Wednesday, June 20, 2012

the best neighbour

-->
Dua hari yang lalu saya melihat tetangga saya yang bernama Andi Lutfiah Mutmainnah namun biasa saya panggil esse. Anak tersebut sudah beranjak dewasa, ABG kata sinetron-sinetron sekarang. Bukannya saya sok tua, tapi saya merasa sedikit tidak percaya melihat anak yang dulu saya mandikan, yang dulu saya sisir rambut kusutnya, yang dulu saya antar ke TKnya, yang dulu saya buatkan mi goring, yang dulu saya suap pas makan, yang dulu saya ajar bermain masak-masak, kini sudah menjadi remaja lazim yang memakai celana botol, baju pendek, rambut yang tidak lagi kusut dan mulai mengobrol tentang cowok. Melihatnya, saya jadi teringat dengan almarhumah mamanya yang merupakan tetangga terbaik yang pernah saya kenal. Waktu membawa banyak perubahan tanpa terasa yah. Tidak terasa sudah sekitar tujuh tahun mama esse kembali ke pangkuan Allah SWT. Meski begitu saya tidak akan lupa dengan semua kebaikan mama esse pada keluarga saya, dan pada saya khususnya.
Saya mengingat ketika kelas lima SD semua teman-teman saya memiliki jaket yang bermacam-macam sedangkan saya tidak punya satu jaketpun. Waktu itu orang tua saya biasa saja, malah mama esse yang mendesak kedua orang tua saya untuk membeli jaket yang berbahan jeans untuk saya karena menurutya jaket terbagus zaman itu adalah jaket jeans. Meskipun ujung-ujungnya mama saya hanya membelikan jaket kaos berwarna pink muda. Hal lain yang saya ingat dari beliau adalah ketika dia memberi saya sepotong kue. Katanya kue tersebut dari tetangga yang lain. Dia hanya mendapat tiga potong kue. Potongan pertama dia berikan pada esse yaitu anak ketiganya. Potongan kedua untuknya. Dan potongan kue terakhir dia sembunyikan dalam lemari agar tidak dimakan oleh anak pertama dan keduanya, hanya untuk saya. mungkin terlihat hal kecil bagi yang membaca ini, tapi bagi saya itu sesuatu sekali, dia bahkan lebih ingin membahagiakan saya dibanding membahagiakan anak pertama dan keduanya. Selain itu saya tentu akan mengingat ketika beliau mengajak saya ikut dalam liburan keluarganya ke Takalar. Beliau mengajak saya karena beliau tau kalau orang tua saya bukan tipe orang yang suka rekreasi, makanya beliau mengajak saya turut dalam liburan keluarganya k pantai dan pabrik gula milik keluarganya. Hari itu saya sangat senang bermain ditepi pantai bersama anak-anak lain yang tidak saya kenal dan ketika jam makan siang dia memanggil saya dengan paksa untuk makan makanan yang dia bawa sebelumnya dari rumah untuk keluarganya dan saya tentunya. Setelah makan siang saya melanjutkan kembali bermain-main sampai akhirnya saya merasakan perih dikaki saya. sampai saya tau kalau kaki saya robek karena beling. Namun saya hanya diam. Sampai saat suaminya mengetahui luka dikaki saya, dia mengajak saya membeli plester luka untuk luka saya. entah itu karena rasa tanggung jawabnya pada saya atau memang karena dasar keluarga mereka yang baik. Tidak hanya itu, saya pun mengingat kebaikannya ditiap hari. Kebetulan beliau membantu suaminya mencari nafkah dengan menjual sayur, lauk dan kue kadang-kadang. Beliau benar-benar pintar memanfaatkan keahliannya untuk menghasilkan uang tambahan untuk keluarganya. Selain itu beliau juga memnpunyai took kecil depan rumahnya yang biasa menjadi tempat bergosipnya dengan mama saya. warung ini tentu tidak asing untuk saya karena biasanya tiap pagi sayalah yang menjaga ditoko kecil tersebut smentara beliau memasak dan sebelum saya pulang kerumah, biasanya saya membeli sayur buatannya. Namun tidak tiap hari, meskipun begitu saya bisa mencoba masakannya tiap hari karena jika keluarga saya tidak membeli masakannya, dia akan memberi masakannya dengan cuma-cuma. Tidak hanya itu, dia selalu mengajak saya dan mama saya membantunya membuat kapurung ataupun kue dan menikmatinya bersama-sama. Bahkan beliau mempercayakan saya untuk bermain sekaligus menjaga anak ketiganya. Esse sudah seperti adik saya sendiri. Sampai saat mama saya melahirkan adik saya, beliaupun adalah orang berjasa bagi keluarga saya. tanggal 19 April 2003, saya, papa dan tante saya bergegas kerumah sakit. Namun sebelum berangkat papa saya meminta tolong pada tetangga saya tersebut untuk terus memantau ruhmah saya yang kosong, namun beliau meutuskan untuk ikut ke rumah sakit dan meminta suaminya menjaga rumah kami. Beliau benar-benar tetangga terbaik yang saya miliki, bahkan beliaulah yang membantu mama saya membeli semua perlengkapan bayi yang dibutuhkan mama dan adik saya ketika masih di rumah sakit. Tidak hanya itu, bahkan beliaulah yang mengurus saya ketika papa sibuk mengurus mama dan adik saya ketika sedang di rumah sakit.
