Saturday, April 13, 2013

Epidemiologi Diare

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang dimaksud meliputi kegiatan perbaikan gizi, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular maupun penyakit tidak menular dan sebagainya (Depkes RI, 2004).
Indonesia merupakan kawasan endemik berbagai penyakit menular, salah satunya adalah diare. Setiap tahun rata-rata 100.000 anak meninggal dunia karena diare dan diare menjadi penyebab kematian kedua terbesar setelah malnutrisi di Indonesia. Penyebab utama diare yaitu kurangnya perilaku hidup bersih masyarakat dan sanitasi yang buruk (Dinkes Jatim, 2006).

Dinegara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-episode/orang/tahun sedangkan dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare infeksi pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare infeksi setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun (Umar Zeindkk,2004).
Di Indonesia, hasil survei yang dilakukan oleh program, diperoleh angka kesakitan Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan laporan kabupaten/ kota pada tahun 2008 diperoleh angka kesakitan diare sebesar 27,97 per 1000 penduduk. Sedangkan angka kesakitan diare pada tahun 2009 sebesar 27,25%. Jauh menurun jika dibandingkan 12 tahun sebelumnya.
Pada tahun 2010 dari hasil pengumpulan data profil kesehatan jumlah perkiraan kasus diare sebesar 339.871 kasus  yaitu 166.003 laki laki dan 173.868 perempuan, tertinggi masih tetap di kota Makassar 56.625 kasus dan terendah di kabupaten Selayar sebesar 5.163 kasus, sedangkan yang ditangani sebesar  195.801 kasus  (57,61%).
c. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis akan menguraikan tentang penyakit diare sebagai salah satu masalah kesehatan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahannya adalah :
1.      Mengapa prevalensi diare tinggi pada negara berkembang ?
2.      Mengapa bayi dan balita lebih rentan terhadap diare ?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui sebab prevalensi diare tinggi pada negara berkembang
2.      Mengetahui sebab bayi dan balita lebih rentan terhadap diare
3.      Manfaat Penulisan
1.      Diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber pengetahuan tentang diare sebagai penyakit menular.
2.      Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah pemenuhan tugas kelompok mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Diare
Diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa yunani) yang berarti mengalir terus. Diare adalah suatu keadaan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja, sehingga terjadi perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair), hal ini disebabkan oleh hipersekresi ataupun gangguan absorsi (mukosa rusak, area absorsi yang berkurang hiperosmolaritas dan lain-lain). Diagnosis kerja diare akut secara epidemiologi di masyarakat, berarti berak lembek cair samapi cair sebanyak kurang lebih tiga kali perhari. Kepustakaan lain mendefinisikan meningkatkan jumlah total feses dalam satu hari, umumnya ditandai dengan meningkatnya jumlah cairan dalam feses.
Diare pada bayi dan anak, keadaan ini dapat diukur dengan jumlah feses yang lebih banyak dari 10g/kgBB/24 jam atau melewati batas normal pada dewasa 200/g/24 jam. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan diare kronis adalah diare yang terjadi secara terus menerus selama lebih dari dua minggu.
B.     Penyebab Diare
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :
1.      Faktor Infeksi
a.       Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak :

