BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah
Kerja Nyata adalah Salah satu persyaratan Perguruan Tinggi untuk menyelesaikan
studi sarjana. KKN bersifat Pengabdian pada Masyarakat. Untuk mewujudkan hal
itu, maka UNHAS selaku perguruan tinggi bersama beberapa perguruan tinggi
lainnya menjadi pelopor dalam suatu bentuk kegiatan pengabdian pada masyarakat
yang bernama Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Kuliah
kerja nyata (KKN) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di
luar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani
masalah-masalah pembangunan yang dihadapi. KKN dilaksankan oleh perguruan
tinggi dalam upayanya meningkatkan isi dan
bobot pendidikan bagi mahasiswa, dan untuk menambahkan nilai tambah yang lebih
besar pada pendidikan tinggi.
Kuliah
kerja nyata (KKN) muncul dari konsep atas kesadaran mahasiswa sebagai calon
sarjana untuk dapat memanfaatkan sebagian waktu belajarnya disamping di ruang
kuliah dan perpustakaan juga dapat bekerja menyumbangkan pengetahuan dan ilmu
yang telah diperolehnya secara langsung dalam membantu memecahkan dan
melaksanakan pembangunan di dalam kehidupan masyarakat. KKN merupakan suatu
bentuk kegiatan yang memadukan darma pendidikan dan Pengajaran, penelitian
serta pengabdian kepada masyarakat
sekaligus dalam suatu kegiatan.
Kuliah Kerja Nyata Reguler Universitas Hasanuddin telah
memasuki gelombang ke-87 dalam
pelaksanaannya tahun ini yang bertemakan Pengembangan
Keilmuan Sosial dan Budaya Berbasis Kearifan Lokal dan Nasionalisme. Sebanyak 3299 mahasiswa dari berbagai interdisiplin ilmu turut
berpartisipasi dalam KKN Reguler Gelombang ini. Terdapat tiga kabupaten yang menjadi daerah
tujuan KKN Gelombang 87, yakni Kab. Bone, Kab. Pinrang dan Kab.Enrekang.
Kabupaten Bone Merupakan
salah satu daerah tempat pelaksanaan kegiatan KKN tahun ini. Banyaknya Potensi
yang dimiliki oleh kabupaten Bone menjadikan
kabupaten ini sangat relevan untuk dijadikan tempat mahasiswa akan melaksankan
Kuliah Kerja Nyata. Terdapat Dua Puluh Lima kecamatan yang
menjadi tempat mahasiswa mengabdi kepada masyarakat. Kecamatan tersebut
diantaranya: Kec. Tanete
Riattang Timur, Kec. Tanete Riattang Barat, Kec. Barebbo, Kec. Palakka, Kec.
Ulaweng, Kec. Amali, Kec. Tellu Limpoe, Kec. Lamuru, Kec. Bontocani, Kec.
Patimpeng, Kec. Kahu, Kec. Libureng, Kec. Dua Boccoe, Kec. Tellu Siattinge,
Kec. Cenrana, Kec. Ajangale, Kec. Awangpone, Kec. Mare, Kec. Tonra, Kec. Cina,
Kec. Sibulue, Kec. Ponre, Kec. Kajuara, Kec. Lappariaja dan Kec. Bengo. Adapun kami
ditempatkan pada Kecamatan Awangpone dengan
jumlah mahasiswa sebanyak 105 orang.
Mahasiswa
di Kecamatan Awangpone ini kemudian disebar ke Kelurahan Maccope. Yang
kemudian disebar kedalam 13 Desa (Mallari, Kading,
Cakkebone, Kajuara, Carigading, Unra, Mappaloulaweng, Matuju, Cumpiga,
Abbanuang, Awolagading, Carebbu dan Bulumpare) telah dipersiapkan untuk
menjadi tempat posko KKN di Kecamatan Awangpone. Adapun kami ditempatkan di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.
B.
Tujuan
KKN
1.
Tujuan Umum
Memberikan pendidikan
kepada mahasiswa sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a.
