Thursday, September 26, 2013

Klinik Laktasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penyusuan dini segera setelah bayi lahir perlu dilaksanakan untuk memperlancar ASI Eksklusif selama enam bulan. Tak ada alasan untuk menghentikan pemberian Asi karena pekerjaan di kantor. Juga sangat tidak masuk akal jika ibu menolak memberikan Asi dengan alasan kecantikan. Karena perubahan bentuk payudara bukan disebabkan oleh proses menyusui. Melainkan oleh kehamilan. Sampai usia 6 bulan bayi belum membutuhkan minuman atau makanan selain ASI Artinya, bayi hanya memperoleh air susu ibu saja tanpa tambahan cairan (susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan lainlain) juga makanan lain (seperti pisang, bubur, biskuit, nasi tim, dan lain-lain).
Menyusui adalah kegiatan yang sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, dapat sebagai sebuah kehangatan kasih sayang. Selain itu ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak lebih optimal, terutama karena Asi mengandung protein khusus, yaitu taurin. Juga mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan susu sapi/kaleng. Kandungan Asi pun menghindarkan bayi dari bahaya infeksi dan alergi. Bahkan mampu merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh pada bayi. Sehingga sangat jelas Asi tidak bisa digantikan oleh apa pun.

Menurut data UNICEF, hanya 3% ibu yang memberikan ASI secara Eksklusif. Dipastikan persentase tersebut jauh menurun bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Lima belas tahun lalu sebuah penelitian terhadap 460 bayi rawat gabung (rooming in) di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) memperlihatkan bahwa 71,1% ibu memberi ASI sampai bayinya usia dua bulan, 20,2% diantaranya memberi ASI Eksklusif. (Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2003)
Meskipun menyusui merupakan proses alami, kenyataanya banyak kesulitan yang ditemui seorang ibu dalam pelaksanaannya. Terdapat beberapa kesulitan dalam menyusui diantaranya karena puting susu ibu lecet, payudara bengkak, Asi tak mau keluar, bayi tak mau mengisap dan sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka dibuatlah klinik laktasi sebagai suatu tempat di mana para ibu dapat melakukan konsultasi mengenai berbagai masalah dalam menyusui bayinya. Klinik laktasi membantu menangani kasus ibu dan bayi dalam soal menyusui.
B.     Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.      Menguraikan pengertian klinik laktasi.
2.      Menguraikan fungsi klinik laktasi.
3.      Menguraikan manfaat klinik laktasi.
4.      Menguraikan manajemen klinik laktasi.
5.      Menguraikan manajemen laktasi pada ibu bekerja.
6.      Menguraikan masalah laktasi pada ibu bekerja.
C.    Manfaat Penulisan
1.      Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pemenuhan tugas individu mata kuliah Kesehatan Ibu dan Anak.
2.      Diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan berkualitas tentang klinik laktasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Klinik Laktasi
Dalam modul manajemen laktasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (1994), klinik laktasi didefinisikan sebagai tempat pelayanan kesehatan dan konsultasi kepada ibu yang sedang menyusui atau ingin menyusui bayinya. Klinik laktasi merupakan bagian terintegrasi antara unit kerja yang berhubungan dengan kesehatan anak, kebidanan dan kandungan. Lokasi yang memungkinkan untuk klinik laktasi adalah dibagian obstetri dan ginekologi atau bagian ilmu kesehatan anak dimana memungkinkan ibu san bayinya mengunjungi klinik tersebut. Diharapkan semua pusat pelayanan kesehatan memiliki klinik laktasi sesuai dengan rekomendasi dari departemen kesehatan.
