BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang
dimaksud meliputi kegiatan perbaikan gizi, kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit menular maupun penyakit tidak menular dan
sebagainya (Depkes RI, 2004).
Indonesia merupakan kawasan
endemik berbagai penyakit menular, salah satunya adalah diare. Setiap tahun
rata-rata 100.000 anak meninggal dunia karena diare dan diare menjadi penyebab
kematian kedua terbesar setelah malnutrisi di Indonesia. Penyebab utama diare
yaitu kurangnya perilaku hidup bersih masyarakat dan sanitasi yang buruk
(Dinkes Jatim, 2006).
Dinegara maju diperkirakan
insiden sekitar 0,5-episode/orang/tahun sedangkan dinegara berkembang lebih
dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode
diare infeksi pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada
sekitar 4 miliar kasus diare infeksi setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta
pertahun (Umar Zeindkk,2004).
Di
Indonesia, hasil survei yang dilakukan oleh program, diperoleh angka kesakitan
Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka ini meningkat bila
dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per
1.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan laporan kabupaten/ kota pada tahun 2008
diperoleh angka kesakitan diare sebesar 27,97 per 1000 penduduk. Sedangkan
angka kesakitan diare pada tahun 2009 sebesar 27,25%. Jauh menurun jika
dibandingkan 12 tahun sebelumnya.
Pada
tahun 2010 dari hasil pengumpulan data profil kesehatan jumlah perkiraan kasus
diare sebesar 339.871 kasus yaitu 166.003 laki laki dan 173.868
perempuan, tertinggi masih tetap di kota Makassar 56.625 kasus dan terendah di
kabupaten Selayar sebesar 5.163 kasus, sedangkan yang ditangani sebesar
195.801 kasus (57,61%).
c. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis akan menguraikan tentang penyakit
diare sebagai salah satu masalah kesehatan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka pokok permasalahannya adalah :
1. Mengapa prevalensi diare tinggi pada
negara berkembang ?
2. Mengapa bayi dan balita lebih rentan
terhadap diare ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui sebab prevalensi diare tinggi
pada negara berkembang
2. Mengetahui sebab bayi dan balita lebih
rentan terhadap diare
3. Manfaat Penulisan
1.
Diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber
pengetahuan tentang diare sebagai penyakit menular.
2. Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah pemenuhan
tugas kelompok mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare
Diare (diarrheal
disease) berasal dari kata diarroia (bahasa yunani) yang berarti mengalir
terus. Diare adalah suatu keadaan kehilangan banyak cairan dan elektrolit
melalui tinja, sehingga terjadi perubahan konsistensi
tinja (lembek atau cair), hal ini disebabkan oleh hipersekresi ataupun gangguan
absorsi (mukosa rusak, area absorsi yang berkurang hiperosmolaritas dan
lain-lain). Diagnosis kerja diare akut secara epidemiologi di masyarakat,
berarti berak lembek cair samapi cair sebanyak kurang lebih tiga kali perhari.
Kepustakaan lain mendefinisikan meningkatkan jumlah total feses dalam satu
hari, umumnya ditandai dengan meningkatnya jumlah cairan dalam feses.
Diare pada bayi
dan anak, keadaan ini dapat diukur dengan jumlah feses yang lebih banyak dari
10g/kgBB/24 jam atau melewati batas normal pada dewasa 200/g/24 jam. Diare akut
adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan diare kronis adalah diare yang
terjadi secara terus menerus selama lebih dari dua minggu.
B. Penyebab Diare
Etiologi
diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :
1.
Faktor Infeksi
a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak :
1) Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli,
Salmonella, Shigella, Yersina
2) Infeksi Virus : Enterovirus
3) Infeksiparasit : cacing (Ascaris, Tricuris,
Oxyuris, Strongiloides)
4) Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica,Giardia
lambia, Thricomonas hominis
5) Infeksi jamur : Candida albican
b. Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain
diluar alat pencernaan seperti tonsilofaringitis.
Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi atau anak dibawah tiga tahun. Makanan dan miniman yang terkontaminasi
melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga
dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit diare tersebut (AzrulAzwar,1989).