Memberi pengalaman belajar tentang
pembangunan masyarakat dan pengalaman kerja nyata pembangunan
b.
Menjadikan lebih dewasanya kepribadian
mahasiswa dan bertambah luasnya wawasan mahasiswa
c.
Memacu pemberdayaan masyarakat dengan
menumbuhkan motivasi kekuatan diri sendiri
d.
Mendekatkan perguruan tinggi kepada
mayarakat
C.
Sasaran
KKN
Manfaat yang
dapat diperoleh dari kegiatan KKN yaitu :
1.
Bagi Mahasiswa
a. Memperdalam pengertian dan
penghayatan mahasiswa tentang pemanfaatan ilmu, teknologi dan seni yang
dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan.
b. Mendewasakan cara berpikir
serta meningkatkan daya penalaran mahasiswa dalam melakukan penelaahan,
perumusan, dan pemecahan masalah secara pragmatis ilmiah.
c. Memberikan keterampilan
kepada mahasiswa untuk melaksanakan pembangunan dan pengembangan masyarakat
berdasarkan IPTEKS secara interdisipliner atau antar sektor.
2. Masyarakat bersama Pemerintah Daerah/Institusi
a. Memperoleh bantuan pemikiran
dan tenaga, serta IPTEKS dalam
merencanakan dan melaksanakan pembangunan.
b. Memperoleh cara-cara baru
yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan, dan melaksanakan pembangunan.
c. Terbentuknya kader-kader
penerus pembangunan di dalammasyarakat sehingga terjamin kelanjutan upaya
pembangunan.
3. Perguruan Tinggi
a.
Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian
mahasiswa dengan proses pambangunan di tengah-tengah masyarakat, sehingga
kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang ada di Perguruan
Tinggi dapat disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan.
b.
Memperoleh berbagai kasus yang berharga yang dapat
digunakan sebagai contoh dalam memberikan materi perkuliahan dan berbagai
masalah untuk pengembangan penelitian.
c.
Meningkatkan, memperluas, dan mempererat kerjasama dengan
instansi serta departemen lain melalui rintisan kerjasama dari mahasiswa yang
melaksanakan KKN.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis
Desa Cumpiga dengan luas wilayah 3 km2, merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Awangpone. Desa ini berbatasan dengan Desa Awolagading di Sebelah utara, Desa Jaling dan Lappoase di sebelah timur, Desa
Lappoase dan Desa Abbanuang di sebelah selatan dan di sebelah barat Desa Abbanuang.
Desa Cumpiga terbagi atas 3 Dusun yakni Dusun
Bontosua, Dusun Cumpiga dan Dusun Baranasing. Desa ini berada pada
wilayah dan topografinya adalah dataran.
B. Penduduk
Berdasarkan estimasi penduduk data
Sensus penduduk 2012, pada tahun 2012 terdapat 1.123 orang tercatat sebagai
penduduk Desa Cumpiga, dengan jumlah Kepala
Keluarga sebanyak 264. Penduduk di Desa ini
terdiri dari 604 perempuan dan 521 laki-laki.
C. Pendidikan
Dalam hal pendidikan, Desa Cumpiga memiliki fasilitas
pendidikan yang masih kurang lengkap. Sampai dengan tahun 2014, di Desa Cumpiga hanya terdapat satu Sekolah Dasar dan
satu Sekolah Menengah Pertama.
D. Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Cumpiga
cukup memadai, dengan adanya 1 buah Polindes (Posyandu Lingkungan Desa).
E. Perumahan dan Lingkungan
Kondisi perumahan dan lingkungan di Desa Cumpiga
cukup memadai dan sangat ramah lingkungan sebab lingkungannya masih sangat
alami dan cukup jauh dari perkotaan sehingga lingkungannya tidak terkontaminasi
dengan polusi-polusi udara yang terjadi diperkotaan.
F. Agama
Mayoritas penduduk Desa Cumpiga
beragama Islam. Untuk melakukan kegiatan keagamaan di Desa ini terdapat tiga masjid yang
tersebar disetiap dusun.