B.     Fungsi Klinik Laktasi
Kegitan di Klinik Laktasi meliputi dua hal yaitu dalam bidang pelayanan dan bidang pendidikan. Pelayanan yang diberikan di Klinik Laktasi dibedakan lagi menjadi dua yaitu masa kehamilan dan masa pasca kelahiran. Pada masa kehamilan pelayanan medis yang untama adalah bimbingan persipan menyusui terdiri dari: (Depkes RI, 1994)
1.      Mempersiapkan Psikis Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar. (Jafar, 2011)
2.      Pemeriksaan Puting Susu
Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. (Siregar, 2005)
3.      Penjelasan Manfaat Air Susu Ibu (ASI) dan Kerugian Susu Buatan
a.       Manfaat Bagi Bayi
Beberapa manfaat pemberian ASI yang diperoleh bayi antara lain (Soetjiningsih, 1997) :
1)      Sebagai nutrisi
2)      ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, Kolostrum mengabdung zat kekebalan 10 – 17 kali lebih banyak dari susu matang.
3)      ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan, karena ASI mengandung taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang.
4)      ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang.
5)      Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan sampai usia enam bulan.
6)      Melindungi anak dari serangan alergi.
7)      Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
8)      Membantu pembentukan rahang yang bagus.
9)      Mengurangi resiko terkena kencing manis, kanker pada anak dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
10)  Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI Eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan.
b.      Manfaat bagi Ibu
1)      Mengurangi pendarahan setelah melahirkan.
2)      Mengurangi terjadi anemia.
3)      Menjarangkan kehamilan.
4)      Mengecilkan rahim
5)      Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
6)      Lebih ekonomis / murah, tidak perlu dibeli.
7)      Tidak merepotkan dan hemat waktu.
8)      Memberi kepuasan bagi ibu.
9)      Lebih cepat lansing.
10)  Tidak pernah basi.
Berbagai dampak negative dari pemberian susu formula antara lain : (Savage King dalam Mahlia, 2009)
1)      Pencemaran
Makanan buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai member minum. Bakteri tumbuh sangat cepat pada minuman buatan.
2)      Lafeksi
Susu formula tidak mengandung antibody untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi minum susu formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.
3)      Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli cukup susu formula untuk bayinya. Mereka mugkin member dalam jumlah sedikit dan mungkin memberi sedikit atau menaruh sedikit bubuk susu kedalam botol sebagai akibatnya bayi yang diberi susu formula sering kelaparan.
4)      Kekurangan vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Menurut Richard dan Victor ASI mengandung vitamin C dan vitamin D.
5)      Kekurangan Zat Besi
Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi minuman buatan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi.
6)      Lemak yang Tidak Cocok
Susu formula yang terbuat dari susu sapi mengandung banyak asam lemak jenuh disbanding ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu formula tidak mengandung asam lemak esensial dan asam linoleat yang cukup dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan itak. Susu formula tidak mengandung lemak sehingga tidak mengandung cukup banyak energy.
7)      Protein yang Tidak Cocok
Susu formula yang mengandung terlalu banyak protein kasein. Kasein mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan oleh ginjal bayi yang belum sempurna. Petugas kesehatan sering mengajarkan kepada ibu untuk mengencerkan susu formula dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial yang cukup yang siperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
8)      Tidak Bisa Dicerna
Susu formula sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak. Karena susu formula lambat dicerna maka lebih lama untuk mengisi lambung bayi daripada ASI, akibatnya bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi yang diberikan susu formula bisa dapat menderita sembelit yaitu tinja menjadi lebih tebal dank eras.
9)      Alergi
Bayi yang diberi susu formula terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah energy misalnya asma dan eksim. Penggunaan susu formula yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya. Ada tiga macam bahaya yang timbu; akibat penggunaan susu formula yaitu infeksi, oral oral moniliasis dan marasmus gizi.