Terlalu banyak kebaikan yang beliau lakukan untuk keluarga saya. terlalu banyak untuk diceritakan. Bahkan serim kertaspun tidak cukup untuk menceritakan semua kebaikannya pada keluarga saya. semua kebaikannya berakhir ketika saya kelas enam SD. Tepat seminggu sebelum beliau pergi, saya bermimpi buruk tentang beliau. Hari itu saya bermimpi mengunjungi rumahnya untuk membeli mi goring. Namun saya dikejutkan olah tampakan beliau tanpa kepala. Tentu saya merasa takut dan memberitahukan yang saya lihat padanya. Lalu beliau membenarkan yang saya katakana dan kemudian menangis tak karuan, dan saya berlari meninggalkan rumahnya karena ketakutan. Saya pernah menceritakan mimpi tersebut pada papa saya, saya pun mengungkapkan dugaan saya kalau beliau mungkin akan meninggal. Tapi papa saya hanya berkata bahwa itu hanyalah bunga tidur, hanya mimpi. Saya pun berharap seperti itu. Beberapa hari kemudian, keluarga saya kedatangan tamu dari kampong dan itu membuat kami tidak begitu sering berkunjung kerumahnya. Tepat seminggu kemudian, ketika tamu saya sudak pulang, mama saya berkunjung ke rumahnya untuk membeli mi goring. Mama saya sedikit terkejut melihat beliau sedang bersiap-siap, katanya beliau akan kerumah sakit memeriksakan penyakitnya. Hari itu saya melihat beliau naik kedalam taksi dan menuju kerumah sakit. Sekitar pukul lima sore, anak pertama beliau mengabarkan kalau mamanya harus dirawat dirumah sakit. Saya mulai cemas disini. Setelah salat magrib, papa saya beriat untuk menjenguknya. Namun mama saya menahannya dengan alasan sudah malam. Mama saya berencana menjenguk esok hari dan membawa makanan unuknya dan keluarganya yang ada dirumah sakit. Tapi papa saya tidak mau menunggu. Akhirnya papa saya menjenguknya bersama mamanya ummi dan ibu Hj.Safirah. mama saya terlihat biasa saja, sedangkan saya cemas luar biasa mengingat mimpi buruk saya tepat minggu lalu. Saya, mama dan adik saya tiduran depan TV. Mama saya berusaha menidurkan adik saya dan mulai cemas karena waktu sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam dan papa saya belum pulang. Mama sempat mengutarakan kecemasannya pada saya kalau sepertinya tetangga saya tersebut sakit parah dan karena itu papa saya belum pulang. Saya pun menceritakan mimpi saya tepat seminggu yang lalu tentang tetangga saya tersebut. Mama saya mulai merasakan cemas yang saya rasakan. Sampai pada sekitar jam sepuluh lewat, kabar duka datang. Mama saya terkejut dan tidak menyangka bahwa tetangga saya tersebut suda berpulang. Sapa yang tidak terkejut. Tetangga saya tersebut berangkat kerumah sakit dengan semangat melangkahkan kakinya menaiki taksi tanpa terlihat sakit yang serius dari raut wajahnya. Sapa yang menyangka beliau pulang kerumah menggunakan ambulans dan diiringi isak tangis orang-orang terdekatnya. Semua orang gerkejut. Mama saya menangis sejadi-jadinya mendengar berita tersebut dan meninggalkan saya dan adik saya dirumah. Mama saya segera kerumah beliau dan entah apa yang dia lakukan. Sedangkan adik saya tertudur lelap disebelah saya. saya hanya bisa meneteskan air mata mengingat mimpi saya tentang beliau dan sedikit rasa tidak percaya bahwa beliau sudah benar-benar tidak ada. Suara ambulans mulai terdengar diidringi isak tangis yang benar-benar terdengar jelas bahwa salah satunya adalah isak tangis mama saya. saya sempat mengintip sejenak namun mama saya menyuruh saya masuk dengan alasan saya tidak boleh melihatnya karena saya masih kecil. Yah , ini terkait dengan adab orang bugis yang tidak jelas menurut saya. saya masuk kekamar dan kembali membayangkan semua kebaikannya. Ketika suara disekitar rumah saya sudah mulai tenang, mungkin karena semuanya sudah berkempul dikedamannya, saya merinding dan tiba-tiba adik saya terbangun dan menangis sekeras-kerasnya seperti ketakutan dan menunjuk kearah pintu. Mengertikan ? mungkin itulah yang dikatakan bahwa orang-orang yang telah meninggal biasanya masih bisa melihat orang-orang terdekatnya. Subhanallah.
