Sunday, September 22, 2013

Diskriminasi terhadap ODHA di Kota Bandung



A. Identifikasi Masalah

Jumlah kasus HIV dan AIDS di Kota Bandung sampai saat ini terus melonjak. Hingga bulan Agustus 2012, kasus kumulatif HIV mencapai 2819 kasus dan AIDS mencapai 1450 kasus, serta jumlah kasus meninggal sebanyak 168 orang. Kasus HIV dan AIDS tertinggi dijumpai pada kelompok Penasun yaitu sebesar 56,44%.(1) Epidemi HIV dan AIDS di Kota Bandung saat ini telah memasuki masyarakat umum terutama ibu-ibu rumah tangga melalui hubungan heteroseksual.

Berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung, namun permasalahan stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS atau ODHA tampaknya masih merupakan isu penting yang menjadi sorotan. Stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA seringkali menjadi hambatan dalam upaya menurunkan prevalensi HIV dan AIDS di Kota Bandung.

Menurut Herek, Stigma terkait AIDS adalah segala persangkaan, penghinaan dan diskriminasi yang ditujukan kepada ODHA serta individu, kelompok atau komunitas yang berhubungan dengan ODHA tersebut. Diskriminasi merupakan aksi atau tindakan yang berasal dari munculnya stigma dan langsung ditujukan kepada orang yang terstigma. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA erat kaitannya dengan cara penularan HIV dan AIDS yang identik dengan perbuatan tercela seperti penggunaan obat terlarang, homoseksual, pelacuran dan lain sebagainya.

B. Analisis Besarnya Masalah

Stigma dan diskriminasi dapat dilihat dari perspektif model ekologi sebab model ekologi memiliki 4 prinsip utama, yaitu:

1. Perilaku dipengaruhi oleh berbagai faktor pada berbagai tingkat lingkungan.

2. Setiap tingkatan lingkungan berinteraksi dan saling mempengaruhi.

3. Perilaku dapat diubah dengan intervensi pada berbagai tingkat lingkungan.

4. Model ekologi berlaku efektif terutama pada perilaku yang spesifik.


Secara ilustrasi, model ekologi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Individual

HIV dan AIDS masih memiliki citra yang menakutkan di kalangan masyarakat khususnya pada ODHA sendiri, selain karena faktor cara penularannya, AIDS dianggap sebagai vonis hukuman mati. Orang yang pertama kali terdiagnosis HIV dan AIDS seringkali merasa depresi, takut, gundah dan putus asa. Hal ini menyebabkan ODHA melakukan stigma dan diskriminasi terhadap dirinya sendiri. Kejadian ini masih sering dijumpai pada ODHA di Kota Bandung, terutama pada ODHA yang berusia lebih muda yaitu sekitar 15-24 tahun. Ketika pertama kali terdiagnosis HIV, banyak ODHA merasa cemas tidak akan lagi diterima di keluarga, lingkungan dan masyarakatnya serta ketakutan untuk menyongsong masa depan sehingga ODHA tidak lagi mau bergaul, tidak mau melanjutkan pendidikan atau cenderung melakukan bunuh diri. Pada ODHA yang sudah lebih tua, cenderung tidak mengalami stigma sebab telah mencapai tingkat kemapanan dan kepercayaan diri.

2. Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Keluarga

Stigma dan diskriminasi di lingkungan keluarga di Kota Bandung masih sering terjadi hingga saat ini walaupun sudah mulai terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan terjadi seiring dengan mulai bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai HIV dan AIDS. Contoh tindakan stigma dan diskriminatif yang terjadi di lingkungan keluarga di Kota Bandung diantaranya adalah pengucilan atau pembuangan ODHA ke tempat terpencil di luar kota, pengucilan ODHA dari daftar waris keluarga, pemisahan alat mandi dan alat makan di rumah, serta tuntutan perceraian dari pasangan.

3. Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Komunitas

Seperti halnya pada lingkungan keluarga, stigma dan diskriminasi di lingkungan komunitas pun telah banyak menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat saat ini telah menerima ODHA sebagai bagian dari komunitas. Tindakan diskriminatif yang sebelumnya ada seperti pengucilan, tidak mau berjabat tangan atau melakukan kontak dengan ODHA masih ada di tengah-tengah masyarakat, namun menunjukkan banyak perubahan sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik.

