Lara adalah seorang mahasiswi seni
disalah satu universitas swasta di Jawa Barat. Lara sangat mencintai seni.
Mulai dari dunia fotografi sampai perfilman menjadi minat sekaligus bakat
terpendamnya. Untuk akhirnya menjalani pilihanya tersebut, Lara harus meluluhkan
hati bundanya yang bersikeras mengarahkannya sebagai seorang dokter. Namun Lara
dibantu oleh kedua kakak laki-lakinya berhasil memperjuangkan minat dan bakat
Lara menjadi seorang mahasiswi seni.
Hidup Lara memang berkecukupan tapi
tidak jarang dia merasa hidupnya tidak begitu menyenangkan. Hidupnya terbilang
unik. Mulai dari keluarga yang harmonis namun terpisah jarak dan waktu sampai
kisah cintanya yang cukup bervariasi.
“Lara bangun dong, buatin sarapan”,
desak kakaknya. Lara pun terbangun dengan siluet wajah yang tampak seperti begitu
membunuh. Bukan karena geram atau pun ekspresi alamiah bangun tidur, tetapi
memang begitulah pembawaannya.
Lara bergegas menuju kamar mandi yang
tidak jauh dari kamarnya dan menghilangkan semua tanda bahwa dia baru saja
terbangun dan segera membuat sarapan untuk kakaknya yang manja. Panggil saja
kakak manjanya dengan Ica. Ica paling ngefans sama masakan Lara. Ica hanya
makan makanan masakan adiknya dan berbagai jenis junk food. Tidak heran
tubuhnya terlihat sedikit gemuk dibandingkan Lara adiknya.
Pukul 07.45, Lara sedang menunggu
kakaknya di halaman depan. Penantiannya ditemani oleh kicauan burung dipagi
hari dan rumput hijau yang basah karena embun pagi. Lara kembali teringat
dengan Fadil. Fadil adalah teman dekatnya sewaktu masih duduk di kelas dua SMA.
Cowok tampan dan bertubuh kurus tersebut berhasil membuat Lara bertanya-tanya
dua tahun terkhir.
Sewaktu masih SMA, Fadil menjadi
cowok paling cool seantero sekolahan. Namun dia dikenal sebagai seseorang yang
tidak normal karena dia membenci cewek. Meskipun begitu Fadil tetap saja menjadi
incaran cewek sebayanya dari cewek gaul sampai cewek cupu sekali pun. Lain
halnya dengan Lara yang memerhatikan Jamal yang duduk cukup jauh darinya
dikelas. Jamal adalah cowok berambut panjang dengan belahan tengah yang
membuatnya terlihat sedikit cupu dari yang lainnya. Mulai dari pendekatan
melalui SMS sampai saling bertukar perhatian sudah Lara jalani dengan Jamal.
Namun ternyata cowok cupu tersebut belum mempunyai keberanian untuk menyatakan
perasaannya kepada Lara. Lara pun hanya terus menunggu dan memperhatikan
orang-orang disekitarnya yang dengan mudahnya mengisi hati mereka dengan sebuah
nama.
Seseorang berbaju kuning mengagetkan
Lara, “mau ngampus gak sih ? melamun mulu nih kamu”. Ica sang kakak membuyarkan
lamunan adiknya. Mereka berangkat ke kampus dan berpisah pada gerbang kampus.
Ica melanjutkan perjalanannya menuju fakultas sastra dan tentu saja Lara menuju
fakultas seni.
Dengan langkah yang terlihat tidak
bersemangat Lara menelusuri koridor dan tersenyum kecut pada semua yang
menyapanya. Sampai pada suatu ruang di ujung koridor, Lara terlihat ceria
melihat Dani, Kia dan Nunu sahabatnya. Ketika bertemu dengan sahabatnya, beban
Lara selalu menghilang dengan sendirinya. Dani dengan semua tindakan lucunya
selalu saja bisa menghibur Lara. Ditambah lagi ketika Dani, Kia dan Nunu
memperdebatkan tentang sesuatu. Dani adalah cewek berwajah cantik dan selalu
bertingkah konyol. Sedangkan Kia adalah sosok cewek pendiam dan selalu saja
membuat geram teman-temannya karena pikirannya yang selalu saja not responding. Adapun Nunu adalah cewek
paling dewasa diantara mereka berempat. Oleh karena itu Nunu dijuluki sebagai
bunda.
“sst , nomer satu dong”, bisik Kia.
Dani hanya berbalik dan berkata “nulis nama aja belum, lo uda minta jawaban.
Kerjain yang gampang-gampang aja dulu”. Karena hanya mendapat kuliah dua menit
dari Dani, Kia segera berpaling pada Lara. Dan Lara pun memberikan kuliah dua
menit yang sama namun dengan tawa kecil. Nunu sebagai induk dari mereka bertiga
terlihat mengerjakan soal ujian tengah smester dengan tenang, ditambah lagi
tempat duduknya relative tidak terjangkau oleh Kia. Ujian mereka berjalan lancar
meskipun diwarnai berbagai kecurangan. Mulai dari Kia yang terus saja gelisah
karena tidak sempat belajar dimalam sebelumnya, Dani yang selalu menyempatkan
waktunya untuk mendiskusikan jawaban yang diduganya benar sampai Nunu yang
paling dewasa antara mereka pun tidak luput dari kecurangan. Nunu selalu
memiliki penyelamat dihandphonenya. Semua materi yang pernah diajarkan
tersimpan rapi dihandphone Nunu. Berbeda denagn temannya yang lain , Lara yang
dingin itu jarang berbuat curang ketika ujian. Bukan karena sok pintar ataupun
takut dosa. Lara memang tidak ahli dalam berbuat nekat seperti teman-temannya
yang lain. Lara memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap sesuatu hal yang
meskipun dampaknya hanya seupil.
No comments:
Post a Comment