Semenjak hari itu, mulailah banyak cerita-cerita yang baru terungkap. Ternyata tidak hanya saya yang mnegalami keanehan sebelum beliau meninggal. Sehari sebelum beliau meninggal, terdengar suara burung gagak yang sangat keras. Kata orang dulu, burung gagak yang berkicau hanya sekali dan terdengar keras sekali adalah salah satu tanda akan ada orang yang meninggal didaerah tersebut. Keanehan yang lain dialami oleh saudara-saudara beliau yang setiap ingin memasuki dapur umah mereka masing-masing, mereka mencium wangi bunga melati. Keanehan juga dialami anak keduanya lewat mimpi seperti yang saya alami. Namun anaknya bermimpi mamanya mendaki sebuah gunung bersama ribuan orang yang tidak dia kenal satupun kecuali mamanya. Dia pun melihat mamanya melambaikan tangan dengan gembiranya sambil tetap mendaki gunung. Ceria lain datang dari tetangga saya yang melihat hidung beliau yang mancung bengkok kearah kiri ketika beliau berjalan menuju taksi. Dan yang paling menyedihkan buat saya adalah cerita dari anak pertamanya. Anak pertamanya pernah melihat beliau duduk bersila sambil menonton TV di atas sebuah karpet. Namun anehnya, anaknya tersebut melihat beliau melayang, tanpa secuilpun angguta tubuhnya yang bersetuhan dengan daratan. Kata anaknya tersebut, beliau sempat menanyakan mengapa anaknya tersebut terlihat kaget melihat mamanya sendiri, namun anaknya hanya diam dan memasuki kamar.
Setelah kepergian beliau, jarak keluarga saya dan keluarganya pun tidak sedekat dulu. Mungkin karena benar-benar hanya dialah penghubung antara keluarga saya dan keluarganya. Meskipun begitu mama saya tetap berteman baik dengan saudara-saudara beliau. Saat saya menulis ini, hubungan keluarga kami benar-benar sudah sangat jauh. Hal itu terjadi karena insiden beberapa taun yang lalu. Hari itu anak pertama beliau menyewa mobil milik paman saya. namun berbulan-bulan dia menghilang dan tidak pernah membayarnya. Paman sayapun khawatir dan mengunjungi rumah ayahnya. Ayahnya merasa tersinggumg karena orang tua saya tidak memperayai anaknya dan berfikiran negative terhadap anak pertamanya tersebut. Namun begitulah kenyataannya, setelah masalah tersebut terselesaikan, hubungan kami benar-benar renggang. Orang tua saya tidak lagi saling bertegur sapa saat bertemu, bahkan senyum pun tidak, hanya saling menatap saja. Namun ketika melihatnya, saya tetap tersenyum sama seperti tetangga terbaik saya tersebut masih ada, meskipun senyuman saya tidak terbalas, atak apalah. Belakangan saya memperhatikan keluarga tersebut. Hidup mereka tidak sebahagia dulu. Mungkin karena kurang seorang mama bagi anak-anaknya dna istri bagi suaminya yang benar-benar masih membutuhkannya. Sama seperti saya yang masih dan akan selalu mebutuhkan kedua orang tua saya. saya hanya bisa mengirimkan alfatiha buat beliau yang sekarang entah sudah dimana dan mendoakan yang terbaik untuk keluarganya yang ditinggalkan. Dan sayapun bersyukur masih bisa merasakan hangatnya kelaurga yang utuh :’)

No comments:

Post a Comment