Pengakuan beberapa ODHA yang sudah mau membuka statusnya kepada masyarakat menyatakan bahwa mereka tidak lagi menemukan kesulitan untuk berbaur dan bersosialisasi dengan masyarakat. Senada dengan pengakuan tersebut, narasumber lainnya juga menyatakan bahwa saat ini tingkat toleransi masyarakat terhadap ODHA di Kota Bandung saat ini semakin tinggi. Menurut narasumber, hal ini diakibatkan oleh peran serta LSM danmasyarakat yang turut serta membantu pemerintah dalam sosialisasi HIV dan AIDS.

4. Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Institusi

Institusi dapat dibagi dalam beberapa macam diantaranya institusi pendidikan, institusi pekerjaan serta institusi kesehatan. Stigma dan diskriminasi di berbagai lingkungan institusi di Kota Bandung, terbilang masih tinggi dan menimbulkan banyak hambatan. Di institusi pendidikan, banyak ODHA anak dan anak dari ODHA yang tidak mau lagi melanjutkan pendidikan karena mendapat perlakuan yang berbeda dari guru maupun rekan sesama siswa. Lebih buruk lagi, masih banyak institusi sekolah yang tidak mau menerima ODHA anak atau anak ODHA untuk bersekolah di institusinya.

Di Institusi pekerjaan, saat ini banyak perusahaan swasta maupun BUMN di Kota Bandung yang mengharuskan pelamarnya melakukan tes diagnostik HIV. Bila hasilnya positif, maka pelamar tentu saja tidak diterima bekerja. Tindakan lainnya adalah mencutikan pegawai ODHA dalam waktu yang tidak terbatas, pemecatan secara sepihak, tidak mendapatkan jaminan kesehatan tenaga kerja dan sebagainya. Di Institusi kesehatan pun masih banyak terjadi tindakan diskriminatif walaupun kebanyakan tenaga kesehatan telah memiliki pengetahuan yang cukup memadai mengenai HIV dan AIDS. Tindakan diskriminatif ini antara lain adalah tes diagnostik HIV tanpa informed consent kepada pasien yang akan dilakukan tindakan operatif, tenaga kesehatan tidak mau melakukan kontak fisik seperti jabat tangan dan pemeriksaan fisik dasar dengan ODHA, tenaga kesehatan tidak mau mengambil sampel darah ODHA dan sebagainya.

5. Stigma dan Diskriminasi di Lingkungan Kebijakan

Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Bandung saat ini jumlahnya sangat banyak, namun belum ada kebijakan yang secara spesifik mengatur stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Kebijakan yang ada pun dinilai kurang sosialisasi ke masyarakat umum, sehingga yang mengetahui kebijakan tersebut hanya pemerintah. Kebijakan pun dinilai hanya sebagai aturan tertulis, namun implementasinya di lapangan sangat berbeda.

Contohnya ialah kebijakan yang menyatakan bahwa perusahaan tidak boleh memecat karyawan ODHA. Pada kenyataannya, sampai saat ini masih banyak ditemui kasus karyawan dipecat karena terdiagnosis HIV. Kebijakan lainnya ialah pelarangan pemeriksaan HIV pada pelamar kerja. Kenyataannya, masih banyak perusahaan yang meminta pelamar kerja untuk melakukan tes HIV terlebih dahulu sebelum diterima kerja.

C. Akar Masalah

Stigma dan diskriminasi tidak saja dilakukan oleh masyarakat awam yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit HIV/AIDS, tetapi dapat juga dilakukan oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andrewin et al (2008) di Belize, diketahui bahwa petugas kesehatan (dokter dan perawat) mempunyai stigma dan melakukan diskriminasi pada ODHA.

Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan persepsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahendra et al dan oleh Pratikno (2008), yang menunjukkan hasil bahwa adanya stigma dan diskriminasi pada ODHA oleh petugas kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan dan persepsi petugas kesehatan tentang HIV/AIDS. Hasil penelitian lain yang endukung adalah dari Cock et al yang menyatakan bahwa stigma dan diskriminasi erhadap ODHA berhubungan dengan persepsi tentang rasa malu (shame) dan menyalahkan (blame) yang berhubungan dengan penyakit AIDS.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya stigma dan diskriminasi adalah tingkat pendidikan dan lama bekerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Mahendra et al (2006) yang menyatakan bahwa jenis tenaga kesehatan sesuai dengan latar belakang pendidikannya mempengaruhi skor stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Lamanya bekerja mempengaruhi terjadinya stigma dan diskriminasi karena seseorang yang sudah lama bekerja cenderung mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak, dimana hal ini memegang peranan penting dalam perubahan perilaku seorang petugas kesehatan.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap stigma dan diskriminasi adalah faktor kepatuhan terhadap agama. Kepatuhan terhadap nilai-nilai agama para petugas kesehatan dan para pemimpin agama mempunyai peran dalam pencegahan dan pengurangan penularan HIV. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diaz di Puerto Rico tahun 2011 menyatakan adanya peran agama dalam membentuk konsep tentang sehat dan sakit serta terkait dengan adanya stigma terhadap penderita HIV/AIDS. Penelitian lain juga menunjukkan hasil yang sama yang dilakukan oleh Aisha Andrewin tahun 2008 bahwa kepatuhan beragama petugas kesehatan berpengaruh terhadap stigma dan diskriminasi kepada penderita HIV/AIDS.

