Pagi ini adalah pagi yang berat untuk saya. Bukan karena saya melakukan pekerjaan yang berat, tapi karena beban pikiran yang tidak begitu penting bagi orang lain tapi lumayan menyakitkan untuk saya. Awalnya saya mengira bahwa hanya penilaian mata kuliah umum sajalah yang patut diwaspadai karena terkadang tidak objektif dan tidak adil dalam memberikan nilai. Namun ternyata dosen fakultas pun ada yang seperti demikian. Kemarin , ketika saya mengecek salah satu nilai di sim , saya menemukan nilai yang mengecewakan sekali untuk saya. Mengingat saya rajin ngampus, rajin mengerjakan tugas dan saya yakin tugas saya pun memuaskan, selain itu mid dan final saya pun tidak buruk. Tentu mengecewakan rasanya. Usaha maksimal namun hasil yang diperoleh minimal sekali. Rasa kecewa saya pun makin bertambah melihat nilai teman saya yang jauh lebih baik daripada nilai saya. Saya kecewa dan sedikit iri apalagi mengingat sayalah yang mengajarkannya segala hal tentang mata kuliah tersebut. Tidak hanya itu, tugas-tugasnya pun bersumber dari saya bahkan terkadang saya membantu mengerjakan tugas tersebut untuknya. Rasanya seperti, saya yang menanam namun dialah yang menuai. Tentu saya merasa sangat menyesal dan akan menjadikan ini sebagai pelajaran tersendiri untuk saya. Saya pernah mendengar statement yang mengatakan bahwa tidak ada satun kejadian di dunia ini yang terjadi tanpa seizing Tuhan. Artinya Tuhan memang mengizinkan dosen mata kuliah yang bersangkutan untuk memberi saya nilai yang minimal dengan tujuan tertentu. Teman-teman saya mengatakan bahwa ini salah satu pelajaran untuk saya agar tidak tidak membantu orang lain terlalu banyak dan membiarkan orang lain berusaha sendiri. Selain itu, saya pun memetik empat kesimpulan sekaligus pelajaran dari nilai tersebut. Pertama, mungkin saja tidak berjodoh dengan jurusan biostatistik dan Tuhan memperingatkan saya bahwa dosen jurusan tersebut sedikit tidak adil atau tidak objektif dalam penilaian. Kedua, Tuhan memperingatkan saya agar tidak terlalu menggampangkan suatu mata kuliah. Ketiga, nilai tersebut mengajarkan bahwa kita tidak boleh mengandalkan keberuntungan secara terus-menerus. Yang terakhir, mungkin saja Tuhan ingin kembali memberi pelajaran dengan menempatkan saya diposisi teman saya ina torez pada tragedi kimia yang lalu.
Semoga delapan nilai yang belum saya ketahui tesebut jauh lebih baik dan mampu mengangkat kembali IP saya dan saya mampu mempertahankan IP smester awal saya sampai tamat. Semua hanya untuk kesenangan orang tua saya, hanya itu. Amin.
Belum bisa melepaskan kegalauan tentang nilai tersebut, beban pikirana saya kembali ditambah. Pukul 5 pagi tadi ketika saya dan papa berniat jogging, kami dekejutkan dengan hilangnya dua ban mobil beserta pelek-peleknya dan juga bensin dimobil tersebut yang kira-kira sepuluh liter. Kerugian ditaksir sekitar 1,2 juta. Ah, saya sudah seperti pembaca berita saja. Melihat raut sedih kedua orang tua saya, tentu saya ikut bersedih. Jahat sekali yang melakukan ini pada keluarga saya, mengingat dua ban tersebut masih baru dan belum lunas, maklum hanya ban cicilan. Yang lebih menyedihkan lagi, orang tua saya sedikit menyalahkan saya. mereka menuduh saya mendengar kejadian tersebut namun saya bersikap acuh. Mama.papa, saya tidak sebodoh dan secuek itu. Saya hanya bisa berdoa semoga orang yang bersangkutan mendapat balasan yang setimpal dan semoga mama dan papa saya mendapat rejeki yang lebih dari kerugiannya tersebut. Amin.
No comments:
Post a Comment