4.      Penjelasan Rawat Gabung
Agar terbentuk hubungan erat antara ibu dan bayi, maka segera setelah lahir bayi harus kontak kembali dengan ibu. Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi baru lahir tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh. (Nurhayati dan Maryuni, 2009)
Manfaat rawat gabung dalam peoses laktasi adalah sebagai berikut :
a.       Ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya dan menyusu setiap saat kapan saja bayi menginginkannya
b.      Bayi dapat disusui dengan frekuensi lebih sering sehingga bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling baik
c.       Antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat akibat sentuhan badannya antara ibu dan bayi
d.      Mempunyai pengalaman yang berguna yaitu mampu menyusui serta merawat bayinya sepulang dari rumah sakit
e.       Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin
f.       Ibu dapat mengamati bayinya sendiri dalam satu ruangan
5.      Penyuluhan dan Konsultasi Ibu Hamil
Pendidikan ibu yang relatif kurang dapat menurunkan perlaku pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang ASI atau menyusui yang baik bisa memberi ASI secara eksklusif dan memberikan kolostrum pada bayi. Namun apabila pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif rendah makan perilaku pemberian ASI secara eksklusif tidak dapat diberikan pada bayi. Untuk meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif perlu dilakukan intervensi dengan meningkatkan penyuluhan tentang ASI kepada ibu dan keluarganya secara berkala yang didasarkan kondisi sosial budaya setempat. (Soeparmanto dalam Emilia, 2008)
C.    Manfaat Klinik Laktasi
Banyak manfaat yang dapat diambil baik oleh ibu maupun petugas dalam hal melaksanakan kegiatan pelayanan ibu menyusui di Klinik laktasi, diantaranya meliputi : (Prawirihardjo dalam Putri, 2003)
1.      Suatu pengalaman dan pemahaman proses laktasi yang kompleks
2.      Secara biologik ibunya dan bayi saling membutuhkan dan merupakan suatu unit yang tidak terpisahkan
3.      Pengaruh keluarga pada proses menyusui
4.      Kemampuan pemeriksaan payudara waktu laktasi
5.      Kemampua mengatasi masalah laktasi
6.      Penguasaan teknik menyusui
Semua pengetahuan dan pengalaman tersebut akan memberikan penguasaan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan menyusui, sehingga pengembangan penggunaan ASI akan berlangsung terus dan tidak terlalu cepat menganjurkan menghentikan penggunaan ASI. (Prawirihardjo dalam Putri, 2003)
D.    Manajemen Laktasi
Gangguan proses pemberi ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan. Menyusui memerlukan persiapan dan persiapan itu harus dimulai masa hamil. Kepada calon ibu perlu diajarkan cara memberi ASI pertama, upaya yang perlu dilakukan untuk memperbanyak ASI serta cara perawatan payudara selama menyusui. (Arisman dalam Juliani, 2009)
Segala tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat disusui dengan baik dan benar disebut manajemen laktasi. Tujuan dari manajemen laktasi adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan. Manajemen laktasi dimulai dari sejak masa hamil segera setelah melahirkan dan masa pasca persalinan. (Perinasia dalam Juliani, 2009)
Ada tiga tahapan manajemen laktasi, antara lain :
1.      Periode Masa Kehamilan (Antenatal)
Pelayanan kesehatan diberikan pada masa antenatal yaitu pelayanan pada setiap ibu hamil yang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya, maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut : (Depkes, 2002)
a.       Pemeriksaan kesehatan atau fisik yang dimulai dengan anamnesa
b.      Pemeriksaan kehamilan dimulai dengan anamnesa, inspeksi, palpasi
c.       Mengukur tekanan darah ibu hamil
d.      Pemeriksaan payudara dilanjutkan perawatan, yang paling penting puting susu untuk mempersiapkan menyusu apabila sudah melahirkan
e.       Melakukan pemantauan berat badan dengan menimbang berat badan ibu hamil
f.       Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil sebanyak 90 butir selama kehamilan
g.      Pemberian suntikan tetanus sebanyak dua kali selama kehamilan
Persiapan bagi ibu untuk menyusui sebaiknya dimulai pada masa kehamilan. Pada masa ini perlu disiapkan secara psikologis maupun fisik payudara, antara lain dengan tiga cara yaitu : (Perinasia dalam Juliani, 2009)
a.       Pemeriksaan Payudara
Dalam masa kehamilan payudara ibu perlu diperiksa sebagai persiapan menyusui untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bisa terdapat kelainan dapat segera diketahui. Penemuan adanya kelainan payudara ditingkat dini diharapkan dapat diperiksa agar ketika menyusui nanti bisa lancar. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu ketika masa kehamilannya. Pemeriksaan dilakukan dengan dua cara yaitu : (Perinasia dalam Juliani, 2009)
1)      Payudara
Ukuran dan bentuk payudara tak seperti yang diduga masyarakat awam, ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada prosuksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi. Warna kulit payudara pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu diperhatian ialah adanya warna kemerahan, tanda peradangan dan penyakit kulit.
