Tuesday, January 1, 2013

Lara [2]


Ping. Lara yang baru saja memanjakan dirinya dengan luluran dan segera menghampiri notebook pink kesayangannya. Seorang senior memulai obrolan dengannya. Lara biasa menyapanya dengan Kak Agus. Mereka ngobrol ngalur-ngidul sampai larut malam. Mulai dari gossip-gosip yang beredar di fakultas seni sampai pengalaman kuliah masing-masing. Handphonenya menunjukkan pukul 00.34 WITA. Rasa kantuk mulai menggelitik matanya padahal belum sedikitpun tugas dari dosen favoritnya dikerjakan. Lara mencari posisi duduk yang benar-benar nyaman dan memulainya dengan sisa-sisa kesadaran yang ada. Ketika tugasnya selesai, waktu sudah menunjukkan pukul 03.19 WITA. Tak ada hal yang diinginkannya lagi selain merebahkan dirinya diatas tempat tidur.
Pagi yang cerah mengawali hari ini. Upacara sudah berlangsung disetiap sekolah. Lara menemukan dirinya masih berada diantara guling yang lembut. Lara memulai harinya dengan tergesa-gesa. Apalagi diantara tergesa-gesaannya Lara harus membangunkan Ica yang masih tertidur pulas di depan TV. Mengingat tidurnya yang kurang dari kebutuhannya dan ketergesaan pagi ini, Lara akan mendapatkan suasana hati yang buruk. Benar saja sesampainya dikampus, tanpa bertanya Dani dan Nunu suda bisa menebaknya dari kejauhan. Lara menelusuri koridor dengan tatapan sayu dan tidak bersemangat. Tidak jauh dibelakang Lara, terlihat Kia melangkah dengan sangat hati-hati dan sebatang coklat ditangannya sebagai sarapan pagi.

Seusai kuliah tatapan Lara semakin tajam. Peringainya yang sinis semakin membuat teman-temannya segan untuk memulai perbincangan dengannya. Berbeda dengan yang lainnya, Kia memberanikan diri mengajak Lara untuk membeli es krim. Lara menyetujui dan beruntung raut wajahnya sedikit melemah dan membuat Nunu dan Dani melanjutkan usaha Kia. Menit demi menit, tanpa sadar Lara mulai berbagi cerita dengan ketiga teman terdekatnya tersebut bahkan sebelum sampai di tempat penjualan es krim. Suasana hati Lara berubah seketika. Mereka melewati koridor dengan kekepoan mereka seharian. Mulai dari gossip tentang mahasiswa sampai dosen fakultas seni. Semuanya terlihat menyenangkan sampai Lara melihat sosok yang sepertinya tidak asing baginya. Fadil. Fadil terlihat sedang duduk diantara teman-temannya sefakultas ilmu social dan politik. Sosok Fadil tidak jauh beda dengan Lara. Wajahnya datar namun bila menemukan tempat yang tepat Fadil berubah menjadi sosok yang menyenangkan. Lara terdiam menatap seseorang berbaju biru tersebut. Namun berselang beberapa detik tatapannya dibuyarkan oleh Dani yang terus saja mendesaknya dengan pertanyaan yang sama, “Lo mau yang mana ? tinggal dua nih, mocca dan stroberi. Favorit Nunu banget tuh”. Mereka tertawa terbahak-bahak mengingat Nunu yang benar-benar benci dengan stroberi dan mocca. Namun Lara masih tetap terdiam berusaha melanjutkan tatapannya namun gagal. Fadil menghilang.
Lara terdiam di alun jendela kamarnya. Ada sesuatu yang mengganjal benaknya. Mungkin pertemuan dengan Fadil sore tadi mengingatkan kenangan beberapa tahun yang lalu. Kenangan itu mondar-mandir dihadapannya. Kenangan yang mampu membuatnya tersenyum geli namun akhirnya meneteskan sesuatu dari matanya. Ica berjalan menuju jendela dan mengagetkan sang adik. “dor, ngapain sih kamu ? melamun mulu, nonton yuk”, ajak Ica. Ica memang sosok kakak yang selalu tau bagaimana cara untuk bersenang-senang dan menyenangkan orang lain. Satu lagi hari yang mengganggu Lara.
Berbeda dengan hari kemarin, Lara terlihat mengawali pagi ini dengan lebih bersemangat. Namun dalam semangat itu tumbuh sesuatu yang makin lama makin mengganggunya. “kok muka lo pucat gitu sih Nu ?”, tanya Kia. Pertanyaan Kia sentak menghentikan suapan mi instan yang sedang dilahap Lara dan Dani. Rupanya Nunu sedang kedatangan tamu bulanan dan berhasil membuat perutnya keram luar  biasa. Nunu hanya merintih menahan sakit dan mulai berbicara dengan suara pelan, “temenin gue ke toilet dong”. Lara segera meninggalkan sandarannya dan mulai memapah Nunu menuju toilet. Celakanya sebelum sampai, Nunu terjatuh. Lara kebingungan karena mereka tidak sedang berada di fakultas seni, melaikan difakultas kedokteran. Tak seorangpun yang dia kenal. Dituntunnya Nunu menuju tangga dan beristirahat disana. Namun Nunu terlihat semakin pucat. Lara mengisyaratkan Nunu untuk tetap tinggal sedangkan Lara berlari menuju kantin fakultas kedokteran dan meminta Dani dan Kia menemani Nunu sementara Lara menghambur ke fakultas seni mencari Jamal. Jamal yang setia menemani hari-hari Nunu sejak kelas dua SMA.
Koridor fakultas kedokteran. Lara berjalan tepat dibelakang Jamal. Lara menatap lelaki yang tengah berjalan terburu-buru tersebut. Jamal menoleh kebelakang dan mengagetkan Lara. “Nunu dimana ?”, tanyanya dengan nafas terputus-putus. Lara yang sedang tidak begitu fokus menjawab seadanya, “di dekat tangga tuh, cepetan”. Jamal berlari kecil menuju lokasi tersebut sedangkan Lara sebaliknya. Lara semakin memperlambat langkahnya. Bukan karena kecapaian atapun rasa lega Jamal sudah datang untuk menolong Nunu. Lara terdiam karena  pertanyaan yang tiba-tiba mengganggu pikirannya. Siapa yang akan berlari kecil dan menolongmu ketika kamu dalam posisi seperti Nunu ? Hening.

No comments:

Post a Comment