Adapun sumber-sumber penularan penyakit
dapat terjadi melalui air, makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang
digunakan secara pribadi.
Bila seseorang penderita
disentri amoeba sembuh dari penyakitnya, maka amoeba akan bertukar bentuk
menjadi bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama faeces dan dapat hidup
terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar. Buang air besar
sembarangan akan menjadikan sarang lalat, apabila lalat tersebut hinggap pada
makanan, maka akan terjadi kontaminasi (DepkesRI,1991).
2.
Faktor
Malabsorbsi
Faktor mal absorbs ini meliputi :
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida
(intoleranslaktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransiglukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi
laktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3.
Factor makanan
basi, beracun, alergi terhadap makanan
4.
Factor psikologis
: rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.
C.
Distribusi Diare
Diare
masih menyumbang lebih dari 2 juta kematian setiap tahunnya dan berhubungan
dengan gangguan perkembangan fisik dan kognitif terbatas sumber daya negara.Sebagian
besar kematian karena diare terjadi di daerah miskin, hampir 90 persen dari
mereka di Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan.
Menurut prevalensi yang didapat dari
berbagai sumber, salah satunya dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
(RISKESDAS) pada Tahun 2007, penderita diare di Indonesia berasal dari semua
umur, tetapi prevalensi tertinggi penyakit diare diderita oleh balita dan
disusul oleh lansia yang berusia lebih dari 75 tahun. Berdasarkan jenis
kelamin, prevalensi antara penderita dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
hampir sama. Masyarakat yang menderita diare dapat berasal dari berbagai jenis
status sosial ekonomi dan berbagai pekerjaan, namun, prevalensi tertinggi
penyakit ini diderita oleh masyarakat yang tidak bekerja dan masyarakat yang
bekerja sebagai petani, nelayan, atau buruh.
Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas )tahun 2007 menunjukkan prevalens nasional
diare(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dankeluhan responden) adalah 9%.
Ada 14 provinsiyang prevalensinya di atas prevalens nasional,tertinggi adalah
Provinsi Nanggroe AcehDarussalam (18,9%) dan terendah adalah ProvinsiDaerah
Istimewa Yogyakarta (4,2%). Distribusiberdasarkan kelompok umur, prevalens
diaretertinggi terdapat pada Balita sebesar 16,7%.
Prevalens
diare 13% lebih banyak terdapat didaerah perdesaan dibandingkan dengan
daerahperkotaan. Dalam hal mortalitas, penyebabkematian karena diare dengan
proporsi kematianuntuk seluruh kelompok umur sebesar 3,5%,berada dalam urutan
13 dari 22 penyebabkematian baik penyakit menular atau pun penyakittidak
menular. Jika dikelompokkan berdasarkankelompok penyakit menular maka
proporsikematian karena diare adalah sebesar 13,2% yangberada pada urutan ke 4
dari 10 penyebabkematian. Penyebab kematian karena diaretertinggi pada kelompok
usia 29 hari - 11 bulan(31,4%)
dan usia 1-4 tahun (25,2%).
Selamatahun
2008 dilaporkan telah terjadi KLB diarepada 15 provinsi dengan jumlah
penderitasebanyak 8.443 orang, meninggal 209 orang(Case Fatality Rate/CFR =
2,48%). Dari datadatatersebut di atas; tampak bahwa diare, baikyang disebabkan
oleh virus, bakteri dan protozoa;masih merupakan masalah kesehatan
masyarakatutama yang perlu penanganan dan kajian dariberbagai aspek. Penyebab
kesakitan dan kematianakibat diare di lndonesia tidak dapat diketahuisecara
spesifik apakah disebabkan oleh virus,bakteri atau protozoa. Hal ini dikarenakan,sebagian
besar diagnosis yang dilakukan olehtenaga medis tidak berbasiskan hasil
pemeriksaanlaboratorium tetapi hanya berdasarkan diagnosisklinis. Diketahuinya
dengan pasti prevalenspenyebab diare oleh protozoa adalah dari hasilpenelitian
atau hasil pemeriksaan laboratoriumpara penderita rawat inap di rumah sakit.