2)      Aerola
Ukuran dan bentuk pada umumnya akan meluas pada saat pubertas dan selama kehamilan serta bersifat simetris. Permukaan dapat licin atau berkerut, warna pigmentasi yang meningkat saat kehamilan menyebabkan warna kulit pada aerola gelap dibanding sebelum hamil.
3)      Palpasi
Ukuran dan bentuk bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus. Permukaan pada umumnya tidak beraturan, adanya luka dan sisik merupakan suatu kelainan, warna sama dengan aerola karena mempunyai pigmen yang sama.
b.      Pemantauan Berat Badan
Pada saat hamil terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI karena pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolaktin kariogonadotropin, estrogen dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambahnya pembuluh darah. (Juliani, 2009)
Laju pertambahan berat badan selama hamil merupakan petunjuk yang sama pentingnya dengan pertambahan berat badan itu sendiri. Karena itu sebaiknya kita menentukan patokan besaran pertambahan berat sampai kehamilan berakhir sekaligs memantau prosesnya dan kemudian mencatatnya dalam ”Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil”. Selam atrimester I, kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg, sementara trimester II dan III sekitar 0,34-0,50 kg tiap minggu. (Arisman dalam Juliani, 2009)
c.       Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting karena dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya. Untuk itu ibu hamil sebaiknya diberikan pengertian dan bimbungan melalui pemberian KIE. (Perinasia dalam Juliani, 2009)
Salah satu penyebab menurunnya pemberian ASI adalah faktor kurangnya petugas kesehatan memberikan penerangan atau dorongan tentang manfaat dan keunggulan ASI dan bahaya susu botol kepada masyarakat. (Soetjiningsih dalam Juliani, 2009)
2.      Periode Segera Setelah Bayi Lahir
Setelah persalinan, dengan terlepasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi. Karena tidak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera rangsangan isapan bayi memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar skresi ASI. (Juliani, 2009)
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontank dengan bayi dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara alamiah. Refleks isap bayi paling kuat adalah jam-jam pertama setelah lahir, setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir segera mungkin berikan ASI dalam waktu 30 menit setelah kelahiran. Dalam hal ini seorang ibu membutuhkan bantuan orang lain agar ibu dan bayi sedini mungkin kontak langsung dan memberi rasa aman dan kehangatan. (Depkes, 2002)
3.      Masa Pasca Persalinan
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan keadaan ibu yang lebih peka dalam emosi terlebih pada minggu pertama setelah persalinan, untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membantunya membimbing, merawat bayi termasuk dalam menyusui seperti peugas kesehatan, kelompok ibu pendukung ASI, suami, keluarga atau kerabat lain. (Soetjiningsih dalam Juliani, 2009)
Uraian kegiatan pada fase ini adalah pelaksanaan rawat gabung dan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi tentang :
a.       Rawat Gabung
Agar terbentuk hubungan erat antara ibu dan bayi, maka segera setelah lahir bayi harus kontak kembali dengan ibu. Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi baru lahir tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh. (Soetjiningsih dalam Juliani, 2009)
Manfaat rawat gabung dalam peoses laktasi adalah sebagai berikut : (Soetjiningsih dalam Juliani, 2009)
1)      Ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya dan menyusu setiap saat kapan saja bayi menginginkannya
2)      Bayi dapat disusui dengan frekuensi lebih sering sehingga bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling baik
3)      Antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat akibat sentuhan badannya antara ibu dan bayi
4)      Mempunyai pengalaman yang berguna yaitu mampu menyusui serta merawat bayinya sepulang dari rumah sakit
5)      Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin
6)      Ibu dapat mengamati bayinya sendiri dalam satu ruangan
b.      Cara Menyusui yang Baik dan Benar
1)      Posisi dan perlekatan menyusui
2)      Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar
a)      Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu sebagai sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu (Perinasia dalam Juliani, 2009)
b)      Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara (Perinasia dalam Juliani, 2009)
Ø  Ibu duduk atau berbaring, bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu.
