Monday, December 23, 2013

Imunisasi Ibu dan Anak

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak merupakan buah hati yang sangat berharga, yang akan menjadi pengganti orang tuanya dikemudian hari, maka sering dikatakan anak adalah penerus bangsa. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik maupun mental sehingga bermanfaat untuk bangsa dan negara. Maka disamping pengobatan yang diberikan apabila seorang anak menderita penyakit, upaya pencegahan melalui imunisasi merupakan pilihan.
 Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 Angka Kematian Bayi (AKB ) di Indonesia masih tinggi, 80% diakibatkan oleh Pneumonia. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) kelompok penasehat utama WHO untuk vaksinasi dan imunisasi didunia dalam pertemuan di Swiss, November 2006 menyatakan Pneumokokus merupakan penyebab utama morbititas dan mortalitas didunia dan vaksinasi merupakan upaya terbaik untuk mencegah penyakit Pneumokokus. (Lisnawati, 2011)

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, Tetanus Neonatorum (TN) merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi yang menempati urutan ke 5 dengan proporsi 5,5 %. (SubDit Imun.Epim-Kesma, 2003).
Kematian bayi karena Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh infeksi basil tetani (Clostridium Tetani) dalam bentuk spora tahan bertahun-tahun di tanah dan saluran cerna, oleh karena itu penyakit TN tidak dapat dibasmi melainkan hanya ditekan angka kejadian TN hingga di bawah 1/10.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor risiko TN adalah tidak adanya kekebalan terhadap infeksi tetanus. Rendahnya cakupan imunisasi TT terhadap ibu hamil di Indonesia menyebabkan kontribusi kematian karena TN terhadap kematian neonatal masih cukup tinggi yaitu 22 %. (Panitia PIN,1996).
Program pembangunan kesehatan di Indonesia diterjemahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 mempunyai visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dimana salah satu targetnya adalah menurunkan angka kematian bayi. Hal ini sejalan dengan kesepakatan dunia dalam Millenium Development Goals (MDG.s), dimana untuk mencapai penurunan angka kematian bayi tersebut perlu adanya peningkatan cakupan imunisasi.
B.     Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.      Menguraikan pengertian dan perkembangan imunisasi di Indonesia.
2.      Menguraikan pengertian, tujuan, sasaran dan manfaat imunisasi dasar.
3.      Menguraikan jenis imunisasi.
4.      Menguraikan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan imunisasi.
5.      Menguraikan Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
6.      Menguraikan program imunisasi pada ibu hamil.
7.      Menguraikan imunisasi pada anak.
8.      Menguraikan perencanaan program imunisasi.
9.      Menguraikan tenaga pelaksana imunisasi.
10.  Menguraikan cakupan imunisasi.
C.    Manfaat Penulisan
1.      Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pemenuhan tugas individu mata kuliah Kesehatan Ibu dan Anak.
2.      Diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan berkualitas tentang Program Imunisasi Ibu dan Anak.
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Perkembangan Imunisasi di Indonesia
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005). Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, untuk mencegah penyakit. (Depkes-Kessos RI, 2000).
Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Pada tahun 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang selanjutnya dikembangkan vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia. (Depkes RI, 2005).
B.     Pengertian, Tujuan, Sasaran dan Manfaat Imunisasi Dasar
1.      Pengertian Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. (Depkes RI, 2005).
Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat anti terhadap racun kuman disebut antitoksin.
Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya (Ranuh, 2005).
2.      Tujuan Imunisasi
Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah. Adapun tujuan program imunisasi dimaksud bertujuan sebagai berikut :
a.       Tujuan Umum
yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), Polio dan Tuberculosis.
b.      Tujuan Khusus
1)      Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa Kelurahan pada tahun 2010.
2)      Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun 2008.
3)      Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan kasus TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada tahun 2008.
4)      Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak turun pada tahun 2006.
3.      Sasaran Imunisasi
Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :
a.       Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis-B.
b.      Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin) untuk mendapatkan imunisasi TT.
c.       Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT.
d.      Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).
