BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia mengalami masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks dibidang kesehatan. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular Tuberkulosis. Namun demikian, pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah. Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging diseases seperti demam berdarah dangue dan HIV/AIDS.
Mengenai penyakit HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia termasuk Indonesia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin pencegahannya, penyakit ini memiliki window periode dan fase tanpa gejala (asimtomatik) yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya.
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ketahun diseluruh bagian dunia terus meningkat. Prevalensi HIV diantara wanita hamil usia 5-24 tahun cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kaum hawa merupakan kelompok rentan terjangkit HIV. Untuk itu, kami akan membahas tentang kelompok yang rentan terinfeksi HIV/AIDS dan memandangnya daru sudut pandang antopologi sosial.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menguraikan kelompok yang rentan terinfeksi HIV/AIDS dari sudut pandang antropologi sosial.
C. Manfaat Penulisan
1. Diharapkan dapat dijadikan sebagai pemenuhan final mata kuliah Antropologi Sosial.
2. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan guna menambah pengetahuan pembacanya tentang HIV/AIDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Virus HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
B. Pengertian AIDS
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
C. Epidemiologi HIV/AIDS
Menurut Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD(K), HIV/AIDS kekerapannya tinggi di negara miskin dikarenakan masyarakatnya kurang memperoleh informasi, tak punya peluang untuk memperoleh pekerjaan atau usaha yang layak serta tak punya kesempatan untuk memilih hidup sehat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat seperti peningkatan pendidikan, akses pelayanan kesehatan, akses untuk bekerja akan mengurangi secara nyata penularan HIV/AIDS. Namun hal ini tentu memerlukan upaya yang lama dan konsisten.
UNAIDS memperkirakan 39,5 juta kasus sampai dengan akhir tahun 2006, ini melebihi kasus infeksi baru tahun-tahun sebelumnya. Penyebaran HIV bervariasi pada tiap-tiap wilayah. Beberapa Negara terkena dampak lebih besar disbanding Negara lain. Bahkan dalam satu Negara terkadang terdapat variasi yang luas antar provinsi, Negara bagian, dan antara perkotaan dan pedesaan. Berikut ini adalah peta penyebarn HIV secara global pada tahun 2003.
Di dunia, sekitar 90% HIV/AIDS berada di negara yang sedang berkembang dan paling tinggi di Afrika. Sub Sahara Afrika masih menjadi wilayah yang paling terkena dampak HIV/AIDS dengan prevalinsi infeksi HIV yang tinggi. Afrika Sub Shara dihuni oleh hanya 10% populasi dunia, tetapi duapertiga kasus HIV/AIDS terjadi diwilayah ini, yaitu sekitar 24,7 juta. Pada tahun 2006 diperkirakan terjadi infeksi baru sekitar 2,8 juta dan 2,1 juta meninggal disebabkan AIDS. Sampai akhir tahun 2005, pada populasi usia 15-49 tahun, 5,9% hidup dengan HIV. Banyak Negara diwilayah ini telah mencapai tingkat epidemic meluas. Tahun 2005 diperkirakan 33,4% orang dewasa di Swaziland terinveksi HIV. Bertambahnya kematian akibat AIDS telah menyebabkan rata-rata harapan hidup turun ke umur 40 tahun atau kurang di Botswana, Lesotho, Namibia, Afrika Selatan, Mozambique, Zambia dan Zimbabwe. Satu hal positif adalah presentase HIV pada orang dewasa di Sub Sahara Afrika tidak lagi bertambah tahun-tahun terakhir.
Secara global proporsi perempuan terinfeksi HIV terus meningkat. Pada tahun 1997 proporsi perempuan masih 41%, tahun 2006 di antara umur 15-49 tahun yang terinveksi HIV 48% diantaranya perempuan. Bahkan di Sub Sahara Afrika mencapai 59%. Di Karibia proporsi perempuan mencapai 50%, Amerika Latin 31%, Eropa Timur dan Asia Tengah 30%, Asia Selatan dan Tenggara 28%, Amerika Utara 26% danOceania 47%.
