Awalnya saya bangga menjadi bagian dari KALASI, tapi sekarang biasa saja. Pas jaman-jaman winslow, kita masih polos, berteman dengan siapa saja. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, KALASI berubah. Tidak satu lagi seperti awal kita ketemu. Saya tidak tau kapan mulai, tapi yang saya tau itu karena muncul kubuh-kubuh yang mendominasi di KALASI. Seperti ada kubuh dalam kubuh, atau seperti Majelis Permusyarawatan Kalasi. Maksudsaya, ada kubuh tertentu yang selalu memenangkan segala hal karena keeksisannya atau apalah dan mengatasnamakan KALASI tapi sebenarnya hanya sebagian kecil dari KALASI.
Seperti yang ada pada gambar diatas, hanya sebagian kecil yang menentukan akan bagaimana dan kemana KALASI nantinya sedangkan yang lain hanya menjadi penonton.
Misalnya saja pertengahan desember tahun lalu, ketika sebagian dari KALASI sudah menjadi Keluarga Mahasiswa Biasa. KALASI mengadakan rapat perdana untuk pemilihan ketua angkatan, saya menyempatkan diri untuk hadir meskipun saya sedang tidak begitu bersemangat karena sedang bertengkar dengan budiman dan juga sedikit bermasalah dengan absen mata kuliah biologi dasar. Tapi saya kecewa dengan rapat perdana KALASI. Teman-teman KALASI yang benar-benar sulit diatur, tidak menghargai moderator, dan asap rokok dimana-mana, itu KALASI yang sudah dikader ?Artinya kata kanda Ela, “pengkaderan KALASI itu gagal”,memang benar. Kalau memang yang membuat kekacauan di rapat perdana kita adalah Keluarga Mahasiswa Luar Biasa, okelah, setidaknya kitasebagai Keluarga Mahasiswa Biasa harus menjaga ketenangan dan member contoh yang baik pada KMLB. Itu hanya sebagian kecil dari kekecewaan saya. Yang membuat saya kecewa adalah pemilihan ketua angkatan kita yang tidak berdasarkan keputusan bersama. Yah memang sebagian besar teman-teman KALASI ada disana tapi yang saya tahu ketua angkatan kita sekarang tidak berdasarkan keputusan kita bersama. Jujur saya benar-benar tidak setuju dengan ketua KALASI. Karena saya tau bagaimana berada dibawah pimpinannya, so bad menurut saya.Tapi itulah, tetap saja dia yang terpilih sebagai ketua KALASI karena tidak ada lagi laki-laki yang mengajukan diri jadi ketua karena takut tidak dipilih. Mungkin tidak semua teman-teman KALASI tau tentang ini, tapi saya tau kalau dibalik itu semua ada kesepakatan dari kubuh yang bermarkas di ramsis untuk memilih si X untuk menjadi ketua dan tidak memilih yang lain. Tentu saja tidak ada yang mau mencalonkan diri menjadi ketua karena sudah dihantui perasaan “deh nanti ndag ada pilih ka, malu ku”. Oh iya, mari mengingat statement ketua KALASI saat resmi menjadi ketua. “saya hanya bias mempengaruhi teman-teman yang suka sama saya dan tentu saya tidak bias mempengaruhi teman-teman yang tidak suka sama saya”, hah ? itu statement yang sangat tidak bagus menurut saya dan lara. Ketua macam apa itu, dari pernyataannya itu dapat disimpulkan kalau dia hanya mampu memimpin orang-orang yang suka sama dia. Lalu, bagaimana dengan saya, lara dan teman-teman KALASI yang lain yang tidak suka sama si ketua itu ? Hal lain yang mendukung kalau si itu tidak pantas menjadi ketua KALASI adalah, sepulang rapat bukan kalimat “mantap ketua ta” yang saya dengar. tapi yang saya dengar hanya “akhirnya pulang juga”. Yah ampun, teman-teman kalasi ini bagaimana sih, ini untuk kita semua loh, sampai kita sarjana dialah yang akan memimpin kita, tapi teman-teman malah cuek.
Rapat tentang pemilihan wakil kita untuk menjadi MAPERWA serta rapat tentang INAGURASI kemarin saya abaikan karena saya sungguh tidak bersemangat sekarang. Tidak ada gunanya saya hadir karena saya tau kalau nantinya hasil keputusan hanya dari secretariat ramsis yang mendominasi KALASI itu. Oke teman-teman KALASI yang selalu mengatasnamakan kita satu, selamat berjuang. Saya tetap bagian dari KALASI dan akan membantu mensukseskan inagurasi kita. Tapi maaf, saya tidak merasa kalau kita itu satu, bagi saya dan lara itu bullshit. Dan maaf juga kalau saya menjadi bagian dari KALASI yang susah diatur, itu hanya karna ketua kita yang tidak mampu mempengaruhi saya karena saya tidak suka dengan ketua kita. Saya rasa jelas
No comments:
Post a Comment