Berikut
data prevalensi diare di Indonesia pada tahun 2007
Berdasarkan data tersebebut
di atas, Prevalensi nasional Diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhanresponden) adalah 9,00%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Diare
diatasprevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Riau, JawaBarat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
KalimantanSelatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat
dan Papua.
Bila dilihat per-kelompok
umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi
terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis
kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada
laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Prevalensi diare menurut kelompok umur dapat
dilihat pada grafik dibawah ini:
Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
Grafik Prevalensi Diare
Menurut Kelompok Umur
Berdasarkan waktu. Penyakit diare termasuk
dalam kategori penyakit berdasarkan siklus. Penyakit ini banyak terjadi pada
musim hujan dan paska banjir. Pada paska banjir, lingkungan yang tidak sehat
dapat menjadi media penularan penyakit diare.
A.
Gejala Klinis dan Diagnosis Diare
Gejala diare adalah tinja yang
encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai
dengan muntah-muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah
dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare
yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta
gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan
sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).
Diare akut akibat infeksi
dapat ditegakkan diagnosis etiologi bila anamnesis, manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin
dapat membantu diagnosis yaitu bentuk feses, makanan dan minuman 6-24 jam
terakhir yang dikonsumsi penderita, adakah orang disekitarnya yang menderita
hal serupa, tempat tinggal penderita dan pekerjaan penderita tersebut.
(Setiawan, 2007)
Selain menilai gejala dan
tanda diagnosis ambesiasi yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk
mengidentifikasi bentuk trifozoid dan kista. Metode yang paling disukai adalah
teknik konsentrasi dan pembuatan sediaan permanen dengan trichom stain. Untuk
screening cukup menggunakan sediaan basah dengan bahan saline dan diwarnai
lugol agar terlihat lebih jelas. Selain tinja, specimen yang dapat diperiksa
berasal dari enema, aspirat dan biopsy. (Hemma, 2006)
Pemeriksaan penting dalam
tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan
tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik. Warna tinja dapat
dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh
obat-obatan yang diberikan. Adanya lender berarti ransangan atau radang dinding
usus. jika lender tersebut berada dibagian luar tinja, maka lokasi iritasi
yaitu diusus besar. Jika bercampur baur dengan tinja mungkin sekali usus kecil.
Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin proksimal
terjadinya perdarahan darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam
warnanya. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar dibagian distal. Pada
pemeriksaan mikroskopik usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud
terpenting (Gandasoebrata, 2007)
B.
Penanganan dan Pengobatan
Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting
adalah penyebab kematian pada penderita diare. Kondisi yang disebut dehidrasi
ini berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan
kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan
kematian.
Sebagian besar diare akut
(diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya dengan pemberian cairan dan
meneruskan pemberian makanan saja. Oleh sebab itu, inti dari pengobatan diare
adalah memberikan cairan untuk menghindari terjadi dehidrasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi)
dan mengatasi penyebab diare, Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus
disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang
memberantas penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang
perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan
kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang
disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian
kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk
dokter
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara
berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare
ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa
penderita diare. Berikut penggolongan obat diare :
1.
Kemoterapeutika untuk
terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika,
sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
a. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem
saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan.
Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua
syarat ideal tersebut.
b. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat
motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal
usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek
konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek
samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut),
sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
c. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan
untuk anak-anak maupun dewasa.
d. Dioctahedral
smectite
Dioctahedral
smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in
vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin,
bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan
melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan
integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio
laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
2.
Obstipansia untuk terapi
simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa
cara:
a. Zat
penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air
dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida),
antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
b.
Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus,
misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan
alumunium.
c.
Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada
permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan
oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk
di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus
dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth
serta alumunium.
3.
Spasmolitik, yakni
zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan
nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
C.
