BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusuan
dini segera setelah bayi lahir perlu dilaksanakan untuk memperlancar ASI
Eksklusif selama enam bulan. Tak ada alasan untuk menghentikan pemberian Asi
karena pekerjaan di kantor. Juga sangat tidak masuk akal jika ibu menolak
memberikan Asi dengan alasan kecantikan. Karena perubahan bentuk payudara bukan
disebabkan oleh proses menyusui. Melainkan oleh kehamilan. Sampai usia 6 bulan bayi
belum membutuhkan minuman atau makanan selain ASI Artinya, bayi hanya
memperoleh air susu ibu saja tanpa tambahan cairan (susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan lainlain) juga makanan lain (seperti pisang, bubur,
biskuit, nasi tim, dan lain-lain).
Menyusui
adalah kegiatan yang sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, dapat sebagai sebuah
kehangatan kasih sayang. Selain itu ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak
lebih optimal, terutama karena Asi mengandung protein khusus, yaitu taurin.
Juga mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang dalam jumlah yang lebih
banyak dibandingkan susu sapi/kaleng. Kandungan Asi pun menghindarkan bayi dari
bahaya infeksi dan alergi. Bahkan mampu merangsang pertumbuhan sistem kekebalan
tubuh pada bayi. Sehingga sangat jelas Asi tidak bisa digantikan oleh apa pun.
Menurut
data UNICEF, hanya 3% ibu yang memberikan ASI secara Eksklusif. Dipastikan
persentase tersebut jauh menurun bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Lima belas tahun lalu sebuah penelitian terhadap 460 bayi rawat gabung (rooming
in) di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) memperlihatkan bahwa 71,1% ibu
memberi ASI sampai bayinya usia dua bulan, 20,2% diantaranya memberi ASI
Eksklusif. (Pusat Data dan Informasi Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2003)
Meskipun
menyusui merupakan proses alami, kenyataanya banyak kesulitan yang ditemui
seorang ibu dalam pelaksanaannya. Terdapat beberapa kesulitan dalam menyusui
diantaranya karena puting susu ibu lecet, payudara bengkak, Asi tak mau keluar,
bayi tak mau mengisap dan sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka
dibuatlah klinik laktasi sebagai suatu tempat di mana para ibu dapat melakukan
konsultasi mengenai berbagai masalah dalam menyusui bayinya. Klinik laktasi
membantu menangani kasus ibu dan bayi dalam soal menyusui.
B.
Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk:
1. Menguraikan
pengertian klinik laktasi.
2. Menguraikan
fungsi klinik laktasi.
3. Menguraikan
manfaat klinik laktasi.
4. Menguraikan
manajemen klinik laktasi.
5. Menguraikan
manajemen laktasi pada ibu bekerja.
6. Menguraikan
masalah laktasi pada ibu bekerja.
C.
Manfaat Penulisan
1.
Diharapkan
dapat dijadikan sebagai salah satu pemenuhan tugas individu mata kuliah
Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Diharapkan dapat
dijadikan bahan bacaan berkualitas tentang klinik laktasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Klinik Laktasi
Dalam modul manajemen laktasi yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan (1994), klinik laktasi didefinisikan sebagai tempat
pelayanan kesehatan dan konsultasi kepada ibu yang sedang menyusui atau ingin
menyusui bayinya. Klinik laktasi merupakan bagian terintegrasi antara unit
kerja yang berhubungan dengan kesehatan anak, kebidanan dan kandungan. Lokasi
yang memungkinkan untuk klinik laktasi adalah dibagian obstetri dan ginekologi
atau bagian ilmu kesehatan anak dimana memungkinkan ibu san bayinya mengunjungi
klinik tersebut. Diharapkan semua pusat pelayanan kesehatan memiliki klinik
laktasi sesuai dengan rekomendasi dari departemen kesehatan.
B.
Fungsi Klinik Laktasi
Kegitan di Klinik Laktasi meliputi dua hal yaitu
dalam bidang pelayanan dan bidang pendidikan. Pelayanan yang diberikan di
Klinik Laktasi dibedakan lagi menjadi dua yaitu masa kehamilan dan masa pasca
kelahiran. Pada masa kehamilan pelayanan medis yang untama adalah bimbingan
persipan menyusui terdiri dari: (Depkes RI, 1994)
1. Mempersiapkan Psikis Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat
menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu
memproduksi ASI umunya produksi ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak
bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan
pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu
sangat besar. (Jafar, 2011)
2. Pemeriksaan Puting Susu
Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan
payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu
perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. (Siregar, 2005)
3. Penjelasan Manfaat Air Susu Ibu (ASI) dan Kerugian
Susu Buatan
a. Manfaat Bagi Bayi
Beberapa
manfaat pemberian ASI yang diperoleh bayi antara lain (Soetjiningsih, 1997) :
1)
Sebagai nutrisi
2)
ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, Kolostrum
mengabdung zat kekebalan 10 – 17 kali lebih banyak dari susu matang.