4.      Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :
a.       Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering berjangkit;
b.      Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika anak sakit;
c.       Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Depkes RI, 2001).
C.    Jenis Imunisasi
1.      Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun (A.H Markum, 2002).
Adapun tipe vaksin yang dibuat “hidup dan mati”. Vaksin yang hidup mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan disebut toxoid. (A.H Markum, 2002).
2.      Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus (Satgas IDAI, 2008).
Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (LgA). Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama, sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil produksi tubuh sendiri, melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian dari luar tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah Inmunoglobulin yang dapat mencegah anak dari penyakit campak (measles). (AH, Markum, 2002)
D.    Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Imunisasi
Keberhasilan pemberian imunisasi kepada bayi memerlukan kerja sama dan dukungan dari semua pihak terutama kesadaran ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk membawa bayinya ke pelayanan imunisasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi imunisasi dasar pada bayi yaitu :
1.      Tingkat Pengetahuan
Seorang ibu akan membawa bayinya untuk diimmnisasi bila seorang ibu mengerti apa manfaat immnunisasi tersebut bagi bayinya, pemahaman dan pengetahuan seorang ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar terhadap bayi akan memberikan pengaruh terhadap imunisasi bayinya.
2.      Jumlah Anak
Keluarga yang memiliki hanya satu orang anak biasanya akan mampu memberikan perhatian penuh kepada anaknya, segala kebutuhan baik fisik maupun mental mereka berikan secara baik. Akan tetapi perhatian kepada anak akan terbagi bila lahir anak yang berikutnya, perhatian ibu akan terbagi sejumlah anak yang dilahirkannya. Hal ini sering kali mengakibatkan pemberian imunisasi tidak sama untuk semua anaknya. Hasil SDKI 1997 terlihat bahwa anak yang tidak pernah di imunisasi terbesar adalah anak bungsu.
3.      Urutan Kelahiran
Dari hasil SDKI 1997 terlihat bahwa berdasarkan urutan kelahiran yang diimunisasi lengkap adalah anak I sebesar 56,6%, anak ke 2-3 sebesar 62,1%, anak ke 4-6 sebesar 42,3%, sedangkan anak ke > 7 hanya 32,4%.
4.      Jenis Efek Samping Imunisasi
Pemberian imunisasi mempunyai beberapa efek samping yang berbeda untuk setiap jenis imunisasi, sering kali ibu bayi tidak percaya bahwa reaksi yang timbul setelah bayi diimunisasi hanya sebagai pertanda reaksi vaksin dalam tubuh bayi. Jika tingkat pengetahuan ibu rendah akan menyerbabkan ketakutan pada ibu untuk membawa bayinya imunisasi.
5.      Penilaian Pelayanan Imunisasi
Dalam hal ini pelayanan kesehatan pemberian imunisasi pada bayi sangat penting, karena apabila pelayanan yang diberikan kurang memuaskan maka si ibu merasa enggan membawa bayinya untuk imunisasi.
6.      Jarak Pelayanan
Jarak antara pelayanan kesehatan dengan rumah ibu biasanya menjadi pertimbangan untuk membawa bayinya imunisasi. Apabila jaraknya jauh dari rumah, transportasi yang sulit maka ibu merasa enggan membawa bayinya imunisasi ke tempat pelayanan imunisasi (Mariaty , 2003).
E.     Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
1.      Tuberkulosis
Tuberculosis yakni penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis, yang pada umumnya sering mengenai paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ-organ lainnya, seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis dan lain-lain.
Seseorang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tuberculosis aktif. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi maka terjadi respon imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Satgas IDAI, 2008).
2.      Difteri

Difteri yaitu suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated desease dan disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Seseorang anak dapat terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein selular dan menyebabkan destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu selaput/ membran yang dapat menyumbat jalan nafas.
3.      Tetanus
Tetanus yaitu penyakit akut, bersifat fatal, gejala klinis disebabkan oleh eksotoksin yang diproduksi bakteri Clostridium tetani yang umumnya terjadi pada anak-anak. perawatan luka, kesehatan gigi dan telinga merupakan pencegahan utama terjadinya tetanus disamping imunisasi terhadap tetanus baik aktif maupun pasif.
