Bahan pangan atau makanan disebut busuk atau
rusak jika sifat-sifatnya telah berubah sehingga tidak dapat diterima lagi
sebagai makanan. Kerusakan pangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, kerusakan karena serangga atau hewan
pengerat, aktivitas enzim pada tanaman atau hewan, reaksi kimia nomenzimatik,
kerusakan fisik misalnya karena pembekuan, hangus, pengeringan, tekanan, dan
lain-lain. Kerusakan atau kebusukan pangan juga merupakan mutu yang subyektif,
yaitu seseorang mungkin menyatakan suatu pangan sudah busuk atau rusak,
sedangkan orang lainnya menyatakan pangan tersebut belum rusak/busuk. Orang
yang sudah biasa mengkonsumsi makanan yang agak basi mungkin tidak merasa bahwa
makanan tersebut dari segi kesehatan mungkin sudah tidak layak untuk
dikonsumsi.
Gejala keracunan sering terjadi karena seseorang
mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya, termasuk
mikroorganisme, yang tidak dapat dideteksi langsung dengan indera manusia.
Bahan-bahan kimia berbahaya yang terdapat pada makanan sukar diketahui secara
langsung oleh orang yang akan mengkonsumsi makanan tersebut, sehingga
seringkali mengakibatkan keracunan. Mikroorganisme berbahaya yang terdapat di
dalam makanan kadang-kadang dapat dideteksi keberadaannya di dalam makanan jika
pertumbuhan mikroorganisme tertentu menyebabkan perubahan-perubahan pada
makanan, misalnya menimbulkan bau asam, bau busuk, dan lain-lain. Akan tetapi
tidak semua mikroorganisme menimbulkan perubahan yang mudah dideteksi secara
langsung oleh indera kita, sehingga kadang-kadang juga dapat menimbulkan gelala
sakit pada manusia jika tertelan dalam jumlah sangat kecil di dalam makanan.
Jumlah yang sangat kecil ini tidak mengakibatkan perubahan pada sifat-sifat
makanan.
Untuk itu dalam melakukan pembelian sudah
seharusnya seorang konsumen melakukan pembelian dengan memperhatikan kaleng
produk terutama dari segi visual. Selain itu dalam melakukan pembelian terutama
untuk makanan kaleng yang harus menjadi perhatian konsumen adalah keterangan
pada label kemasan serta bentuk kaleng yang tidak rusak/penyok. Kerusakan fisik
pada kaleng dapat mengakibatkan rusaknya isi yang ada di dalam kaleng. Namun
kebusukan tidak selalu dapat dideteksi dari penampakan wadah (tempatnya), sebab
tidak pasti terjadi perubahan bentuk. Secara sederhana, penilaian terhadap
produk dapat dilakukan dengan mengamati bentuk kaleng dan keterangan yang
termuat pada labelnya. Ciri-ciri umum bentuk yang bisa digunakan sebagai
indicator mutu makanan kalengan adalah:
1.
Kerusakan
Fisik
Kerusakan fisik dapat menyebabkan
makanan dalam kaleng tersebut terkontaminasi dengan kaleng ataupun udara.
Kerusakan fisik seperti :
a.
Kaleng Penyok
Kaleng penyok dapat
mengakibatkan lubang-lubang kecil sumber masuknya mikroba pembusuk. Penyoknya
kaleng bisa disebabkan oleh benturan mekanis akibat perlakuan kasar selama
proses pembuatan, penyimpanan, pengangkutan atau pemasaran.
b.
Kaleng Bocor
Bocornya kaleng disebabkan
oleh sambungan yang kurang tepat, penyolderan kurang sempurna atau tertusuk
oleh benda tajam. Kaleng yang bocor ditandai dengan tumbuhnya mikroba dan
timbulnya bau kurang sedap. Kaleng oval, umumnya lebih jarang mengalami
kebocoran dibandingkan dengan yang berbentuk silinder.
c.
Kaleng Berkarat
Kaleng yang berkarat dapat
mencerminkan bahwa produk tersebut telah lama diproduksi atau disimpan pada
tempat yang kurang tepat (lembab). Berdasarkan hasil dari ketujuh bauran
pemasaran di atas maka dapat disimpulkan strategi bauran pemasaran dengan menerapkan
creative
marketing mix dengan
menyelaraskan potensi perusahaan dengan kondisi pasar di lapangan sehingga
strategi, taktik dan nilai pemasaran yang telah dirumuskan dapat diterapkan.
d.
Kaleng Kembung
Penampakan kaleng yang kembung dapat
dibedakan atas beberapa jenis sebagai berikut:
Flipper,
yaitu kaleng terlihat nonnal, tetapi bila salah satu tutupnya ditekan dengan
jari, tutup lainnya akan menggembung.
Kembung
sebelah atau springer, yaitu salah satu tutup kaleng terlihat normal, sedangkan
tutup lainnya kembung. Tetapi jika bagian yang kembung ditekan akan masuk ke
dalam, sedangkan tutup lainnya yang tadinya normal akan menjadi kembung.
Kembung
lunak, yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak keras dan masih dapat
ditekan dengan ibu jari. Kembung keras, yaitu kedua tutup kaleng kembung dan
keras sehingga tidak dapat ditekan dengan ibu jari. Pada kerusakan yang sudah
lanjut dimana gas yang terbentuk sudah sangat banyak, kaleng dapat meledak
karena sambungan kaleng tidak dapat menahan tekanan gas dari dalam.
2.
Kerusakan
Kimia
Kerusakan kimia dapat berupa kerusakan
zat-zat gizi, atau penggunaan jenis wadah kaleng yang tidak sesuai untuk jenis
makanan tertentu sehingga terjadi reaksi kimia antara kaleng dengan makanan
didalarnnya. Beberapa kerusakan kimia yang sering terjadi pada makanan kaleng
misalnya kaleng menjadi kembung karena terbentuknya gas hidrogen, terbentuknya
warna hitam, pemudaran warna, atau terjadi pengaratan kaleng.
3.
Kerusakan
Mikrobiologi
Kerusakan mikrobiologi makanan kaleng
dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu kerusakan makanan tidak terbentuk gas
dan berbentuk gas. Kerusakan makanan kaleng yang tidak berbentuk gas biasanya
tetap terlihat normal yaitu tidak kembung. Beberapa contoh kerusakan semacam
ini adalah:
a. Busuk asam, yang disebabkan oleh
pembentukan asam oleh beberapa bakteri pembentuk Spora yang tergolong Bacillus.
Busuk sulfida, yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembentuk spora yang
memecah protein dan menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) sehingga makanan kaleng
menjadi busuk dan berwarna hitam karena reaksi antara sulfida dengan besi.
b.
Pembentukan
gas, terutama hidrogen (H2) dan karbon dioksida (CO2) sehingga kaleng menjadi
kembung, yaitu disebabkan oleh pertumbuhan berbagai spesies bakteri pembentuk
spora yang bersifat anaerobik yang tergolong Clostridium, termasuk C. botulinum
yang memproduksi racun yang sangat mematikan.
DAFTAR PUSTAKA
Saidah, Zumi. 2005. Kajian Ekuitas Ikan
Kaleng dan Implikasinya terhadap Bauran Pemasaran. (10 Oktober 2012)
Siagian, Albiner. 2002. Mikroba Patoge pada
Makanan dan Sumber Pencemarannya. (10 Oktober 2012)
Slamethardono. 2011. Kerusakan Bahan Pangan.
(10 Oktober 2012)
good,,, terimakasih infonya
ReplyDelete