3)
ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan, karena ASI
mengandung taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang.
4)
ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang.
5)
Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan sampai usia enam bulan.
6)
Melindungi anak dari serangan alergi.
7)
Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
8)
Membantu pembentukan rahang yang bagus.
9)
Mengurangi resiko terkena kencing manis, kanker pada
anak dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
10) Menunjang
perkembangan motorik sehingga bayi ASI Eksklusif akan lebih cepat bisa
berjalan.
b.
Manfaat bagi
Ibu
1)
Mengurangi pendarahan setelah melahirkan.
2)
Mengurangi terjadi anemia.
3)
Menjarangkan kehamilan.
4)
Mengecilkan rahim
5)
Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
6)
Lebih ekonomis / murah, tidak perlu dibeli.
7)
Tidak merepotkan dan hemat waktu.
8)
Memberi kepuasan bagi ibu.
9)
Lebih cepat lansing.
10) Tidak
pernah basi.
Berbagai dampak negative dari pemberian susu formula antara lain :
(Savage King dalam Mahlia, 2009)
1)
Pencemaran
Makanan buatan sering tercemar
bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap
selesai member minum. Bakteri tumbuh sangat cepat pada minuman buatan.
2)
Lafeksi
Susu formula tidak mengandung
antibody untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi minum susu
formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.
3)
Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah
mungkin tidak mampu membeli cukup susu formula untuk bayinya. Mereka mugkin
member dalam jumlah sedikit dan mungkin memberi sedikit atau menaruh sedikit
bubuk susu kedalam botol sebagai akibatnya bayi yang diberi susu formula sering
kelaparan.
4)
Kekurangan vitamin
Susu formula tidak mengandung
vitamin yang cukup untuk bayi. Menurut Richard dan Victor ASI mengandung
vitamin C dan vitamin D.
5)
Kekurangan Zat Besi
Zat besi dari susu formula
tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi minuman
buatan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi.
6)
Lemak yang Tidak Cocok
Susu formula yang terbuat dari
susu sapi mengandung banyak asam lemak jenuh disbanding ASI. Untuk pertumbuhan
bayi yang sehat diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu
formula tidak mengandung asam lemak esensial dan asam linoleat yang cukup dan
mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan itak. Susu
formula tidak mengandung lemak sehingga tidak mengandung cukup banyak energy.
7)
Protein yang Tidak Cocok
Susu formula yang mengandung
terlalu banyak protein kasein. Kasein mengandung campuran asam amino yang tidak
cocok dan sulit dikeluarkan oleh ginjal bayi yang belum sempurna. Petugas
kesehatan sering mengajarkan kepada ibu untuk mengencerkan susu formula dengan
air untuk mengurangi protein total. Tetapi susu yang diencerkan tidak
mengandung asam amino esensial yang cukup yang siperlukan bagi pertumbuhan otak
bayi.
8)
Tidak Bisa Dicerna
Susu formula sulit dicerna
karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak. Karena susu formula
lambat dicerna maka lebih lama untuk mengisi lambung bayi daripada ASI,
akibatnya bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi yang diberikan susu formula bisa
dapat menderita sembelit yaitu tinja menjadi lebih tebal dank eras.
9)
Alergi
Bayi yang diberi susu formula
terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah energy misalnya asma dan
eksim. Penggunaan susu formula yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya. Ada
tiga macam bahaya yang timbu; akibat penggunaan susu formula yaitu infeksi,
oral oral moniliasis dan marasmus gizi.
4. Penjelasan Rawat Gabung
Agar terbentuk hubungan erat antara ibu dan bayi,
maka segera setelah lahir bayi harus kontak kembali dengan ibu. Rawat gabung
adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi baru lahir tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh.