4.      Pertusis atau Batuk Rejan
Pertusis adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis, yakni bakteri batang yang bersifat gram negatif dan membutuhkan media khusus untuk isolasinya.
Gejala utama pertusis timbul saat terjadinya penumpukan lendir dalam saluran nafas akibat kegagalan aliran oleh bulu getar yang lumpuh dan berakibat terjadinya batuk paroksismal. Pada serangan batuk seperti ini, pasien akan muntah dan sianosis, menjadi sangat lemas dan kejang.
Demikian juga, bayi dan anak prasekolah mempunyai resiko terbesar untuk terkena pertusis termasuk komplikasinya. Pengobatannya dapat dilakukan dengan antibiotik khususnya eritromisin dan pengobatan suportif terhadap gejala batuk yang berat, sehingga dapat mengurangi penularan.
5.      Campak
Campak yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan gejala panas, batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem, diikuti dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh.
6.      Polio
Polio yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh virus poliomyelitis pada medula spinalis yang secara klasik dapat menimbulkan kelumpuhan, kesulitan bernafas dan dapat menyebabkan kematian. Gejalanya ditandai dengan menyerupai influenza, seperti demam, pusing, diare, muntah, batuk, sakit menelan, leher dan tulang belakang terasa kaku.
7.      Hepatitis B
Hepatitis B yaitu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis-B (VHB) yang dapat menyebabkan kematian, biasanya tanpa gejala, namun jika infeksi terjadi sejak dalam kandungan akan menjadi kronis, seperti pembengkakan hati, sirosis dan kanker hati, jika terinfeksi berat dapat menyebabkan kematian.
F.     Program Imunisasi pada Ibu Hamil
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai. (Dinkes Jambi, 2003).
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, yang pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (Depkes RI, 2005).
1.      Jadwal Imunisasi TT Ibu Hamil
a.       Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.
b.      Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
c.       Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
2.      Cara Pemberian dan Dosis
a.       Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homogen.
b.      Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.
c.       Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :
1)      Vaksin belum kadaluarsa
2)      Vaksin disimpan dalam suhu +2º - +8ºC
3)      Tidak pernah terendam air.
4)      Sterilitasnya terjaga
5)      VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
d.      Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
3.      Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam. (Depkes RI, 2005).
G.    Program Imunisasi pada Anak
Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilah imunisasi sedini mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi sebelum bayi berumur 1 tahun. Khusus untuk campak, dimulai segera setelah anak berumur 9 bulan. Pada umur kurang dari 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat kekebalan tubuh anak dihambat karena masih adanya zat kekebalan yang berasal dari darah ibu (Satgas IDAI, 2008).
Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta jumlah dosis yang dipakai juga sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi. Untuk jenis imunisasi yang harus diberikan lebih dari sekali juga harus diperhatikan rentang waktu antara satu pemberian dengan pemberian berikutnya. Untuk lebih jelasnya sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dengan Menggunakan Vaksin DPT dan HB dalam Bentuk terpisah, Menurut Frekuensi dan Selang Waktu dan Umur Pemberian
VAKSIN
PEMBERIAN IMUNISASI
SELANG WAKTU PEMBERIAN
UMUR
KETERANGAN
BCG
1 X
-
0-11 BLN
Untuk bayi yang lahir di Rumah Sakit/ Puskesmas Hep-B, BCG dan Polio dapat segera diberikan
DPT
3 X
(DPT 1,2,3)
4 MINGGU
2-11 BLN
POLIO
4 X
(POL 1,2,3,4)
4 MINGGU
0-11 BLN
CAMPAK
1 X
-
9-11 BLN
HEP-B
3 X
(HEP-B 1,2,3)
4 MINGGU
0-11 BLN
Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia tahun 2008
Dari tabel diatas, bahwa pemberian imunisasi pada bayi usia 0-11 bulan diberikan dengan selang waktu pemberian 4 minggu dengan variasi pemberian vaksin yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan tentunya sesuai dengan tingkat usia bayi yang akan diberikan imunisasi.
Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dengan Menggunakan Vaksin DPT/HB Kombo
UMUR
VAKSIN
TEMPAT
Bayi lahir di rumah
0 bulan
HB 1
Rumah
1 bulan
BCG,Polio 1
Posyandu *
2 bulan
DPT/HB Kombo 1,Polio 2
Posyandu*
3 bulan
DPT/HB Kombo 2, Polio 3
Posyandu*
4 bulan
DPT/HB Kombo 3, Polio 4
Posyandu*
9 bulan
Campak
Posyandu*
Bayi lahir diRS/RB/Bidan Praktek
0 bulan
HB 1, Polio 1,BCG
RS/RB/BIDAN
2 bulan
DPT/HB Kombo 1,Polio 2
RS/RB/BIDAN #
3 bulan
DPT/HB Kombo 2, Polio 3
RS/RB/BIDAN #
4 bulan
DPT/HB Kombo 3, Polio 4
RS/RB/BIDAN #
9 bulan
Campak
RS/RB/BIDAN #
Keterangan: *: atau tempat pelayanan lain, #: atau posyandu
H.    Perencanaan Program Imunisasi
1.      Menentukan Jumlah Sasaran Imunisasi
Pada program imunisasi menentukan jumlah sasaran merupakan suatu unsure yang paling penting. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil didasarkan 10 % lebih besar dari jumlah bayi. Perhitungan ini dipakai untuk tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Sasaran Imunisasi Ibu hamil = 1,1 x Jumlah bayi
2.      Menentukan Target Cakupan
Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan untuk mengetahui kebutuhan vaksin yang sebenarnya. Penetapan target cakupan berdasarkan tingkat pencapaian di masing-masing wilayah kerja maksimal 100 %. Target Cakupan Imunisasi Ibu Hamil yang akan dicapai :
TT 1 Ibu Hamil = 90% TT2 + Plus (TT3+TT4+TT5) = 80%
3.      Menghitung Index Pemakaian Vaksin (IP)
Menghitung indeks pemakaian vaksin berdasarkan jumlah cakupan imunisasi yang dicapai secara absolut dan berapa banyak vaksin yang digunakan.Dari pencatatan stok vaksin setiap bulan diperoleh jumlah ampul/vial vaksin yang digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial, yang disebut Indeks Pemakaian Vaksin (IP) dapat dihitung :
4.      Menghitung Kebutuhan Vaksin
a.       Setelah menghitung jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan dan menghitung besarnya indeks pemakaian vaksin, maka data-data tersebut digunakan unuk menghitung kebutuhan vaksin.
b.      Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota. (Depkes RI, 2005).
Sebelum menghitung jumlah vaksin yang kita perlukan, terlebih dahulu dihitung jumlah kontak tiap jenis Rumusnya :
Jumlah Kontak = Jumlah Sasaran x Target Cakupan
Untuk menghindari penumpukan vaksin, jumlah kebutuhan vaksin satu tahun harus dikurangi sisa vaksin tahun lalu. Rumus Kebutuhan Vaksin ;
5.      Peralatan Suntik
Dalam program imunisasi, jenis alat suntik imunisasi TT yang dipakai di puskesmas adalah :
a.        Semprit Auto Disable (AD)
Semprit AD adalah semprit yang setelah dipakai mengunci sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Semprit ini merupakan alat yang dipilih untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Semua semprit AD mempunyai penutup plastik untuk menjaga agar jarum tetap steril.
b.       Alat suntik Prefilled Auto-Disable (AD)
Alat suntik prefilled AD adalah jenis alat suntik yang hanya bisa digunakan sekali yang telah berisi vaksin dosis tunggal dengan jarum yang telah dipasang oleh pabriknya. Alat suntik prefilled AD untuk tetanus toksoid digunakan untuk memberikan vaksin TT kepada para wanita usia subur di rumah mereka selama kampanye massal. Setiap alat suntik prefilled AD adalah steril dan disegel dengan paket kertas logam oleh pabrik, vaksin dimasukkan dalam reservoir tertutup seperti gelembung yang mencegah vaksin berhubungan dengan jarum sampai vaksin itu diberikan.
c.        Semprit dan jarum sekali buang (disposable single- use)
Semprit dan jarum yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang (disposable single-use) tidak direkomendasikan untuk suntikan dalam imunisasi karena risiko penggunaan kembali semprit dan jarum disposable menyebabkan risiko infeksi yang tinggi.