Dukungan institusi dalam bentuk penyediaan sarana, fasilitas, bahan dan alat-alat perlindungan diri bagi petugas kesehatan berpengaruh terhadap stigma dan diskriminasi kepada penderita HIV/AIDS oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Li li tahun 2009 di China, bahwa dukungan institusi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap diskriminasi pada ODHA oleh petugas kesehatan.

D. Dampak Sosial

Beberapa jurnal dan artikel yang membahas mengenai stigma dan diskriminasi menyatakan bahwa stigma dan diskriminasi mengakibatkan kecemasan dan ketakutan ODHA untuk membuka statusnya. Hal ini dikemukakan oleh Busca dalam literatur review yang berjudul Chalenging Stigma and Discrimination in Southeast Asia, Duffy dalam jurnal berjudul Suffering, Shame and Silence: The Stigma of HIV/AIDS, Holzemer dalam jurnal berjudul Managing AIDS Stigma serta review paper yang dikeluarkan oleh UNDP yang berjudul HIV Related Stigma and Discrimination in Asia.(8-11) Populasi rawan pun merasa takut untuk menjalani tes diagnostik disebabkan oleh ancaman stigma dan diskriminasi. Hal ini menjadikan penghalang bagi ODHA dan populasi rawan untuk menjangkau ketersediaan pelayanan kesehatan.

Di Kota Bandung, terjadi pula hal serupa. Beberapa WBP ODHA yang menghuni Lapas Kelas IIA Banceuy menyatakan bahwa di saat ia kelak akan dibebaskan, ia tidak ingin membuka statusnya bahkan kepada keluarga. Ia memilih untuk kelak menghentikan terapi ARV daripada harus membuka statusnya kepada masyarakat. Ada pula ODHA anak yang memilih menghentikan pengobatan ARV akibat sering diolok-olok di sekolah dan menjadi bahan pergunjingan oleh guru dan sesama siswa. ODHA lainnya menyatakan bahwa status hanya dibuka pada orang-orang terdekat yang peduli terhadap kehidupannya dan menolak membuka status pada masyarakat umum karena takut akan mendapat stigma dan diskriminasi dari lingkungan. Hal-hal seperti ini mengakibatkan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Bandung menjadi lebih sulit. Busza dalam literatur review yang berjudul Chalenging Stigma and Discrimination in South East Asia menjelaskan bahwa stigma dan diskriminasi telah menjadi penghalang bagi ODHA untuk mengakses pelayanan kesehatan yang optimal. Stigma dan diskriminasi menyebabkan ODHA enggan untuk berkonsultasi, menolak mendapatkan pelayanan kesehatan serta takut untuk membuka status. Dikhawatirkan stigma dan diskriminasi justru akan membuat prevalensi HIV dan AIDS di Kota Bandung semakin tinggi.


DAFTAR PUSTAKA


Community Patterns of Stigma Towards Persons Living with HIV: A Population-Based Latent Class Analysis from Rural Vietnam. Biomed Central Public Health. 2011;11(705).

Herek GM, Capitanjo JP, Widaman KF. HIV Related Stigma and Knowledge in United States: Prevalence and Trends, 1991-1999. American Journal of Public Health. 2002;92(3):371-7.

Nurhayati, Eka. 2012. Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA di Kota Bandung. Jurnal Universitas Padjadaran.

UNAIDS. HIV Related Stigma, Discrimination and Human Rights Violation. Geneva: UNAIDS; 2005

Paryati, Tri. Andini S. Raksanegara dan Irvan Afriandi. 2012. Factor-faktor yang Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi Kepada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) oleh Petugas Kesehatan.

Sallis JF, Owen N, Fisher EB. Ecological Models of Health Behavior. In: Glanz K, Rimer BK, Viswanath K, editors. Health Behavior and Health Education. 4 ed. San Fransisco: Josey-Bass; 2008.

Busza J. Challenging HIV-Related Stigma and Discrimination in Southeast Asia: Past Successes and Future Priorities. Population Council. 1999.

No comments:

Post a Comment