(Nurhayati dan Maryuni, 2009)
Manfaat rawat gabung dalam peoses laktasi adalah
sebagai berikut :
a. Ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya
dan menyusu setiap saat kapan saja bayi menginginkannya
b. Bayi dapat disusui dengan frekuensi lebih
sering sehingga bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling baik
c. Antara ibu dan bayi akan terjalin proses
lekat akibat sentuhan badannya antara ibu dan bayi
d. Mempunyai pengalaman yang berguna yaitu
mampu menyusui serta merawat bayinya sepulang dari rumah sakit
e. Pemberian ASI dapat dilakukan sedini
mungkin
f. Ibu dapat mengamati bayinya sendiri dalam
satu ruangan
5. Penyuluhan dan Konsultasi Ibu Hamil
Pendidikan ibu yang relatif kurang dapat
menurunkan perlaku pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mempunyai pengetahuan
tentang ASI atau menyusui yang baik bisa memberi ASI secara eksklusif dan
memberikan kolostrum pada bayi. Namun apabila pengetahuan ibu mengenai ASI
eksklusif rendah makan perilaku pemberian ASI secara eksklusif tidak dapat
diberikan pada bayi. Untuk meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif perlu
dilakukan intervensi dengan meningkatkan penyuluhan tentang ASI kepada ibu dan
keluarganya secara berkala yang didasarkan kondisi sosial budaya setempat.
(Soeparmanto dalam Emilia, 2008)
C.
Manfaat Klinik Laktasi
Banyak manfaat yang dapat diambil baik oleh ibu
maupun petugas dalam hal melaksanakan kegiatan pelayanan ibu menyusui di Klinik
laktasi, diantaranya meliputi : (Prawirihardjo dalam Putri, 2003)
1. Suatu pengalaman dan pemahaman proses
laktasi yang kompleks
2. Secara biologik ibunya dan bayi saling
membutuhkan dan merupakan suatu unit yang tidak terpisahkan
3. Pengaruh keluarga pada proses menyusui
4. Kemampuan pemeriksaan payudara waktu
laktasi
5. Kemampua mengatasi masalah laktasi
6. Penguasaan teknik menyusui
Semua pengetahuan dan pengalaman tersebut akan
memberikan penguasaan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan
menyusui, sehingga pengembangan penggunaan ASI akan berlangsung terus dan tidak
terlalu cepat menganjurkan menghentikan penggunaan ASI. (Prawirihardjo dalam
Putri, 2003)
D.
Manajemen Laktasi
Gangguan proses pemberi ASI pada prinsipnya
berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri serta kurangnya dukungan
dari keluarga dan lingkungan. Menyusui memerlukan persiapan dan persiapan itu
harus dimulai masa hamil. Kepada calon ibu perlu diajarkan cara memberi ASI
pertama, upaya yang perlu dilakukan untuk memperbanyak ASI serta cara perawatan
payudara selama menyusui. (Arisman dalam Juliani, 2009)
Segala tata laksana yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat disusui dengan baik dan
benar disebut manajemen laktasi. Tujuan dari manajemen laktasi adalah
meningkatkan penggunaan ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan. Manajemen
laktasi dimulai dari sejak masa hamil segera setelah melahirkan dan masa pasca
persalinan. (Perinasia dalam Juliani, 2009)
Ada tiga tahapan manajemen laktasi, antara lain :
1. Periode Masa Kehamilan (Antenatal)
Pelayanan kesehatan diberikan pada masa antenatal yaitu pelayanan pada
setiap ibu hamil yang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya, maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut : (Depkes, 2002)
a. Pemeriksaan kesehatan atau fisik yang
dimulai dengan anamnesa
b. Pemeriksaan kehamilan dimulai dengan
anamnesa, inspeksi, palpasi
c. Mengukur tekanan darah ibu hamil
d. Pemeriksaan payudara dilanjutkan
perawatan, yang paling penting puting susu untuk mempersiapkan menyusu apabila
sudah melahirkan
e. Melakukan pemantauan berat badan dengan
menimbang berat badan ibu hamil
f. Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil
sebanyak 90 butir selama kehamilan
g. Pemberian suntikan tetanus sebanyak dua
kali selama kehamilan
Persiapan bagi ibu untuk menyusui sebaiknya
dimulai pada masa kehamilan. Pada masa ini perlu disiapkan secara psikologis
maupun fisik payudara, antara lain dengan tiga cara yaitu : (Perinasia dalam
Juliani, 2009)
a. Pemeriksaan Payudara
Dalam masa kehamilan payudara ibu perlu diperiksa
sebagai persiapan menyusui untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bisa
terdapat kelainan dapat segera diketahui. Penemuan adanya kelainan payudara
ditingkat dini diharapkan dapat diperiksa agar ketika menyusui nanti bisa
lancar. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu ketika
masa kehamilannya. Pemeriksaan dilakukan dengan dua cara yaitu : (Perinasia
dalam Juliani, 2009)
1) Payudara
Ukuran dan bentuk payudara tak seperti yang diduga
masyarakat awam, ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada prosuksi
ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran, gerakan yang
tidak simetris pada perubahan posisi. Warna kulit payudara pada umumnya sama
dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu diperhatian ialah adanya
warna kemerahan, tanda peradangan dan penyakit kulit.