Ø  Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu
Ø  Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala menghadap payudara
Ø  Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
c)      Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu (Juliani, 2009)
d)     Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan dekpayudara ibu dan puting susu dimasukkan kemulut bayi. (Depkes, 2005)
 E.     Manajemen Laktasi pada Ibu Bekerja
Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu yang bekerja. (Taufan, 2011)
1.      Tehnik yang dianjurkan antara lain:
a.       Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya
b.      ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja
c.       Selama ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari pendingin di tempat kerja,atau diantar pulang.
d.      Bayi dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi menyediakan tempat.
e.       Setelah ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu saat malam hari
f.       Perawat bayi dapat membawa bayi ketempat ibu bekerja bila memungkinkan.
g.      Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup untuk menambah produksi ASI.
2.      ASI Perah
ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya akan diberikan untuk bayi.
Cara memerah ASI dengan tangan/jari secara manual adalah :
a.       Cara yang pertama ibu dianjurkan untuk mengambil sebuah mangkuk atau gelas yang bersih dan diisi dengan air mendidih kedalamnya,lalu biarkan tertutup selama beberapa menit,setelah itu ditiriskan.
b.      Mencuci tangan ibu dengan air dan sabun
c.       Ibu dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang terang dan nyaman dan dekatkan mangkok ke payudara ibu
d.      Memegang payudara dengan meletakkan ibu jari diatas areola sampai putting susu, dan jari telunjuk tepat di bawahnya.
e.       Menekan dengan lembut payudara diantara ibu jari dan jari telunjuk ke belakang kearah tulang dada
f.       Diteruskan dengan menekan ibu jari dan jari telunjuk serta melepaskannya secara bergantian,setelah dilakukan berulangulang ASI akan mulai mengalir.
3.      Cara Penyimpanan ASI
ASI adalah cairan hidup,selain makanan ASI mengandung zat anti infeksi,cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas antiinfeksi dan makanan yang di kandungnya.
a.       Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan.
b.      Setelah di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh dimasukkan lagi dalam lemari es
c.       Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah
4.      Lama Penyimpanan ASI ( Roesli, 2005)
a.       Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam
b.      ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8 Jam
c.       ASI bisa bertahan dalam termos es selama 24 jam
d.      ASI dapat bertahan 6 bulan pada freezer
5.      Cara Memberikan ASI Perah dengan Gelas ataupun Sendok adalah :
a.       Pangku bayi dengan posisi setengah duduk di pangkuan ibu
b.      Tempelkan tepi cangkir/sendok kecil berisi ASI perah,pada bibir bawah bayi sehingga ASI menyentuh bibir bayi dan akan meminum dengan dorongan lidahnya
c.       Jangan menuangkan ASI kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau sendok diatas bibir bayi dan biarkan bayi meminumnya sendiri
d.      Jika bayi merasa cukup kenyang ia akan menutup mulutnya.
6.      Cara Memberikan ASI yang Sudah Didinginkan pada Bayi
a.       ASI dipanaskan dengan cara membiarkan botol di aliri air panas yang bukan mendidih yang keluar dari keran.
b.      Merendam botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi air panas atau bukan mendidih.
c.       Ibu tidak boleh memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci atau alat pemanas lainnya kecuali menggunakan alat khusus untuk memanaskan botol berisi simpanan ASI.
d.      Susu yang sudah di panaskan tidak bisa di simpan lagi.
