Berubah.
Iya kamu memang sudah berubah.
Kamu tidak atau memang bukan seperti yang dulu kukenal.
Itu bukan gaya pesan singkatmu.
Bukan pesan singkat yang membuatku jatuh cinta daridulu bahkan hari ini.
Bukan lagi pesan hangat yang biasanya kamu bagi hanya atau salah satunya denganku.
Bukan pesan dingin yang kini membuatku melayang tapi jauh darimu.
Pesan dingin yang menjelaskan jarak antara kita.
Iya.
Kita (kamu) tidak seperti dulu lagi.
Tidak akan bisa seperti dulu lagi, sekeras apapun saya mencoba.
Meski begitu saya tetap merasa kamu pria hebat.
Yang kubutuhkan benar-benar ada didirimu.
Kamu mampu melihatku tanpa bertatap wajah denganku.
Kamu dapat mendengarku tanpa sepatah katapun dari bibirku.
Dulu.
Iya dulu.
Kamu menyapaku lewat pesan singkat sederhana dan penuh arti untukku.
Tidak perlu bercerita, hari itu kamu tahu kalau sesuatu sedang terjadi padaku.
Sesuatu yang kala itu memang sedang menitikkan air mataku, meskipun akhirnya kusembunyikan darimu.
Kinipun begitu.
Kamu yang dulu pergi, tiba-tiba kembali.
Kamu kembali saat rasa sedih dan gelisah memenuhi otak dan hatiku lagi.
Meski hanya sejenak, tapi toh kamu kembalikan ?
Tidak, kamu tidak sekedar kembali.
Sesejenak apapun kedatanganmu kali ini, semuanya mampu menenangkan bahkan menyemangatiku sampai hari ini.
Bagaimana bisa ?
Kebetulankah ?
Maybe yes, but i hope it wasn't a fortune.
Bukankah tidak ada yang kebetulan di dunia ini ?
bukankah semuanya terjadi atas ijin Allah ?
Jika memang segalanya hanya kebetulan semata, saya harap itu sebuah kebetulan yang direncanakan Allah demi membawa kebaikan bagi kita berdua.
Maaf untuk saya yang masih seperti ini.
Maaf saya masih seperti yang dulu, belum berubah.
Maaf saya masih sayang.
Maaf saya masih cinta.
Saya mengerti kita tidak bisa bersama atau paling tidak sedekat dulu lagi.
Saya mengerti, tapi hati tidak.
No comments:
Post a Comment