2) Aerola
Ukuran dan bentuk pada umumnya akan meluas pada
saat pubertas dan selama kehamilan serta bersifat simetris. Permukaan dapat
licin atau berkerut, warna pigmentasi yang meningkat saat kehamilan menyebabkan
warna kulit pada aerola gelap dibanding sebelum hamil.
3) Palpasi
Ukuran dan bentuk bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus. Permukaan
pada umumnya tidak beraturan, adanya luka dan sisik merupakan suatu kelainan,
warna sama dengan aerola karena mempunyai pigmen yang sama.
b. Pemantauan Berat Badan
Pada saat hamil terjadi perubahan pada payudara,
dimana ukuran payudara bertambah besar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus
laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI karena pengaruh hormon yang dibuat
plasenta yaitu laktogen, prolaktin kariogonadotropin, estrogen dan progesteron.
Pembesaran juga disebabkan oleh bertambahnya pembuluh darah. (Juliani, 2009)
Laju pertambahan berat badan selama hamil
merupakan petunjuk yang sama pentingnya dengan pertambahan berat badan itu
sendiri. Karena itu sebaiknya kita menentukan patokan besaran pertambahan berat
sampai kehamilan berakhir sekaligs memantau prosesnya dan kemudian mencatatnya
dalam ”Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil”. Selam atrimester I, kisaran pertambahan
berat sebaiknya 1-2 kg, sementara trimester II dan III sekitar 0,34-0,50 kg
tiap minggu. (Arisman dalam Juliani, 2009)
c. Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi)
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan
hal yang penting karena dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap
untuk menyusui bayinya. Untuk itu ibu hamil sebaiknya diberikan pengertian dan
bimbungan melalui pemberian KIE. (Perinasia dalam Juliani, 2009)
Salah satu penyebab menurunnya pemberian ASI
adalah faktor kurangnya petugas kesehatan memberikan penerangan atau dorongan
tentang manfaat dan keunggulan ASI dan bahaya susu botol kepada masyarakat.
(Soetjiningsih dalam Juliani, 2009)
2. Periode Segera Setelah Bayi Lahir
Setelah persalinan, dengan terlepasnya plasenta,
kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi.
Karena tidak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada saat
mulai menyusui, maka dengan segera rangsangan isapan bayi memacu lepasnya
prolaktin dan hipofise yang memperlancar skresi ASI. (Juliani, 2009)
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu
dibantu dan dimotivasi agar mulai kontank dengan bayi dan mulai menyusui bayi.
Karena saat ini bayi dalam keadaan peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi
akan mencari payudara ibu secara alamiah. Refleks isap bayi paling kuat adalah
jam-jam pertama setelah lahir, setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir
segera mungkin berikan ASI dalam waktu 30 menit setelah kelahiran. Dalam hal
ini seorang ibu membutuhkan bantuan orang lain agar ibu dan bayi sedini mungkin
kontak langsung dan memberi rasa aman dan kehangatan. (Depkes, 2002)
3. Masa Pasca Persalinan
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan
mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang
sebenarnya sangat sederhana, misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika
menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan keadaan ibu
yang lebih peka dalam emosi terlebih pada minggu pertama setelah persalinan,
untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membantunya membimbing,
merawat bayi termasuk dalam menyusui seperti peugas kesehatan, kelompok ibu
pendukung ASI, suami, keluarga atau kerabat lain. (Soetjiningsih dalam Juliani,
2009)
Uraian kegiatan pada fase ini adalah pelaksanaan
rawat gabung dan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi tentang :
a. Rawat Gabung
Agar terbentuk hubungan erat antara ibu dan bayi,
maka segera setelah lahir bayi harus kontak kembali dengan ibu. Rawat gabung
adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi baru lahir tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh.