Sedangkan di Indonesia sendiri, AIDS ditemukan tahun 1987, perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS yang di laporkan dari tahun ke tahun secara kumulatif cenderung meningkat. Dari ditemukanya kasus AIDS pertama kali pada tahun 1987 sampai dengan 31 Desember 2006 jumlah kumulatif pengidap infeksi HIV/AIDS yang dilaporkan mencapai 13.424 kasus, terdiri dari 5.230 kasus pengidap HIV yang belum menunjukkan gejala AIDS dan 8.194 kasus AIDS. Sampai dengan tahun 1990 perkembangan kasus AIDS masih lamban. Tetapi tahun 1991 jumlah kasus AIDS lebih dari dua kali lipat tahun sebelumnya. Tahun-tahun berikutnya jumlah kasus baru yang dilaporkan cenderung terus meningkat. Kasus AIDS sejak awal tahun 2006 sampai 31 Desember 2006 mencapai 2.873 kasus, mengalami peningkatan 235 kasus dari tahun sebelumnya.
Kasus AIDS terbanyak, dilaporkan dari provinsi DKI Jakarta disusul Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat. Namun jumlah kasus AIDS per 100.000 penduduk tertinggi justru dilaporkan provinsi Papua baru disusul DKI Jakarta, kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Bali.
Dari 8.194 kasus AIDS yang dilaporkan, 6.604 (82%) kasus adalah laki-laki, 1.529 (16%) kasus perempuan, dan 61 (2%) kasus tidak diketahui. Jika dibuat perbandingan, maka rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 4,3:1.
Menurut umur, proporsi kasus AIDS terbanyak dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (54,76%) disusul kelompok umur 30-39 tahun (27,17%) dan kelompok umur 40-49 tahun (7,9%). Ketiga kelompok umur tersebut termasuk dalam kelompok usia produktif. Jika ketiganya digabingkan berarti terdapat 7.360 kasus atau 88.83%. diserangnya kelompok usia produktif ini merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan mengingat kelompok produk ini merupakan aset pembangunan bangsa.
Dari kasus AIDS yang dilaporkan ternyata penularan terbanyak terjadi melaui penggunaan jarum suntik bersama/tercemar virus HIV pada penyalahgunaan NAPZA suntik (IDU) yaitu sebesar 50,3% disusul penularan melalui hubungan heteroseksual 40.3%. cara penularan lain yang dilaporkan adalah melalui hubungan homoseksual 4,2% transfusi darah/komponen darah termasuk pada penderita hemofilia 0,1% melalui perinatal 1,5% dan 3,6% kasus tidak diketahui.
D. Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak atau pertukaran cairan tubuh yang mengandung virus, yaitu :
1. Melalui hubungan seksual yang tidak terlindung dengan orang yang terinfeksi HIV dan AIDS. Hubungan seksual ini bisa homoseksual (sesama jenis) ataupun heteroseksual (berlainan jenis). Virus dapat masuk ke tubuh melalui lapisan/selaput vagina, vulva, penis, rektum atau mulut.
2. Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang terinfeksi/tercemar HIV dan langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah dari si penerima.
3. Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) yang terinfeksi/tercemar HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV di antara mereka, bila salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.
4. Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya. Penularan dapat terjadi selama kehamilan, atau persalinan atau selama menyusui.
Mengingat pola penularan HIV seperti disebutkan di atas, maka ada orang-orang yang berpeluang atau berisiko lebih besar untuk tertular HIV, yaitu:
1. Individu yang sering berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual.
2. Penjaja seks dan pelanggannya.
3. Pengguna jarum suntik secara bersama (bergantian)
4. Bayi yang dikandung ibu yang terinfeksi HIV
5. Orang yang memerlukan transfusi darah secara teratur (penderita thalasemia, haemofilia, dsb) bila darah donor tidak dilakukan skrining.
Penyebaran inveksi HIV biasanya terjadi pada kelompok umur 20 – 50 tahun. Walaupun peluang atau intensitas pada hubungan seksual sebagai jalur penularan HIV relatif sangat rendah, tetapi karena kegiatan seksual sering dilakukan maka sebagian besar penularan HIV melalui jalur hubungan seksual.
Beberapa hal yang berkaitan dengan infeksi melalui hubungan seksual adalah resiko penularan melalui hubungan seksual dari laki-laki ke perempuan lebih besar daripada dari perempuan ke laki-laki, hal ini disebabkan perempuan adalah pasangan penerima (recipient partner) dalam hubungan seksual. Seks anal (melalui dubur) beresiko lebih tinggi daripada seks melalui vagina, karena seringkali terjadi perlukaan pada daerah anal (dubur). Oleh karena itu pencegahan infeksi dicapai dengan menggunakan kondom secara tepat dan konsisten pada mereka yang berperilaku beresiko.
