Friday, September 13, 2013

Cahaya Lilin

Sepanjang hari saya hanya tersenyum, mengingatmu.
Suaramu yang cukup hebat menggetarkan hatiku, meski diujung telefon.
Suaramu yang selalu saja melontarkan pertanyaan yang tidak ingin saya bahas ditelefon.
Suara tawa ringanmu ketika saya malu untuk mengakui perasaanku.
Rekaman petikan gitarmu yang setia membantuku terjaga kala fajar tiba.
Wajahmu ketika tertunduk dan hanya menungguku tanpa bersuara.
Wajahmu ketika menoleh kekanan dan tersenyum kecil karena perbincangan kita.
Wajahmu ketika memetik senar gitar dimalam itu.
Mungkin inilah sebagian kecil hal-hal yang terlalu manis untuk dilupakan.
Kala hati begitu resah, kamu datang.
Segalanya menjadi tidak begitu buruk, berkat perhatian kecilmu.
Bahkan saya bersemangat sekarang.
Mengapa kamu begitu mudah memberikan perhatian ?


Wajar saja.
Kamu kamu saja menjadi lilin yang terus saja menyinari orang-orang disekitarmu yang berada disisi gelap.
Meskipun manis, perhatian itu terasa cukup dingin bila dibandingkan dengan hari-hari kemarin.
Iya, saya mengerti.
Kini kamu lebih berhati-hati kan ?
Agar bisa sedikit menerangiku, tanpa mengalirkan lelehanmu yang mungkin akan melukaiku untuk yang kedua kalinya.
Terima kasih atas cahayamu, meski tidak seterang dulu.
Bagaimanapun, saya menikmatinya.
Bahkan jika cahaya itu hanya sementara.
Saya hanya perlu meyakinkan hati, kalau kamu akan tetap bersinar meskipun bukan saya yang terbaring disini.
Iya, kamu memang salah satu pria terbaik yang pernah saya kenal.
Pria yang cukup hebat dan mampu membuat saya secinta ini.
Teruslah bersinar menerangi kegelapan.
Tapi tolong.
Jangan lupakan dirimu yang sewaktu-waktu bisa habis, wahai lilin.
Tolong jaga lilin yang kucinta itu.
Bilamana suatu hari cahayamu redup bahkan padam, kemarilah.
Saya akan menerangimu, meski tidak seterang dan sehangat cahayamu kini, lilinku.
Cintaku.
Teman baikku.

2 comments: