Ping.
Lara yang baru saja memanjakan dirinya dengan luluran dan segera menghampiri notebook
pink kesayangannya. Seorang senior memulai obrolan dengannya. Lara biasa
menyapanya dengan Kak Agus. Mereka
ngobrol ngalur-ngidul sampai larut malam. Mulai dari gossip-gosip yang beredar
di fakultas seni sampai pengalaman kuliah masing-masing. Handphonenya
menunjukkan pukul 00.34 WITA. Rasa kantuk mulai menggelitik matanya padahal
belum sedikitpun tugas dari dosen favoritnya dikerjakan. Lara mencari posisi
duduk yang benar-benar nyaman dan memulainya dengan sisa-sisa kesadaran yang
ada. Ketika tugasnya selesai, waktu sudah menunjukkan pukul 03.19 WITA. Tak ada
hal yang diinginkannya lagi selain merebahkan dirinya diatas tempat tidur.
Pagi
yang cerah mengawali hari ini. Upacara sudah berlangsung disetiap sekolah. Lara
menemukan dirinya masih berada diantara guling yang lembut. Lara memulai
harinya dengan tergesa-gesa. Apalagi diantara tergesa-gesaannya Lara harus
membangunkan Ica yang masih tertidur pulas di depan TV. Mengingat tidurnya yang
kurang dari kebutuhannya dan ketergesaan pagi ini, Lara akan mendapatkan
suasana hati yang buruk. Benar saja sesampainya dikampus, tanpa bertanya Dani
dan Nunu suda bisa menebaknya dari kejauhan. Lara menelusuri koridor dengan tatapan
sayu dan tidak bersemangat. Tidak jauh dibelakang Lara, terlihat Kia melangkah
dengan sangat hati-hati dan sebatang coklat ditangannya sebagai sarapan pagi.
Seusai
kuliah tatapan Lara semakin tajam. Peringainya yang sinis semakin membuat
teman-temannya segan untuk memulai perbincangan dengannya. Berbeda dengan yang
lainnya, Kia memberanikan diri mengajak Lara untuk membeli es krim. Lara
menyetujui dan beruntung raut wajahnya sedikit melemah dan membuat Nunu dan
Dani melanjutkan usaha Kia. Menit demi menit, tanpa sadar Lara mulai berbagi
cerita dengan ketiga teman terdekatnya tersebut bahkan sebelum sampai di tempat
penjualan es krim. Suasana hati Lara berubah seketika. Mereka melewati koridor
dengan kekepoan mereka seharian. Mulai dari gossip tentang mahasiswa sampai
dosen fakultas seni. Semuanya terlihat menyenangkan sampai Lara melihat sosok
yang sepertinya tidak asing baginya. Fadil.
Fadil terlihat sedang duduk diantara teman-temannya sefakultas ilmu social dan
politik. Sosok Fadil tidak jauh beda dengan Lara. Wajahnya datar namun bila
menemukan tempat yang tepat Fadil berubah menjadi sosok yang menyenangkan. Lara
terdiam menatap seseorang berbaju biru tersebut. Namun berselang beberapa detik
tatapannya dibuyarkan oleh Dani yang terus saja mendesaknya dengan pertanyaan
yang sama, “Lo mau yang mana ? tinggal dua nih, mocca dan stroberi. Favorit
Nunu banget tuh”. Mereka tertawa terbahak-bahak mengingat Nunu yang benar-benar
benci dengan stroberi dan mocca. Namun Lara masih tetap terdiam berusaha melanjutkan
tatapannya namun gagal. Fadil menghilang.
Lara
terdiam di alun jendela kamarnya. Ada sesuatu yang mengganjal benaknya. Mungkin
pertemuan dengan Fadil sore tadi mengingatkan kenangan beberapa tahun yang
lalu. Kenangan itu mondar-mandir dihadapannya. Kenangan yang mampu membuatnya
tersenyum geli namun akhirnya meneteskan sesuatu dari matanya. Ica berjalan
menuju jendela dan mengagetkan sang adik. “dor, ngapain sih kamu ? melamun
mulu, nonton yuk”, ajak Ica. Ica memang sosok kakak yang selalu tau bagaimana
cara untuk bersenang-senang dan menyenangkan orang lain. Satu lagi hari yang
mengganggu Lara.
Berbeda
dengan hari kemarin, Lara terlihat mengawali pagi ini dengan lebih bersemangat.
Namun dalam semangat itu tumbuh sesuatu yang makin lama makin mengganggunya.
“kok muka lo pucat gitu sih Nu ?”, tanya Kia. Pertanyaan Kia sentak
menghentikan suapan mi instan yang sedang dilahap Lara dan Dani. Rupanya Nunu
sedang kedatangan tamu bulanan dan berhasil membuat perutnya keram luar biasa. Nunu hanya merintih menahan sakit dan
mulai berbicara dengan suara pelan, “temenin gue ke toilet dong”. Lara segera
meninggalkan sandarannya dan mulai memapah Nunu menuju toilet. Celakanya
sebelum sampai, Nunu terjatuh. Lara kebingungan karena mereka tidak sedang
berada di fakultas seni, melaikan difakultas kedokteran. Tak seorangpun yang
dia kenal. Dituntunnya Nunu menuju tangga dan beristirahat disana. Namun Nunu
terlihat semakin pucat. Lara mengisyaratkan Nunu untuk tetap tinggal sedangkan Lara
berlari menuju kantin fakultas kedokteran dan meminta Dani dan Kia menemani
Nunu sementara Lara menghambur ke fakultas seni mencari Jamal. Jamal yang setia
menemani hari-hari Nunu sejak kelas dua SMA.
Koridor
fakultas kedokteran. Lara berjalan tepat dibelakang Jamal. Lara menatap lelaki
yang tengah berjalan terburu-buru tersebut. Jamal menoleh kebelakang dan
mengagetkan Lara. “Nunu dimana ?”, tanyanya dengan nafas terputus-putus. Lara
yang sedang tidak begitu fokus menjawab seadanya, “di dekat tangga tuh,
cepetan”. Jamal berlari kecil menuju lokasi tersebut sedangkan Lara sebaliknya.
Lara semakin memperlambat langkahnya. Bukan karena kecapaian atapun rasa lega
Jamal sudah datang untuk menolong Nunu. Lara terdiam karena pertanyaan yang tiba-tiba mengganggu
pikirannya. Siapa yang akan berlari kecil
dan menolongmu ketika kamu dalam posisi seperti Nunu ? Hening.
No comments:
Post a Comment