E. Pencegahan HIV/AIDS
Upaya pencegahan adalah dengan meningkatkan keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge) dengan cara/metode yang sesuai dengan kepercayaan dan budaya masyarakat setempat. Upaya yang selama ini dilakukan untuk menghambat penyebaran HIV adalah:
1. Meningkatkan pelaksanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan mempromosikan perilaku positif untuk mencegah penyebaran HIV
3. Peningkatan status pendidikan, status ekonomi dan kesetaraan gender.
4. Meningkatkan penggunaan kondom
5. Meningkatkan persediaan darah yang aman (safe blood)
6. Memastikan setiap darah yang didonorkan bebas HIV/AIDS
7. Meningkatkan upaya untuk menurunkan prevalensi Infeksi Menular Seksual (IMS).
8. Meningkatkan tindakan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi
9. Penggunaan ARV selama, prosedur persalinan aman, dan penggunaan susu formula dapat membantu mencegah penularan dari ibu ke bayi.
10. Meningkatkan upaya penanggulangan secara bersama-sama (universal) dan berkelanjutan.
Namun pencegahan HIV/AIDS yang lebih umum yaitu dengan ABC. Wabah virus HIV/AIDS saat ini semakin meluas dan meresahkan. Banyak yang mengatakan msalah HIV/AIDS bagaikan penomena gunung es, Menanggapi masalah ini kita harus lebih giat dalam menambah wawasan tentang HIV/AIDS. Mulai dari diri sendiri kemudian teruskan dengan sosialisasi. Penularan virus HIV tidak mengenal usia dan jenis kelamin, sehingga perlu kita ketahui cara mencegah tertular HIV/AIDS. Cara ABC tersebut yaitu :
1. Abstinence, yaitu tidak berhubungan dengan orang lain selain pasangan. Abstinence merupakan prinsip awal untuk mencegah tertular virus HIV/AIDS. Dengan menerapkan abstinence berhubungan dengan selain pasangan akan melingdungi kita dari penyebaran HIV/AIDS.
2. Be faithful, berarti melakukan hubungan seks hanya dengan pasangan saja.
3. Condom, artinya gunakan kondom saat berhubungan seks.
BAB III
PEMBAHASAN
Secara global proporsi perempuan terinfeksi HIV terus meningkat. Pada tahun 1997 proporsi perempuan masih 41%, tahun 2006 di antara umur 15-49 tahun yang terinveksi HIV 48% diantaranya perempuan. Bahkan di Sub Sahara Afrika mencapai 59%. Di Karibia proporsi perempuan mencapai 50%, Amerika Latin 31%, Eropa Timur dan Asia Tengah 30%, Asia Selatan dan Tenggara 28%, Amerika Utara 26% danOceania 47%.
Jumlah perempuan penderita HIV/AIDS di Indonesia hingga saat ini lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Meski begitu, dampak pada perempuan akan selalu lebih besar, baik dalam masalah kesehatan maupun dibidang sosial ekonomi. Perempuan lebih rentan tertular dan menderita akibat infeksi ini. Beberapa studi menunjukkan bahwa penularan HIV dari laki-laki kepada perempuan melalui hubungan seks dua kali lipat dibandingkan dari perempuan kepada laki-laki. Selain itu penularan pada perempuan dapat berlanjut dengan penularan pada bayi jika terjadi kehamilan.
Pandangan tradisional mengenai peranan laki-laki dan perempuan yang menyebabkan pemisahan yang tajam antara peran perempuan dan laki-laki menempatkan perempuan dalam kedudukan yang kurang menguntungkan dalam pengembangan dirinya. Pandangan tersebut membuat para perempuan terbelakang dalam pendidikan sehingga resiko penularan HIV kepada perempuan tinggi dibandingkan laki-laki. Hal itu disebabkan sebagai berikut :
1. Wanita lebih mudah terinfeksi HIV dari pada pria. Pria memasukkan semen ke dalam vagina, dimana cairan tersebut tidk akan menetap untuk waktu yang lama. Bila dalam semen tersebut mengandung virus HIV maka akan mudah masuk kedalam tubuh wanita melalui vagina dan servix, terutama bila terdapat sayatan atau ulkus pada bagian tersebut.