I.       Tenaga Pelaksana Imunisasi
Standar tenaga pelaksana di tingkat pusksmas adalah petugas imunisasi dan pelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau bidan yang telah mengikuti pelatihan, yang tugasnya memberikan pelayanan imunisasi dan penyuluhan. Pelaksana cold chain adalah tenaga yang berpendidikan minimal SMA atau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold chain, yang tugasnya mengelola vaksin dan merawat lemari es, mencatat suhu lemari es, mencatat pemasukan dan pengeluaran vaksin serta mengambil vaksin di kabupaten/kota sesuai kebutuhan per bulan. Pengelola program imunisasi adalah petugas imunisasi, pelaksana cold chain atau petugas lain yang telah mengikuti pelatihan untuk pengelola program imunisasi, yang tugasnya membuat perencanaan vaksin dan logistik lain, mengatur jadwal pelayanan imunisasi, mengecek catatan pelayanan imunisasi, membuat dan mengirim laporan ke kabupaten/kota, membuat dan menganalisis PWS bulanan, dan merencanakan tindak lanjut. (Depkes, 2005).
Untuk meningkatkan pengetahuan dan/atau ketrampilan petugas imunisasi perlu dilakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas imunisasi.Pelatihan teknis diberikan kepada petugas imunisasi di puskesmas, rumah sakit dan tempat pelayanan lain, petugas cold chain di semua tingkat. Pelatihan manajerial diberikan kepada para pengelola imunisasi dan supervisor di semua tingkat. (Depkes RI, 2005).
J.      Cakupan Imunisasi
Tabel 3. Cakupan Imunisasi Dasar Untuk Masing-Masing Jenis Imunisasi (%) di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh
Jenis imunisasi
n
%
BCG
Polio-1
Polio-2
Polio-3
Polio-4
Hepatitis B0
Hepatitis B1
Hepatitis B2
DPT-1
DPT-2
DPT-3
Campak
99
100
96
94
93
97
93
93
94
91
91
90
96,1
97,1
93,2
91,3
90,3
94,2
90,3
90,3
91,3
88,3
88,3
87,4
Sumber: Data Sekunder, 2013
Dari tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa Cakupan imunisasi untuk masing-masing jenis vaksin yaitu BCG, polio1, polio2, polio3, polio4, hepatitis B0, hepatitis B1, hepatitis B2, dan DPT1 sudah mencapai di atas 90%, sedangkan DPT2, DPT3, dan campak masih kurang dari 90%. (Thalib, 2013)
Tabel 4. Kelengkapan Imunisasi Dasar dan Penyebab Tidak Lengkap atau Tidak Pernah Imunisasi di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh
Kelengkapan imunisasi
n
%
Lengkap
Tidak lengkap
Tidak pernah
Anak sering sakit
Ibu cemas
Imunisasi haram
86
16
1
4
12
1
83,5
15,5
1,0
23,5
70,6
5,9
Sumber: Data Sekunder, 2013
Dari tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa enam belas (15,5%) anak dengan imunisasi tidak lengkap sedangkan 1 (1,0%) anak tidak pernah diimunisasi. Alasan tersering orangtua adalah kecemasan ibu karena efek samping imunisasi (70,6%). (Thalib, 2013)
Tabel 5. Distribusi Wanita Usia Subur Menurut Status Imunisasi TT di Puskesmas Kesumadadi Kecamatan Bekri Lampung Tengah Tahun 2012
Status Imunisasi TT
Jumlah
Persentase
Tidak Lengkap
153
62.4
Lengkap
92
37.6
Jumlah
245
100,0
Sumber: Data Sekunder, 2013
Dari tabel 4 tersebut diketahui bahwa sebagian besar status imunisasi TT responden tidak lengkap yaitu 153 responden (62.4%), sedangkan responden yang status imunisasi TT nya lengkap sebanyak 92 responden (37.6%). (Mislianti, 2012)


BAB III
PENUTUP
A.     Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1.      Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, untuk mencegah penyakit. Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada tahun 1956. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia.