(Soetjiningsih dalam Juliani, 2009)
Manfaat rawat gabung dalam peoses laktasi adalah
sebagai berikut : (Soetjiningsih dalam Juliani, 2009)
1) Ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya
dan menyusu setiap saat kapan saja bayi menginginkannya
2) Bayi dapat disusui dengan frekuensi lebih
sering sehingga bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling baik
3) Antara ibu dan bayi akan terjalin proses
lekat akibat sentuhan badannya antara ibu dan bayi
4) Mempunyai pengalaman yang berguna yaitu
mampu menyusui serta merawat bayinya sepulang dari rumah sakit
5) Pemberian ASI dapat dilakukan sedini
mungkin
6) Ibu dapat mengamati bayinya sendiri dalam
satu ruangan
b. Cara Menyusui yang Baik dan Benar
1) Posisi dan perlekatan menyusui
2) Langkah-langkah menyusui yang baik dan
benar
a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit,
kemudian dioleskan pada puting susu sebagai sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu (Perinasia dalam Juliani, 2009)
b) Bayi diletakkan menghadap perut
ibu/payudara (Perinasia dalam Juliani, 2009)
Ø Ibu duduk atau berbaring, bayi dipegang
pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu.
Ø Satu tangan bayi diletakkan dibelakang
badan ibu
Ø Perut bayi menempel pada badan ibu dan
kepala menghadap payudara
Ø Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
c) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas
dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu (Juliani, 2009)
d) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan dekpayudara ibu dan puting susu dimasukkan kemulut bayi.
(Depkes, 2005)
E.
Manajemen Laktasi pada Ibu Bekerja
Manajemen laktasi
pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu mencapai keberhasilan dalam
menyusui bayinya khususnya pada ibu yang bekerja. (Taufan, 2011)
1.
Tehnik yang dianjurkan antara lain:
a. Sebelum
berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya
b. ASI
yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari
pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja
c. Selama
ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari pendingin
di tempat kerja,atau diantar pulang.
d. Bayi
dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi
menyediakan tempat.
e.
Setelah ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu
saat malam hari
f.
Perawat bayi dapat membawa bayi ketempat ibu
bekerja bila memungkinkan.
g.
Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum
cukup,makan dengan gizi cukup untuk menambah produksi ASI.
2.
ASI Perah
ASI perah
adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara untuk kemudian
disimpan dan nantinya akan diberikan untuk bayi.
Cara memerah ASI dengan
tangan/jari secara manual adalah :
a.
Cara yang pertama ibu dianjurkan untuk mengambil sebuah
mangkuk atau gelas yang bersih dan diisi dengan air mendidih kedalamnya,lalu biarkan
tertutup selama beberapa menit,setelah itu ditiriskan.
b.
Mencuci tangan ibu dengan air dan sabun
c.
Ibu dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang
terang dan nyaman dan dekatkan mangkok ke payudara ibu
d.
Memegang payudara dengan meletakkan ibu jari diatas
areola sampai putting susu, dan jari telunjuk tepat di bawahnya.
e.
Menekan dengan lembut payudara diantara ibu jari dan
jari telunjuk ke belakang kearah tulang dada
f.
Diteruskan dengan menekan ibu jari dan jari
telunjuk serta melepaskannya secara bergantian,setelah dilakukan berulangulang
ASI akan mulai mengalir.
3.
Cara
Penyimpanan ASI
ASI adalah
cairan hidup,selain makanan ASI mengandung zat anti infeksi,cara penyimpanan
ASI perah akan menentukan kualitas antiinfeksi dan makanan yang di kandungnya.
a.
Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI
tetap segar dalam waktu yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan
bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan.
b. Setelah
di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh
dimasukkan lagi dalam lemari es
c. Tulis
jam, hari dan tanggal saat diperah
4.
Lama
Penyimpanan ASI ( Roesli, 2005)
a.
Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat
disimpan selama 12 jam
b.
ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar
selama 6-8 Jam
c. ASI
bisa bertahan dalam termos es selama 24 jam
d. ASI
dapat bertahan 6 bulan pada freezer
5.
Cara
Memberikan ASI Perah dengan Gelas ataupun Sendok adalah :
a.
Pangku bayi dengan posisi setengah duduk di pangkuan
ibu
b.
Tempelkan tepi cangkir/sendok kecil berisi ASI
perah,pada bibir bawah bayi sehingga ASI menyentuh bibir bayi dan akan meminum
dengan dorongan lidahnya
c. Jangan
menuangkan ASI kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau sendok diatas bibir
bayi dan biarkan bayi meminumnya sendiri
d. Jika
bayi merasa cukup kenyang ia akan menutup mulutnya.
6.
Cara
Memberikan ASI yang Sudah Didinginkan pada Bayi
a.