1)      Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella, Yersina
2)      Infeksi Virus : Enterovirus
3)      Infeksiparasit : cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides)
4)      Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica,Giardia lambia, Thricomonas hominis
5)      Infeksi jamur : Candida albican
b.      Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti tonsilofaringitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak dibawah tiga tahun. Makanan dan miniman yang terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit diare tersebut (AzrulAzwar,1989). Adapun  sumber-sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui air, makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang digunakan secara pribadi.
Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh dari penyakitnya, maka amoeba akan bertukar bentuk menjadi bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama faeces dan dapat hidup terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar. Buang air besar sembarangan akan menjadikan sarang lalat, apabila lalat tersebut hinggap pada makanan, maka akan terjadi kontaminasi (DepkesRI,1991).
2.      Faktor Malabsorbsi
Faktor mal absorbs ini meliputi :
a.       Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleranslaktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransiglukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosa
b.      Malabsorbsi lemak
c.       Malabsorbsi protein
3.      Factor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4.      Factor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
C.    Distribusi Diare
Diare masih menyumbang lebih dari 2 juta kematian setiap tahunnya dan berhubungan dengan gangguan perkembangan fisik dan kognitif terbatas sumber daya negara.Sebagian besar kematian karena diare terjadi di daerah miskin, hampir 90 persen dari mereka di Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan.
Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah satunya dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada Tahun 2007, penderita diare di Indonesia berasal dari semua umur, tetapi prevalensi tertinggi penyakit diare diderita oleh balita dan disusul oleh lansia yang berusia lebih dari 75 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi antara penderita dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir sama. Masyarakat yang menderita diare dapat berasal dari berbagai jenis status sosial ekonomi dan berbagai pekerjaan, namun, prevalensi tertinggi penyakit ini diderita oleh masyarakat yang tidak bekerja dan masyarakat yang bekerja sebagai petani, nelayan, atau buruh.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas )tahun 2007 menunjukkan prevalens nasional diare(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dankeluhan responden) adalah 9%. Ada 14 provinsiyang prevalensinya di atas prevalens nasional,tertinggi adalah Provinsi Nanggroe AcehDarussalam (18,9%) dan terendah adalah ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta (4,2%). Distribusiberdasarkan kelompok umur, prevalens diaretertinggi terdapat pada Balita sebesar 16,7%.
Prevalens diare 13% lebih banyak terdapat didaerah perdesaan dibandingkan dengan daerahperkotaan. Dalam hal mortalitas, penyebabkematian karena diare dengan proporsi kematianuntuk seluruh kelompok umur sebesar 3,5%,berada dalam urutan 13 dari 22 penyebabkematian baik penyakit menular atau pun penyakittidak menular. Jika dikelompokkan berdasarkankelompok penyakit menular maka proporsikematian karena diare adalah sebesar 13,2% yangberada pada urutan ke 4 dari 10 penyebabkematian. Penyebab kematian karena diaretertinggi pada kelompok usia 29 hari - 11 bulan(31,4%) dan usia 1-4 tahun (25,2%).
Selamatahun 2008 dilaporkan telah terjadi KLB diarepada 15 provinsi dengan jumlah penderitasebanyak 8.443 orang, meninggal 209 orang(Case Fatality Rate/CFR = 2,48%). Dari datadatatersebut di atas; tampak bahwa diare, baikyang disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa;masih merupakan masalah kesehatan masyarakatutama yang perlu penanganan dan kajian dariberbagai aspek. Penyebab kesakitan dan kematianakibat diare di lndonesia tidak dapat diketahuisecara spesifik apakah disebabkan oleh virus,bakteri atau protozoa. Hal ini dikarenakan,sebagian besar diagnosis yang dilakukan olehtenaga medis tidak berbasiskan hasil pemeriksaanlaboratorium tetapi hanya berdasarkan diagnosisklinis. Diketahuinya dengan pasti prevalenspenyebab diare oleh protozoa adalah dari hasilpenelitian atau hasil pemeriksaan laboratoriumpara penderita rawat inap di rumah sakit.
Berikut data prevalensi diare di Indonesia pada tahun 2007

Berdasarkan data tersebebut di atas, Prevalensi nasional Diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhanresponden) adalah 9,00%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Diare diatasprevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, JawaBarat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, KalimantanSelatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.
Bila dilihat per-kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Prevalensi diare menurut kelompok umur dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
Grafik Prevalensi Diare Menurut Kelompok Umur

