Suasana hati saya sangat tidak menyenangkan sekarang. Semua dimulai sejak pagi tadi dan memuncak sekarang. Sepulang dari kampus saya hanya menghabiskan waktu tiduran didepan kipas angin. Saya sempat meluangkan waktu untuk cuci piring dan menyikat kamar mandi dan kembali tiduran didepan kipas angin. "Bete ku Tuhan", kalimat yang saya serukan berulang-ulang dalam hati saya. Sambil tiduran saya berfikir tentang bagaimana cara tepat menghabiskan waktu luang tanpa membuat dan menambah masalah. Saya akan menjadi Ramdani yang dulu. Saya tidak mau lagi merepotkan orang lain karena saya tidak bisa membalasnya. Dan saya tidak mau lagi terlalu memanjakan orang lain karena saya merasa bodoh kalau sudah seperti ini. Saya rasa itu lebih baik. Saat saya menulis ini, saya hanya tiduran dan sekali-kali menitikkan air mata. Sampai ayah saya datang dari mengejar setoran angkutan umumnya, saya pun masih tiduran dan mengingat kejadian senin lalu. Hari itu seperti biasa saya ke Kampus. Namun ketika saya turun dari angkutan umum antang , saya melihat ayah saya membawa angkutan umum yang lain. Aneh rasanya saya memberi uang Rp 2.500 kepada orang yang saya anggap 'supir ji' dan dilain hal orang lain memberi uang Rp 2.500 kepada ayah saya dan juga menganggapnya 'supir ji'. Anehkan ? Saya sadar kalau saya menyeberang dengan mata berkaca-kaca karena mengingat kelakuan saya yang seenaknya minta uang untuk beli buku ini dan buku itu atau untuk sekedar jajan ini dan itu. Sedangkan ayah saya menghabiskan hari-harinya dimobil seharian, kepanasan dan kecapaian. Semoga saja saya bisa merubah keadaan ini empat atau lima tahun kedepan, harus bisa. Tanpa sadar lamunan saya tentang kejadian senin lalu terhenti karena cerita ayah saya yang sepertinya menarik. Saya pun bergegas ke Ruang tamu untuk mendengar ceritanya ketika sedang nyupir. Ayah bercerita bahwa ketika ia menyetir tadi seorang perempuan yang naik motor berkata padanya bahwa ban mobilnya kempes. Karena itu ayah saya menyetir dengan pelan. Namun ayah saya heran karena melihat perempuan berseragam sekolah dibelakangnya duduk dan menangis sejadi-jadinya sampai membasahi pipi dan handphonenya. Kata ayah matanya bengkak karena menangis. Ayah saya bertanya pada perempuan itu, "kenapa ko menangis ? Sakit ko memang kah ?". "Tidak ji om", kata perempuan itu. "Kenapa ko pale menangis ?", tanya ayah saya penasaran. Perempuan itu lekas menjawab,"terlambat meka om". Ternyata perempuan itu menangis karena ia terlambat ke Sekolah. Jelas saja perempuan itu terlambat, normalnya ayah saya nyetir saja sudah lambat, saya tidak bisa membayangkan bagaimana lambatnya ayah saya nyetir yang diperlambat. Ayah saya menyuruh perempuan itu turun tanpa bayar dan segera naik keangkutan umum yang lain tapi perempuan itu menolak karena sudah terlanjur terlambat katanya. Ayah saya membuat orang bolos sekolah hari ini dan saya janji tidak akan bolos dengan alasan apapun agar nantinya mendapatkan hasil memuaskan serta bisa membahagiakan ayah, ibu dan adik.
No comments:
Post a Comment