2. Wanita sering terkena infeksi pada usia muda daripada pria. Ini karena wanita muda dan gadis-gadis biasanya sering sulit untuk menolak hubungan seksual yang tidk dikehendaki ataupun yang tidak aman.
3. Wanita menerima transfuse darah lebih banyak daripada pria karena masalah kelahiran.
4. Perkembangan penyakit AIDS lebih cepat pada wanita setelah terinfeksi HIV. Gizi kurang dan usia subur menyebabkan wanita kurang mampu melawan penyakit.
5. Wanita sering secara tidak adil dipermasalahkan sebagai biang keladi penyebaran AIDS, tetapi sebetulnya pria juga mempunyai tanggung jawab yang sama besar dengan pria.
6. Wanita hamil yang terinfeksi HIV akan menularkannya kepada janin.
7. Wanita biasanya menjadi perawat anggota keluarga yang sakit dengan AIDS, meskipun mereka juga sedang sakit.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya penyebaran HIV pada perempuan dapat ditelusuri melalui tiga jenjang penyebab pada setiap tahap kehidupan yaitu Sebab langsung, Sebab tidak langsung dan Sebab mendasar. Ketiga jenjang penyebab ini melibatkan unit sosial yang berbeda yaitu, individu, keluarga, dan masyarakat:
1. Pada Tingkat Individu, penyebab langsung dari penyebaran adalah terjadinya penularan infeksi virus HIV, kerentanan pada IMS dan tidak adanya ketahanan psikososial, karena hak-hak dan keamanan sosial tidak terjamin.
2. Pada Tingkat Keluarga, penyebab tidak langsung meliputi kurangnya perhatian dan perlindungan terhadap perempuan serta kondisi ekonomi, pembatasan wewenang dalam mengambil keputusan di tingkat keluarga, tidak memadainya tingkat kesehatan perempuan dan kurangnya akses terhadap kebutuhan hidup dasar.
3. Pada Tingkat Masyarakat, penyebab tidak langsung meliputi faktor-faktor kemiskinan, pendidikan yang rendah, rendahnya dukungan kebijakan dan politik, kurangnya peran perempuan dalam proses pengambilan keputusan, rendahnya keterlibatan masyarakat dan rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap upaya penyembuhan.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
HIV merupakan virus menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Kelompok perempuan merupakan salah satu kelompok yang rentan terinfeksi virus HIV baik secara sosial maupun ekonomi. Tingkat pendidikan dan ekonomi merupakan faktor utama penyebab kerentangan perempuan terhadap infeksi HIV lebih tinggi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan, direkomendasikan kepada para pembaca khususnya perempuan sebagai kelompok yang rentan terinfeksi HIV/AIDS agar lebih memahami penyebab, cara penularan, dan pencegahan agar terhindar dari infeksi virus HIV.
DAFTAR PUSTAKA
NN. 2010. Pengertian HIV Aids. http://blog.umy.ac.id/zains/2010/12/12/aids/ (03 Juni 2012)
NN. 2012. Pengertian dan Definisi HIV. http://carapedia.com/pengertian_definisi_hiv_info2116.html (03 Juni 2012)
Almazini, Prima. 2008. 1001 Jurus Melawan HIV/AIDS. http://myhealing.wordpress.com/2008/03/03/%E2%80%9C1001%E2%80%9D-jurus-melawan-hivaids/#more-36 (03 Juni 2012)
NN. 2010. Laporan Kementrian Kesehatan Triwulan Kedua 2010. http://www.aidsindonesia.or.id/laporan-kementerian-kesehatan-triwulan-kedua-2010.html (03 Juni 2012)
NN. 2008. Pemberdayaan Perempuan dalam Pencegahan Penyebaran HIV-AIDS. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0CGkQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fwww.menegpp.go.id%2Faplikasidata%2Findex.php%3Foption%3Dcom_docman%26task%3Ddoc_download%26gid%3D256%26Itemid%3D61&ei=z9LIT6OYN8PnrAewhuDWDg&usg=AFQjCNGvrN0JUxoZWvwTk_qC3n5TqljzpA&sig2=bWvte6GTQAIbHFxfI4Ytkg (03 Juni 2012)
NN. 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006. (03 Juni 2012)
No comments:
Post a Comment