ASI dipanaskan dengan cara membiarkan botol di aliri
air panas yang bukan mendidih yang keluar dari keran.
b.
Merendam botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi
air panas atau bukan mendidih.
c. Ibu
tidak boleh memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci atau alat
pemanas lainnya kecuali menggunakan alat khusus untuk memanaskan botol berisi
simpanan ASI.
d. Susu
yang sudah di panaskan tidak bisa di simpan lagi.
F.
Masalah Laktasi pada Ibu Bekerja
Semua ibu
harus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, saat ini diketahui bahwa
fenomena yang terjadi ibu yang bekerja banyak yang tidak menyusui bayinya
sampai mendapatkan ASI eksklusif. Karena ibu-ibu yang bekerja memiliki pemikiran
yaitu : (Syarifah, 2008)
1. Ibu
mengkhawatirkan dan beranggapan bahwa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi
saat ibu bekerja.
2. Saat
ini sebagian besar ibu bekerja menghentikan menyusui bayinya dikarenakan alasan
pekerjaan yang memakan waktu lama.
3.
Ibu menganggap susu formula lebih praktis dan
terjangkau, lebih mudah didapat sehingga ibu yang bekerja tidak terlalu
khawatir
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya,
maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1.
Klinik
laktasi adalah tempat pelayanan kesehatan dan konsultasi kepada ibu yang sedang
atau ingin menyusui menyusui bayinyayang mana klinik ini terintegrasi antara
unit kerja yang berhubungan dengan kesehatan anak, kebidanan dan kandungan.
2. Fungsi klinik laktasi yaitu mempersiapkan
psikis ibu, pemeriksaan puting susu, penjelasan manfaat ASI dan kerugian susu
buatan, penjelasan rawat gabung serta penyuluhan dan konsultasi ibu hamil.
3. Manfaat
klinik laktasi yaitu sebagai suatu pengalaman dan pemahaman proses laktasi yang kompleks, secara biologik
ibunya dan bayi saling membutuhkan dan merupakan suatu unit yang tidak
terpisahkan, pengaruh keluarga pada proses menyusui, kemampuan pemeriksaan
payudara waktu laktasi, kemampua mengatasi masalah laktasidan penguasaan teknik
menyusui.
4.
Manajemen laktasi adalah segala tata laksana yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat disusui dengan baik dan benar.
5.
Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya
yang dilakukan ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada
ibu yang bekerja.
6.
Masalah laktasi pada ibu bekerja yaitu pemikiran
ibu bekerja itu sendiri seperti beranggapan bahwa ASI-nya tidak
mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja, alasan pekerjaan yang memakan waktu
lama dan anggapan bahwa susu formula lebih praktis dan terjangkau.
B. Saran
Berdasarkan
simpulan, direkomendasikan beberapa hal sebagai hal sebagai berikut:
1.
Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih aktif lagi
dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pemberian
ASI Eksklusif dan lebih mengoptimalkan kinerja klinik laktasi.
2.
Bagi pemerintah diharapkan mampu
mensosialisasikan upaya untuk menyediakan fasilitas laktasi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2002. Manajemen Laktasi Jakarta.
Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi Jakarta.
Emilia, Rika Candra. 2008. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E kecamatan Simeulue Tengah
Kabupaten Simeulue (NAD) tahun 2008. Skripsi Universitas Sumatra Utara.
Jafar, Nurhaedar. 2011. Makalah Ilmiah Asi Eksklusif Universitas
Hasanuddin.
Juliani, Sri. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2009. Skripsi Universitas
Sumatra Utara.
Mahlia, Yamnur. 2009. Thesis Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pola Asuh Makan terhadap
Pertumbuhan dan perkembangan Bayi di Kecamatan Pangkalan Susu kabupaten Langkat
tahun 2008.
Nurhayati
& Maryuni. 2009. Asuhan Kegawat daruratan dan Penyulit Pada Neonatus,
Jakarta : CV Trans Info Media.
Putri, Asti Eka. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kesulitan Menyusui dan pemberian ASI. Skripsi Instritut Pertanian Bogor.
Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Try.bus Agriwidya.
Siregar, Arifin. Makalah Ilmiah Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya Universitas Sumatra Utara.
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: ECG.
Syarifah, Rosita. 2008. Panduan Lengkap Ibu Menyusui. Yogyakarta
: Ayanna Mangunnegaran.
Taufan, Nugroho. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta :
Nuha Medika.
No comments:
Post a Comment