G. Pertanian dan Pekebunan
Desa Cumpiga merupakan salah satu daerah
penghasil padi di Kecamatan Awangpone. Tercatat 221 orang dengan status kepemilikan sawah.
Selain itu tercatat pula 183 orang dengan status kepemilikan kebun.
H. Tambak
Penduduk desa ini juga memiliki usaha Tambak. Tercatat 33 kepemilikan tambak di Desa Cumpiga.
I. Perdagangan
Sektor perdagangan di Desa Cumpiga terdiri dari perdagangan
perorangan yakni warung atau kios yang terdiri dari tujuh kios, satu pasar
desa dan
terdapat pula empat pabrik penggilingan padi.
J. Transportasi dan Komunikasi
Pada umumnya alat transportasi di desa Cumpiga berupa kendaraan pribadi roda empat dan kendaraan
roda dua. Tercatat 163 kepemilikan
motor dan 21 kepemilikan mobil. Sedangkan kondisi jalan di Desa Cumpiga sebagian beraspal mulus dan sebagian sudah diaspal namun
membutuhkan perbaikan.
Selain itu fasilitas komunikasi di dukung dengan oleh adanya sinyal
telepon seluler yang sudah terjangkau diseluruh Wilayah Desa Cumpiga. Diketahui
kepemilikan handphone sebanyak 179 orang dan penggunaan internet sebanyak
delapan orang.
K. Struktur Pemerintahan Desa
Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa serta seorang Sekretaris Desa (PNS)
yang dibantu oleh Kepala BPD dan Aparat-aparat Desa, serta Bidan Desa, Imam
Desa dan tokoh Masyarakat.
Demikianlah
sekilas gambaran umum Desa Lauwa untuk dijadikan dasar pembangunan dimasa akan
datang dan bekal bagi mahasiswa KKN UNHAS Gel. 87
dengan harapan dapat memberikan arti dan manfaat yang
seluas-luasnya demi kepentinga bersama, utamanya kita sebagai mahasiswa dan
masyarakat secara keseluruhan sebagi pelaku-pelaku pembangunan.
BAB III
IDENTIFIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH
A.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu tahap awal dalam hal
memecahkan suatu perencanaan kegiatan. Masalah - masalah yang ditemukan pada
masyarakat setempat, sangat perlu untuk di identifikasi secara jelas dan
terfokus pada wilayah kerja, dimana sumber daya atau potensi daerah setempat di
jadikan sebagai alat bantu untuk memecahkan dan mengatasi masalah yang ada pada
daerah tersebut.
Adanya identifikasi masalah-masalah yang di hadapi oleh
masyarakat, khusus yang terjadi di Desa Cumpiga, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, memberikan deskripsi atau gambaran yang
jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masalah-masalah tersebut. Oleh
karena itu sebelum merencanakan program
kerja, ditempuh beberapa langkah-langkah berupa obsevasi lapangan,
bersosialisasi dengan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat, pemerintah
setempat, pemuka agama serta melakukan interview dengan masyarakat. Kemudian
menetapkan prioritas masalah dan dimasukkan kedalam rencana program kerja yang
di susun berdasarkan disiplin ilmu dan keahlian serta berdasarkan
pertemuan/seminar dengan masyarakat setempat.
Setelah melakukan observasi lapangan
selama tiga hari di Desa Cumpiga, maka ditemukan masalah sebagai berikut :
1.
Tingkat
Pengetahuan Rendah tentang HIV-AIDS
Dewasa
ini Indonesia mengalami masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks
dibidang kesehatan. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar
adalah penyakit infeksi menular. Indonesia
merupakan salah satu negara yang menghadapi emerging diseases seperti HIV-AIDS.
Mengenai
penyakit HIV-AIDS, penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan
masyarakat dunia termasuk Indonesia, karena disamping belum ditemukan obat dan
vaksin pencegahannya, penyakit ini memiliki window
periode dan fase tanpa gejala (asimtomatik) yang relatif panjang dalam
perjalanan penyakitnya.
