Sunday, November 10, 2013

Balocci - Pangkep



Pertama kali saya emnginjakkan kaki ditempat ini, mereka memanggil saya sebagai Maba, dua tahun yang lalu. Waktu itu kami sebagai peserta pengkaderan dan wajib mengikuti semua perintah sang senior. Satu hal yang tidak akan saya lupa kala itu adalah saat-saat diamana kami berlimpahan makanan tapi kehabisan air untuk diminum. Minggu kemarin, saya kembali ketempat ini. Setelah dua tahun berlalu, tempat ini masih sama. Bedanya kali ini saya datang sebagai senior sekaligus panitia pelaksana. Setidaknya suasananya lebih baik dari dua tahun yang lalu. Salah satu yang berbeda bila dibandingkan kali pertama saya menginjak tempat ini yaitu kali ini kami hanya mampu mengisi perut dengan air, air dan air. Kami tak punya sesuatu apa pun untuk dimakan. Iya, kami kelaparan. Kami baru bisa mengecap nikmatnya sarapan ketika jarum jam menunjukkan pukul tiga sore dan bila beruntung, kami bisa makan malam pukul dua pagi. So pity us. Tapi bukan itu satu-satunya yang akan saya ingat dari tempat ini.
Hari Minggu (3 Nov 2013) sekitar pukul 12 malam kami kembali menggelar berantai. Buat yang belum tau, yel-yel berantai adalah saat dimana alumni sampai angkatan termuda FKM Unhas berkumpul dialam dan saling menunjukkan yel-yel angkatannya amsing-masing. Dimulai angkatan tertua yaitu 1998 sampai angkatan termuda yaitu angkatan 2013 meramaikan malam itu. Iya, dosen kami yang merupakan alumni FKM Unhas pun  datang sebagai senior. Satu hal yang aneh malam itu, tidak terlihat satu pun bintang dilangit yang gelap. Sampai pukul 02.00 pagi kami yang semula beristirahat menjadi terbangun seketika. Beberapa teman panitia kesurupan dan tenda pleton yang kami tumpangi rubuh seketika karena tiupan angin yang amat sangat kencang. malam itu banar-benar kacau. Entah apa yang akan terjadi, badai kah ? Angin puting beliung kah ? Kami tidak tau. Kami pun tidak bisa berbuat apa-apa selain mengucapkan doa kepada sang pencipta. Kawasan udara terbuka tanpa pelindung ditambah lokasi itu cukup jauh dari pemukiman penduduk membuat kami makin gelisah. Bahkan doen kami yang tadinya datang sebagai alumni sempat merengek ingin pulang dan meninggalkan tempat itu secepatnya.
Tidak tau berapa lama kami berdiri ditengah tanah yang lapang itu menunggu angin sedikit berbaik hati merendahkan tiupannya. Tapi saat itu tak kunjung tiba, padahal kami sendiri tidak sudah tidak mampu menopang badan kami yang lelah dan diserang rasa kantuk. kami meilih untuk tidur dengan badan bagian atas kami berteduh dibawah tenda coto sedangkan setengah bada bagian bawah kami beratapkan langit. Bahkan disaat hujan turun pun setengah badan kami masih disana merasakan dinginnya angin malam ditambah dinginnya air hujan. Semuanya tidak baik-baik saja sampai matahari menyinari tubuh kami.

No comments:

Post a Comment