Berdasarkan waktu. Penyakit diare termasuk dalam kategori penyakit berdasarkan siklus. Penyakit ini banyak terjadi pada musim hujan dan paska banjir. Pada paska banjir, lingkungan yang tidak sehat dapat menjadi media penularan penyakit diare.
A.    Gejala Klinis dan Diagnosis Diare
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai dengan muntah-muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).
Diare akut akibat infeksi dapat ditegakkan diagnosis etiologi bila anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis yaitu bentuk feses, makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dikonsumsi penderita, adakah orang disekitarnya yang menderita hal serupa, tempat tinggal penderita dan pekerjaan penderita tersebut. (Setiawan, 2007)
Selain menilai gejala dan tanda diagnosis ambesiasi yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi bentuk trifozoid dan kista. Metode yang paling disukai adalah teknik konsentrasi dan pembuatan sediaan permanen dengan trichom stain. Untuk screening cukup menggunakan sediaan basah dengan bahan saline dan diwarnai lugol agar terlihat lebih jelas. Selain tinja, specimen yang dapat diperiksa berasal dari enema, aspirat dan biopsy. (Hemma, 2006)
Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik. Warna tinja dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obatan yang diberikan. Adanya lender berarti ransangan atau radang dinding usus. jika lender tersebut berada dibagian luar tinja, maka lokasi iritasi yaitu diusus besar. Jika bercampur baur dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin proksimal terjadinya perdarahan darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar dibagian distal. Pada pemeriksaan mikroskopik usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud terpenting (Gandasoebrata, 2007)
B.     Penanganan dan Pengobatan
Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting adalah penyebab kematian pada penderita diare. Kondisi yang disebut dehidrasi ini berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan kematian.
Sebagian besar diare akut (diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya dengan pemberian cairan dan meneruskan pemberian makanan saja. Oleh sebab itu, inti dari pengobatan diare adalah memberikan cairan untuk menghindari terjadi dehidrasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare, Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare. Berikut penggolongan obat diare :
1.      Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
a.       Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
b.      Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
c.       Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
d.      Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
2.      Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
a.       Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
b.      Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
c.       Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
3.      Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
C.    Pencegahan Diare
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara:
  1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu: 1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum menyiapkan makanan;
  2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
  3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
  4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
BAB III
PEMBAHASAN
A.    Sebab Prevalensi Diare Tinggi pada Negara Berkembang
Diare merupakan pembunuh berbahaya di negara berkembang. Di seluruh dunia terdapat 1.9 juta balita meninggal setiap tahunnya akibat berbagai macam gangguan diare. Menurut WHO, sekitar 2/3 di antaranya (1.3 juta) terjadi di 15 negara di Asia dan Afrika. Penduduk di negara berkembang termasuk di Indonesia diyakini rentan terkena diare karena kondisi sanitasinya dinilai buruk oleh sejumlah ahli kesehatan di seluruh dunia.
Penyebab diare banyak terjadi di negara berkembang adalah karena permasalahan ini kurang mendapat perhatian selayaknya. Selain itu, kurangnya fasilitas kesehatan di negara berkembang, kurangnya air bersih, infrastruktur kesehatan yang tidak baik, kebersihan pribadi, BAB (buang air besar) tidak pada tempatnya, tidak adanya sarana jamban yang baik, kebersihan lingkungan (lalat di mana-mana), dan para orangtua yang tidak mengetahui cara mengatasi dehidrasi juga memegang peran dalam meningkatkan angka diare.

B.     Sebab Bayi dan Balita Lebih Rentan terhadap Diare
Penyakit diare dapat menyerang siapa saja tak terkecuali pada orang dewasa, di Indonesia kasus diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan yang serius dengan angka kematian yang cukup tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun. hal ini terjadi karena anak-anak dan balita memiliki daya tahan dan kekebalan tubuh yang masih rendah sehingga sangat rentan terkena penyakit diare.
Untuk anak-anak atau bayi, harus benar-benar dibersihkan faktor kebersihannya. Biasanya bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi yang sering memasukkan tangan atau mainan atau apa pun ke dalam mulutnya yang menjadi sarana penularan penyakit diare. Selain itu, pencucian botol susu yang tidak bersih menjadi sarana penularan diare lainnya
BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1.    Diare merupakan pembunuh berbahaya di negara berkembang karena kondisi sanitasi di Negara berkembang dinilai buruk oleh sejumlah ahli kesehatan di seluruh dunia.
2.    Angka kematian diare yang cukup tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, hal ini terjadi karena anak-anak dan balita memiliki daya tahan dan kekebalan tubuh yang masih rendah sehingga sangat rentan terkena penyakit diare.
B.     Saran
Berdasarkan simpulan, direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Untuk masyarakat, diharapkan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah diare.
2.      Untuk pemerintah, diharpkan agar mengambil langkah serius untuk menanggulangi diare sebagai masalah kesehatan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Dinar, Agatha. 2009. Diagnosis Dan Patofisiologi Diare Akut Terkait Dengan Infeksi.   http://agathariyadi.wordpress.com/2009/09/04/diagnosis-dan-patofisiologi-diare-akut-terkait-dengan-infeksi/
Harian Joglosemar. 2013. Anak-Anak Rentan Diare. http://edisicetak.joglosemar.co/berita/anak-anak-rentan-diare-32928.html
Londok, Jessy. 2011. Epidemiologi Penyakit Menular + Diare. http://www.girlonthemove.biz/2011/06/epidemiologi-penyakit-menular-diare.html
Metrix Community. Diare Pada Anak. http://www.metris-community.com/diarepadaanak/
Rezeki S, Sri. 2013. Diare Masih Jadi Masalah di Negara Berkembang. http://www.anakku.net/diare-masih-jadi-masalah-di-negara-berkembang.html
RISKESDAS. 2007
United Nations Children’s Fund (UNICEF). 2012





No comments:

Post a Comment