Kami
telah melakukan observasi yaitu dengan menyebarkan 26 kuesioner untuk
mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMP Negeri 03 Awangpone mengenai HIV-AIDS.
Adapun hasil analisis dari observasi tersebut yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tingkat Pengetahuan Siswa mengenai HIV-AIDS di SMP Negeri
03 Cumpiga Tahun 2014
Tingkat
Pengetahuan
|
Pre Test
|
Jumlah
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Tinggi
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Rendah
|
26
|
100
|
26
|
100
|
Total
|
26
|
100
|
26
|
100
|
Sumber: Data Primer KKN,
2014
Dari
data tabel 3.1 tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 26 responden, diketahui
semuanya memiliki pengetahuan rendah mengenai HIV-AIDS.
2.
Informasi
yang Keliru mengenai HIV-AIDS
Setelah melakukan observasi dilapangan dan diketahui
bahwa semua responden memiliki pengetahuan yang rendah mengenai HIV-AIDS. Dari
hasil pengumpulan data sebelumnya juga diketahui pula sebagai berikut:
Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Siswa Mendengar HIV-AIDS di Smp
Negeri 03 Awangpone Tahun 2014
Dengar HIV-AIDS
|
Pre Test
|
Jumlah
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Ya
|
24
|
92,3
|
24
|
92,3
|
Tidak
|
2
|
7,7
|
2
|
7,7
|
Total
|
26
|
100
|
26
|
100
|
Sumber:
Data Primer KKN, 2014
Tabel 3.2
menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 92,3% (24 orang) pernah
mendengar tentang HIV-AIDS. Meskipun begitu, bila melihat kembali pada table
3.1 sebelumnya yang menjelaskan bahwa semua responden memiliki pengetahuan yang
rendah mengenai HIV-AIDS. Hal tersebut mungkin terjadi karena remaja memperoleh
informasi yang kurang lengkap bahkan keliru mengenai HIV-AIDS.
B.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang kami temukan
di Desa Cumpiga dan dengan
menyesuaikan dengan kondisi dan sumber daya yang ada di lapangan serta
swadaya maka kami menetapkan upaya pemecahan masalah dengan merumuskan program
kerja sebagai berikut :
1.
Penyuluhan
HIV-AIDS
Penyuluhan kesehatan merupakan
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar
atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara
individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai
tujuan hidup sehat.
Untuk
itu diperlukan penyuluhan HIV-AIDS sebagai program kerja non fisik. Program
kerja ini dimaksudkan untuk membuka wawasan siswa mengenai HIV-AIDS sebagai
pengetahuan dasar, mencegah penularannya serta mencegah terjadinya diskriminasi
terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA).
2.
Pembagian
Leaflet HIV-AIDS
Leaflet
merupakan jenis pamflet atau brosur yang paling populer. Biasanya terdiri dari
satu lembar saja dengan cetakan dua muka. Namun yang khas dari leaflet adalah
adanya lipatan yang membentuk beberapa bagian leaflet seolah-olah merupakan
panel atau halaman tersendiri.
Leaflet
digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah. Dalam hal
ini leaflet menjadi salah satu program kerja fisik yang kami pilih. Leaflet ini
dibuat untuk mengdeskripsikan tentang HIV-AIDS secara lengkap dan menarik agar
mudah dipahami.
Target leaflet
HIV-AIDS ini adalah remaja agar dapat menyesuaikan dan belajar mandiri,
pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagikan
dengan keluarga dan teman. Leaflet tersebut dapat memberikan detail yang tidak
mungkin disampaikan secara lisan pada penyuluhan.
