sekali, buah hatiku keluar dengan begitu tenang tanpa tangisan seperti bayi lainnya. Isak tangis malah terdengar dari orang disekitarku, termasuk suamiku. Suasana begitu hening, disela isak tangis kudengar orang-orang mendeskripsikan buah hati kami. "Oh laki-laki tawwa" "Weh arip mirip skali mukamu" "Panjangnya jari-jarinya, tinggi ini anak" "Putih tawwa" Kurang lebih itu yang kudengar dari orang lain tentang anakku. Ya saya tidak melihatnya sekalipun secara langsung. Saat itu saya benar-benar merasa bersalah tentang itu. Satu-satunya hal yang saya punya yaitu tiga lembar foto elektronik darinya. Dua foto saat dia berlumuran darah dan satunya lagi saat dia terbaring lemah diatas kain kafan. Juga enam bulan berharga saat kita bersama, interaksi yang hanya bisa kami berdua rasakan. Hari itu kami menjadi orang tua, namun sama sekali tidak bahagia. Tapi kami tau, itu sudah menjadi jalan takdir kami. Kami bersyukur sempat bersamanya meski sangat singkat. Anak tersayang kami hanyalah titipan, dia kembali kepada sang pemilik. Doa kami selama enam bulan terakhir insyAllah terkabul, memiliki anak sholeh dan menjadi pembuka pintu surga untuk kedua orang tuanya kelak (aamiin Yaa Rabb). Disaat masih terbaring lemah dan kebingungan, suami, bapak dan para sepupuku sibuk mengurus jenazah buah hati kami. Tak lupa saya ucapkan alhamdulillah Allah mengirimkan kerluarga yang selalu bisa diandalkan seperti mereka. Saat itu kami memutuskan untuk tetap memberikan nama kepada malaikat kecil kami. Umar Hamdan. Umar kami ambil dari nama sahabat Rasulullah yang artinya orang yang tertinggi/terbaik dan Hamdan yang artinya anak laki-laki yang terpuji. Kami berharap Umar Hamdan menjadi anak lelaki yang selalu melakukan hal baik, membawa kebaikan dan juga dikelilingi kebaikan. MasyaAllah doa kami pun terkabul (Aamiin Ya Rabb) Selain pemakaman islami, pemberian nama terbaik, kami juga tentu menjalankan kewajiban kami sebagai orang tua. Agar malaikat kecil kami tidak tergadai, kami menyembelih dua ekor kambing sesuai syariat islam untuknya. Semoga malaikat kecil kami berbahagia bersama Nabi Ibrahim sampai saatnya kami berjumpa lagi. Seari, dua hari. Seminggu, dua minggu. Sebulan, dua bulan. Sampai detik ini, tiada hari terlewat tanpa teringat Umarku sekalipun. Kami masih sering mengunjungi makam malaikat kecil kami. Walaupun sesampainya kami disana hanya bisa terdiam dan merenung. Dibawah batu nisan mungil tersebut terbaring malaikat kecil kami yang suatu hari nanti pun kami akan menyusulnya. Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kami. Melapangkan dada kami menerima segala ketetapan Nya. Meski tak dapat kami pungkiri, hari kami terkadang berat, menyedihkan dan begitu sunyi. Namun Allah maha baik, kami (aku dan my friend) masih bisa bersama, saling menemani dan menguatkan. Semoga saja Umar Hamdan kami menjadi syafaat dan menjadi pembuka pintu surga untuk kami yaa Allah.

No comments:

Post a Comment