F.     Masalah Laktasi pada Ibu Bekerja
Semua ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, saat ini diketahui bahwa fenomena yang terjadi ibu yang bekerja banyak yang tidak menyusui bayinya sampai mendapatkan ASI eksklusif. Karena ibu-ibu yang bekerja memiliki pemikiran yaitu : (Syarifah, 2008)
1.      Ibu mengkhawatirkan dan beranggapan bahwa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja.
2.      Saat ini sebagian besar ibu bekerja menghentikan menyusui bayinya dikarenakan alasan pekerjaan yang memakan waktu lama.
3.      Ibu menganggap susu formula lebih praktis dan terjangkau, lebih mudah didapat sehingga ibu yang bekerja tidak terlalu khawatir

BAB III
PENUTUP
A.     Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1.      Klinik laktasi adalah tempat pelayanan kesehatan dan konsultasi kepada ibu yang sedang atau ingin menyusui menyusui bayinyayang mana klinik ini terintegrasi antara unit kerja yang berhubungan dengan kesehatan anak, kebidanan dan kandungan.
2.      Fungsi klinik laktasi yaitu mempersiapkan psikis ibu, pemeriksaan puting susu, penjelasan manfaat ASI dan kerugian susu buatan, penjelasan rawat gabung serta penyuluhan dan konsultasi ibu hamil.
3.      Manfaat klinik laktasi yaitu sebagai suatu pengalaman dan pemahaman proses laktasi yang kompleks, secara biologik ibunya dan bayi saling membutuhkan dan merupakan suatu unit yang tidak terpisahkan, pengaruh keluarga pada proses menyusui, kemampuan pemeriksaan payudara waktu laktasi, kemampua mengatasi masalah laktasidan penguasaan teknik menyusui.
4.      Manajemen laktasi adalah segala tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat disusui dengan baik dan benar.
5.      Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu yang bekerja.
6.      Masalah laktasi pada ibu bekerja yaitu pemikiran ibu bekerja itu sendiri seperti beranggapan bahwa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja, alasan pekerjaan yang memakan waktu lama dan anggapan bahwa susu formula lebih praktis dan terjangkau.
B.     Saran
Berdasarkan simpulan, direkomendasikan beberapa hal sebagai hal sebagai berikut:
1.      Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih aktif lagi dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pemberian ASI Eksklusif dan lebih mengoptimalkan kinerja klinik laktasi.
2.      Bagi pemerintah diharapkan mampu mensosialisasikan upaya untuk menyediakan fasilitas laktasi.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2002. Manajemen Laktasi Jakarta.
Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi Jakarta.
Emilia, Rika Candra. 2008. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) tahun 2008. Skripsi Universitas Sumatra Utara.
Jafar, Nurhaedar. 2011. Makalah Ilmiah Asi Eksklusif Universitas Hasanuddin.
Juliani, Sri. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2009. Skripsi Universitas Sumatra Utara.
Mahlia, Yamnur. 2009. Thesis Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pola Asuh Makan terhadap Pertumbuhan dan perkembangan Bayi di Kecamatan Pangkalan Susu kabupaten Langkat tahun 2008.
Nurhayati & Maryuni. 2009. Asuhan Kegawat daruratan dan Penyulit Pada Neonatus, Jakarta : CV Trans Info Media.
Putri, Asti Eka. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesulitan Menyusui dan pemberian ASI. Skripsi Instritut Pertanian Bogor.
Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Try.bus Agriwidya.
Siregar, Arifin. Makalah Ilmiah Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Universitas Sumatra Utara.
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: ECG.
Syarifah, Rosita. 2008. Panduan Lengkap Ibu Menyusui. Yogyakarta : Ayanna Mangunnegaran.
Taufan, Nugroho. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta : Nuha Medika.



No comments:

Post a Comment