BAB IV
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas
Hasanuddin Gelombang 87 dilaksanakan di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone
Kabupaten Bone tahun 2014 selama 6 minggu mulai tanggal 12 Juli 2014 sampai 23
Agustus 2014.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini merupakan mata
kuliah yang dilaksanakan sekali selama
proses perkuliahan. Melalui mata kuliah KKN ini mahasiswa diharapkan dapat
bersosialisasi dengan masyarakat yang
multiculture. Dengan adanya kegiatan KKN ini mahasiswa dilatih untuk
langsung berhadapan dengan masyarakat dengan mengaplikasikan ilmu-ilmu berupa
teori yang didapatkan di bangku
perkuliahan.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini
bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada mahasiswa sekaligus memberikan manfaat
bagi masyarakat. Kegiatan dari KKN ini merupakan intervensi dari hasil
observasi lapangan yang telah dilakukan setelah tiba dilokasi. Adapun intervesi
yang dijadikan sebagai program kerja yaitu penyuluhan HIV-AIDS dan pembagian
leaflet HIV-AIDS. Adapun hasil-hasil kegiatan intervensi yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut.
A.
Hasil Kegiatan
1.
Penyuluhan
HIV-AIDS
Intervensi non fisik
adalah suatu kegiatan yang hasil akhir atau prosesnya tidak menghasilkan
sesuatu yang nyata dalam jangka waktu yang cukup pendek, namun akan terlihat dalam
jangka waktu yang panjang.
Intervensi non fisik yang
kami lakukan pada saat KKN di Desa Cumpiga adalah penyuluhan tentang HIV-AIDS. Penyuluhan ini dilaksanakan di SMP Negeri 03 Awangpone pada
hari Selasa 5 sampai 7 Agustus 2014.
Adapun tujuan dari
kegiatan penyuluhan kami ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa
tentang HIV-AIDS yang masih dianggap tabuh dimasyarakat. Sasaran penyuluhan HIV-AIDS ini adalah semua siswa SMP
Negeri 03 Awangpone. Jumlah kelas yang diberi penyuluhan yaitu sebanyak 8 kelas
dengan jumlah peserta yang hadir kurang lebih sebanyak 200 siswa. Peserta yang diberi
penyuluhan tentang HIV-AIDS merupakan semua siswa kelas delapan dan kelas
Sembilan.
Sebelum pelaksanaan
kegiatan penyuluhan ini, kami melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah agar mampu
mengkoordinir siswanya untuk berpartisipasi sebagai peserta penyuluhan serta
memfasilitasi tempat penyuluhan.
Kegiatan penyuluhan
diawali dengan perkenalan oleh moderator, kemudian membagikan pre-test (10 pertanyaan tentang
pengetahuan HIV-AIDS) kepada beberapa peserta sebagai sampel untuk mengukur
pengetahuan dasar peserta penyuluhan., dan selanjutnya materi dipaparkan oleh
pemateri. Materi yang diberikan terkait dengan pengertian HIV-AIDS, proses HIV
menjadi AIDS, prinsip penularan, jalur penularan serta pencegahan HIV-AIDS.
Setelah pemberian materi diadakan pemutaran video mengenai HIV-AIDS.
Selanjutnya sesi tanya-jawab terkait materi yang diberikan. Setelah sesi
tanya-jawab selesai, dilakukanlah post test, untuk mengukur bagaimana
pengetahuan responden sebelumnya setelah
diberi penyuluhan. Kemudian dilakukan pemberian reward kepada 2 peserta
teraktif disetiap kelas pada saat materi
dan sesi tanya-jawab berlangsung.
Berikut ini hasil distribusi tingkat pengetahuan siswa
sebelum dan sesudah penyuluhan HIV-AIDS yang telah dilaksanakan:
Tabel 5.1
Distribusi Tingkat
Pengetahuan Responden Penyuluhan HIV-AIDS
SMP Negeri 03 Tahun 2014
Tingkat
Pengetahuan
|
Pre Test
|
Post test
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Tinggi
|
0
|
0
|
25
|
96,2
|
Rendah
|
26
|
100
|
1
|
3,8
|
Total
|
26
|
100
|
26
|
100
|
Sumber: Data Primer KKN, 2014
Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa hasil pre test
yang diberikan sebelum penyuluhan menunjukkan bahawa semua responden yaitu 100%
(26 orang) memiliki pengetahuan rendah mengenai HIV-AIDS. Sedangkan hasil post-test
yang diberikan setelah penyuluhan menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yaitu 96,2% (25 orang) memiliki
pengetahuan tinggi mengenai HIV-AIDS.