Pencegahan Diare
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara:
- Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu: 1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum menyiapkan makanan;
- Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
- Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
- Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Sebab Prevalensi Diare Tinggi pada Negara
Berkembang
Diare merupakan pembunuh berbahaya di negara
berkembang. Di seluruh dunia terdapat 1.9 juta balita meninggal setiap tahunnya
akibat berbagai macam gangguan diare. Menurut WHO, sekitar 2/3 di antaranya
(1.3 juta) terjadi di 15 negara di Asia dan Afrika. Penduduk di negara
berkembang termasuk di Indonesia diyakini rentan terkena diare karena kondisi
sanitasinya dinilai buruk oleh sejumlah ahli kesehatan di seluruh dunia.
Penyebab diare banyak terjadi di negara berkembang
adalah karena permasalahan ini kurang mendapat perhatian selayaknya. Selain
itu, kurangnya fasilitas kesehatan di negara berkembang, kurangnya air bersih,
infrastruktur kesehatan yang tidak baik, kebersihan pribadi, BAB (buang air
besar) tidak pada tempatnya, tidak adanya sarana jamban yang baik, kebersihan
lingkungan (lalat di mana-mana), dan para orangtua yang tidak mengetahui cara
mengatasi dehidrasi juga memegang peran dalam meningkatkan angka diare.
B.
Sebab Bayi dan Balita Lebih Rentan
terhadap Diare
Penyakit diare dapat menyerang siapa saja tak
terkecuali pada orang dewasa, di Indonesia kasus diare pada anak masih
merupakan masalah kesehatan yang serius dengan angka kematian yang cukup tinggi
terutama pada anak umur 1-4 tahun. hal ini terjadi karena anak-anak dan balita
memiliki daya tahan dan kekebalan tubuh yang masih rendah sehingga sangat
rentan terkena penyakit diare.
Untuk anak-anak atau bayi, harus benar-benar
dibersihkan faktor kebersihannya. Biasanya bermain dengan mainan yang
terkontaminasi, apalagi pada bayi yang sering memasukkan tangan atau mainan
atau apa pun ke dalam mulutnya yang menjadi sarana penularan penyakit diare. Selain
itu, pencucian botol susu yang tidak bersih menjadi sarana penularan diare
lainnya
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat ditarik
simpulan sebagai berikut:
1.
Diare merupakan pembunuh
berbahaya di negara berkembang karena kondisi sanitasi di Negara berkembang
dinilai buruk oleh sejumlah ahli kesehatan di seluruh dunia.
2.
Angka
kematian diare yang cukup tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, hal ini
terjadi karena anak-anak dan balita memiliki daya tahan dan kekebalan tubuh
yang masih rendah sehingga sangat rentan terkena penyakit diare.
B. Saran
Berdasarkan simpulan, direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Untuk masyarakat, diharapkan meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah diare.
2.
Untuk pemerintah, diharpkan agar mengambil langkah
serius untuk menanggulangi diare sebagai masalah kesehatan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Dinar, Agatha. 2009.
Diagnosis Dan Patofisiologi Diare Akut
Terkait Dengan Infeksi. http://agathariyadi.wordpress.com/2009/09/04/diagnosis-dan-patofisiologi-diare-akut-terkait-dengan-infeksi/
Harian Joglosemar.
2013. Anak-Anak Rentan Diare. http://edisicetak.joglosemar.co/berita/anak-anak-rentan-diare-32928.html
Londok,
Jessy. 2011. Epidemiologi Penyakit
Menular + Diare. http://www.girlonthemove.biz/2011/06/epidemiologi-penyakit-menular-diare.html
Metrix
Community. Diare Pada Anak. http://www.metris-community.com/diarepadaanak/
Rezeki
S, Sri. 2013. Diare Masih Jadi Masalah di Negara Berkembang. http://www.anakku.net/diare-masih-jadi-masalah-di-negara-berkembang.html
RISKESDAS.
2007
Sptiani,
Desi. 2012. Makalah Diare. http://kesehatan94.blogspot.com/2012/12/makalah-diare.html
United
Nations Children’s Fund (UNICEF). 2012
No comments:
Post a Comment