2.      Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Adapun tujuan program imunisasi terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus. Sasaran imunisasi adalah sebagai berikut : mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis-B; mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin) untuk mendapatkan imunisasi TT; mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT; mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT. Sedangkan manfaat imunisasi yaitu untuk anak, untuk keluarga dan untuk Negara.
3.      Jenis imunisasi terbagi atas dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
4.      Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan imunisasi yaitu tingkat pengetahuan, jumlah anak, urutan kelahiran, jenis efek samping imunisasi, penilaian pelayanan imunisasi dan jarak pelayanan.
5.      Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) adalah tuberculosis, difteri, tetanus, pertusis atau batuk rejan, campak, polio dan hepatitis B.
6.      Program imunisasi ibu hamil yaitu mencakup imunisasi TT.
7.      Program imunisasi pada anak mencakup imunisasi BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B.
8.      Perencanaan program imunisasi dimulai dari menentukan jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan, menghitung Indeks Pemakaian (IP) vaksin, menghitung kebutuhan vaksin dan peralatan suntik.
9.      Tenaga pelaksana imunisasi adalah tenaga perawat atau bidan yang telah mengikuti pelatihan, yang tugasnya memberikan pelayanan imunisasi dan penyuluhan.
10.  Cakupan imunisasi yaitu BCG, polio1, polio2, polio3, polio4, hepatitis B0, hepatitis B1, hepatitis B2, dan DPT1 sudah mencapai di atas 90%, sedangkan DPT2, DPT3, dan campak masih kurang dari 90%. Diketahui pula bahwa enam belas (15,5%) anak dengan imunisasi tidak lengkap sedangkan 1 (1,0%) anak tidak pernah diimunisasi. Alasan tersering orangtua adalah kecemasan ibu karena efek samping imunisasi (70,6%). Adapun status imunisasi TT wanita usia subur tidak lengkap yaitu 153 responden (62.4%), sedangkan responden yang status imunisasi TT nya lengkap sebanyak 92 responden (37.6%).
B.     Saran
1.      Untuk ibu yang mempuanyai anak balita hendaknya meningkatkan perhatian dan meluangkan waktu untuk melakukan imunisasi pada anaknya serta mengikuti imunisasi TT secara lengkap.
2.      Untuk petugas imunisasi guna meningkatkan penyuluhan mengenai kesehatan balita khususnya program imunisasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2000. Program Imunisasi. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Program Imunisasi. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Program Imunisasi. Jakarta: Depkes RI.
Dinas Kesehatan Jambi. 2003. Program imunisasi ibu hamil. http://rajabekam.info/campur-bawur/program-imunisasi-tt-ibu-hamil/
Direktorat Epim-Kesma Ditjen PPM dan PL,Pedoman Operasional Program Imunisasi, Depkes 2003
Lisnawati L. 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Trans Info Media , Jakarta
Markum, A.H. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
Mariaty, (2003). Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Umur 12-18 Bulan di Kelurahan Harjosari-1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2003, Medan: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Mislianti dan Khoidar Amirus. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Kesumadadi Kecamatan Bekri Lampung Tengah Tahun 2012.
Ranuh, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI
RW, Dyah Wulan Sumekar dan Yusniar Hanani D. 2004. Sistem Informasi Perencanaan Program Imunisasi dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis: Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Studi Kasus Universitas Diponegoro.
Thalib, TM dkk. 2013. Cakupan Imunisasi Dasar Anak Usia 1-5 Tahun dan Beberapa factor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh.



No comments:

Post a Comment