2.
Pembagian
Leaflet HIV-AIDS
Intervensi fisik yang kami lakukan dalam hal berupa pembagian
leaflet HIV-AIDS. Pembagian leaflet ini dilakukan pada hari Selasa 5 Agustus
2014 bertempat di SMP Negeri 03 Awangpone. Leaflet ini memberikan informasi
dasar mengenai HIV-AIDS yaitu berupa pengertian, penyebab, penularan dampak
serta pencegahannya. Dari kegiatan ini terlihat antusias siswa yang ingin
mengetahui mengenai HIV-AIDS yang masih dianggap tabuh dimasyarakat.
B.
Faktor Pendukung dan Penghambat
1.
Faktor
Pendukung
Faktor pendukung
dalam pelaksanaan kegiatan yaitu :
a.
Pihak Pemerintah Setempat
Pemerintah setempat memilki sikap
terbuka dalam memberikan izin untuk melaksanakan program kerja pada Desa Cumpig
Kec. Awangpone Kab. Bone.
b.
Pihak masyarakat
Tingginya partisipasi masyarakat dalam
mendukung kegiatan KKN seperti seminar awal dan seminar akhir.
c.
Pihak Mahasiswa
Terjalinnya kerjasama yang baik antar peserta
KKN yang multidispliner sehingga memberikan semangat dalam melaksanakan
berbagai program kerja individu dalam hal ini baik fisik maupun non fisik di
institusi pendidikan.
2.
Faktor
Penghambat
Faktor
penghambat dalam pelaksanaan program kerja individu KKN yaitu keadaan cuaca
yang tidak mendukung pada beberapa waktu
menyebabkan kegiatan intervensi tidak berjalan sesuai agenda yang
direncanakan.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pelaksanaan
program kerja yang telah dilaksanakan selama hampir dua bulan di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone, antara lain :
1.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk pendidikan yang
memberikan pengalaman kerja setiap individu dalam memperoleh pengalaman
dilapangan baik secara teknis maupun teori.serta kemampuan yang dimiliki oleh
setiap peserta KKN yang berada di tengah-tengah masyarakat dalam menyelesaikan
permasalahan yang dialami masyarakat setempat.
2.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah sebuah pelajaran yang
tidak di dapatkan dalam perkuliahan, sebab KKN mahasiswa dapat mematangkan
kepribadian dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam kehidupan sosial
masyarakat.
3.
Bentuk kerjasama dengan TNI pada gelombang KKN kali ini
sangatlah besar manfaatnya. Interaksi mahasiwa-Babinsa TNI sangatlah erat dan
kami sangat terbantu dengan adanya sumbangsih setiap Babinsa
4.
Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan KKN khususnya di
Desa Cumpiga cukup baik.
5.
Mata Pencarian warga Desa Cumpiga mayoritas Petani.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan demi perkembangan dan
kemajuan pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di masyarakat guna peningkatan
produktivitas kegiatan program kerja di lapangan, antara lain :
1.
Sebaiknya sebelum mahasiswa terjun ke lapangan diberikan
terlebih dahulu gambaran lokasi dan keadaan pola prilaku masyarakat sehingga
memudahkan dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
2.
Sebaiknya Mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) diberikan lebih banyak materi pengenalan lapangan sehingga
memudahkan asimilasi mahasiswa terhadap kebiasaan masyarakat setempat.
3.
Diperlukan perhatian dan kerjasama yang baik antara
masyarakat dan anak KKN demi terciptanya suasana yang mendukung. Dalam artian
masyarakat jangan hanya menyetujui program kerja mahasiswa tetapi dapat juga
berperan secara aktif didalamnya.
4.
Bentuk kerjasama antara pihak kampus dengan KODAM VII
Wirabuana perlu ditingkatkan. Diupayakan setiap kegiatan KKN selalu
terintegrasi dengan kegiatan dari pihak TNI.
No comments:
Post a Comment