Sunday, September 22, 2013

Seandainya

Semua hal berjalan cukup lancar meskipun berbagai hambatan datang silih berganti. Tentu ada rasa gelisah dan takut disini. Tapi nyatanya saya bersikap seolah semuanya akan baik-baik saja, berharap itu bisa sedikit menguatkan mama. But it isn't work. Tapi toh semuanya berlalu. Meski masih saja ada rasa cemas dari orang-orang terkasih akan luka baru ini. Luka yang amat sangat membatasi ruang gerakku. Luka yang membawaku menjadi seorang 'bayi dewasa'. Perih ? Tentu saja.
Tapi saya lebih mengkhawatirkan luka dalam hati saya dibanding dengan luka sayatan pisau medis ini.
Luka yang jauh lebih perih. Karna saya percaya luka sayatan ini akan disembuhkan oleh waktu, meski akan meninggalkan bekas nantinya. Tapi bagaimana dengan luka dihati ini ? Sudah berbulan-bulan berlalu, tapi mampukah waktu menyembuhkannya ? Belum atau bahkan tidak bisa. Luka akibat mencintai seseorang dengan setengah mati. Luka akibat tidak bisa menjadi bagian dari hidup orang itu. Luka akibat terus saja menanti dan terus saja berharap orang itu bisa menjadi seseorang dalam hidupku.
Bukan sekali atau dua kali saya mencoba menekan rasa cinta ini agar bisa sesederhana rasa sayang layaknya seorang teman atau mungkin sahabat. Tapi berkali-kali. Nyatanya tidak pernah berhasil. Bahkan perhatian kecilnya pun membuat saya semakin cinta.
Saya tidak akan melupakan semalam. Saat kamu muncul diambang pintu kamar 303 sambil tersenyum. Tahukah kamu, kalau kala itu saya sedang loncat kegirangan dalam hati ? Meski disebelahmu berdiri wanita lain. Oh iya, kata mama dia mirip denganmu. Dia memang manis dan terlihat cocok denganmu. Seandainya saja saya yang berdiri disebelahmu itu dan bercanda tawa denganmu. Seandainya saja.
Kembali lagi, saya tidak semanis dan tidak seberuntung wanita itu. Saya hanya bisa terbaring lemah menatap senyummu yang entah kenapa sangat menyenangkan hati. Senyum yang seandainya bisa kusaksikan langsung setiap hari. Ah. Mengapa saya begitu menyukaimu ? Mengapa kamu begitu tidak menginginkanku ? Mengapa kita (saya) berada disituasi seperti ini ? Padahal papa saya menyukai cerita tentangmu loh. Beliau menyukaimu dan membiarkan saya terus memuji dan menyukaimu. Sayangnya kita hanya sebatas teman untukmu.
Bila dipaksa memilih, saya akan tetap memilih mencintaimu seperti ini dan terluka. Tapi bila boleh meminta, saya ingin mencintaimu dan bahagia bersamamu. Menjadi kita. Seandainya.

2 comments: