Cry All The Time

Selamat malam. Setiap hari tak henti-hentinya saya bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan. Beberapa hari ini saya bahagia sekali, alhamdulillah. Keadaan menjadi lebih baik setelah dua bulan lalu mama kembali check up ke dokter. Hasilnya belum ketahuan sih, tapi setidaknya kami tau mama negatif camammae. Semenjak itu hal-hal baik terjadi. Saya yang sedari dulu selalu berharap kalau Allah sedang sibuk menyiapkan skenario terbaik dan akan ada waktunya saya menangis tersedu-sedu karena nikmat Nya yang begitu besar. Dan saya pikir inilah waktunya, segalanya menjadi baik dan begitu membahagiakan.

Banyak hal baik yang terjadi dalam hidupku belakangan ini. Mama kini punya koleksi tanaman bunga di depan rumah, dan tampaknya dia bahagia sekali dengan hobi barunya itu. Kalau kalian lewat depan rumah saya, sekilas kalian akan mengira mama jualan tanaman bunga. Lain lagi dengan bapak, beliau sudah mulai nonton tv channel sepak bola dan hewan liar kesukaannya. Selain itu dia juga mulai mengeluh dan marah bila terjadi sesuatu yang salah di rumah. Beliau juga sudah kembali tegas seperti jaman saya sekolah dulu. Segalanya menjadi benar-benar baik sekarang. Alhamdulillah.

Dua pekan ini saya sibuk dengan kegiatan workshop bertubi-tubi. Saya bukan peserta maupun panitia, namun saya berkewajiban membantu layaknya panitia bayangan. Oh ya, bagi yang belum tau beberapa bulan ini saya dipercaya bekerja di bagian penjaminan mutu kampus. Honornya sih gak seberapa dan jauh dari UMR. Tapi saya mendapatkan hal yang lebih berharga disana, kesempatan belajar dan bekerja serta relasi baik dari kalangan guru besar, dosen, staf setiap departemen, staf administrasi bahkan cleaning service.


Singkat cerita, pagi itu saya sedang sibuk mempersiapkan workshop terakhir. Saya terus saja naik dan turun tangga membawa perlengkapan workshop. Karena kelelahan saya duduk disebelah seorang junior dan menikmati hembusan AC. Seketika saya sadar kalau handphone saya tertinggal diruangan bawah. Saya mencari kunci ruangan dan berjalan dengan tergopoh-gopoh. Belum saya sempat menuruni anak tangga, saya menemukan handphone saya disaku celana. Handphone saya yang selalu dalam keadaan silent ternyata mendapat panggilan masuk dari sebuah nomor yang berbulan-bulan saya tunggu. Nomor tersebut membawa berita bahagia dan membuat saya terpaku dikoridor ujung gedung. Saya sangat bahagia. Saya diterima bekerja disalah satu rumah sakit swasta terkenal di Indonesia, sebagai sekretaris direksi. Detik itu, saya tersenyum dengan mata berkaca-kaca sembari bergumam dalam hati, "Allah suenyiapkan semua ini untuk saya".

Saya tidak bisa menyimpan kabar gembira sendirian. Saya segera memberitahu keluarga dan orang terdekat. Setelahnya, saya terfikirkan dengan berbagai hal. Saya cuman punya waktu tiga hari untuk resign padahal tim lagi sibuk-sibuknya. Belum lagi mengurus dan membeli perlengkapan. Bisa gak yah saya jadi sekretaris dan wah ini pertama kalinya saya pergi sejauh itu gimana yah nantinya. Terlalu banyak hal yang menggangu, padahal saat itu saya sedang menjadi notulensi workshop. Alhasil, saya sendiri tidak mengerti dengan apa yang saya tuliskan.

Sewaktu jam istirahat, saya segera menelfon teman sejurusan yang juga sedang ojt disana dengan posisi berbeda. Oh ya, sebenarnya sih yah ini bukan pertama kali saya ditelefon pihak rumah sakit. Saya pernah ditelefon beberapa hari sebelum idul fitri. Waktu itu saya sedang membantu nenek dirumah lamanya untuk membuat snack kaktus. Handphone saya charge dekat kakek yang sedang nonton tv dengan volume maksimal. Nenek saya kan mau pindah rumah, sebagian barangnya sudah ada di rumah barunya. Nah waktu itu saya dan nenek keluar sebentar mengambil toples kaleng di rumah barunya. Sepulang dari sana saya mengecek handphone dan ternya ada misscall nomer jakarta. Setelah saya searching digoogle, wah ternyata telfon dari rumah sakit yang saya tunggu-tunggu. Saya mencoba untuk telefon balik, namun error. Ketika saya menceritakan hal ini pada mama bapak, mereka luar biasa menyesal. Apalagi bapak.
- to be continue -