Tuesday, August 19, 2014

Laporan KKN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kuliah Kerja Nyata adalah Salah satu persyaratan Perguruan Tinggi untuk menyelesaikan studi sarjana. KKN bersifat Pengabdian pada Masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, maka UNHAS selaku perguruan tinggi bersama beberapa perguruan tinggi lainnya menjadi pelopor dalam suatu bentuk kegiatan pengabdian pada masyarakat yang bernama Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Kuliah kerja nyata (KKN) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di luar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-masalah pembangunan yang dihadapi. KKN dilaksankan oleh perguruan tinggi  dalam upayanya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa, dan untuk menambahkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi.

Kuliah kerja nyata (KKN) muncul dari konsep atas kesadaran mahasiswa sebagai calon sarjana untuk dapat memanfaatkan sebagian waktu belajarnya disamping di ruang kuliah dan perpustakaan juga dapat bekerja menyumbangkan pengetahuan dan ilmu yang telah diperolehnya secara langsung dalam membantu memecahkan dan melaksanakan pembangunan di dalam kehidupan masyarakat. KKN merupakan suatu bentuk kegiatan yang memadukan darma pendidikan dan Pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada  masyarakat sekaligus dalam suatu kegiatan.
Kuliah Kerja Nyata Reguler Universitas Hasanuddin telah memasuki gelombang ke-87 dalam pelaksanaannya tahun ini yang bertemakan Pengembangan Keilmuan Sosial dan Budaya Berbasis Kearifan Lokal dan Nasionalisme. Sebanyak 3299 mahasiswa dari berbagai interdisiplin ilmu turut berpartisipasi dalam KKN Reguler Gelombang ini. Terdapat tiga kabupaten yang menjadi daerah tujuan KKN Gelombang 87, yakni Kab. Bone, Kab. Pinrang dan Kab.Enrekang.
Kabupaten Bone Merupakan salah satu daerah tempat pelaksanaan kegiatan KKN tahun ini. Banyaknya Potensi yang dimiliki oleh kabupaten Bone menjadikan kabupaten ini sangat relevan untuk dijadikan tempat mahasiswa akan melaksankan Kuliah Kerja Nyata.  Terdapat Dua Puluh Lima kecamatan yang menjadi tempat mahasiswa mengabdi kepada masyarakat. Kecamatan tersebut diantaranya: Kec. Tanete Riattang Timur, Kec. Tanete Riattang Barat, Kec. Barebbo, Kec. Palakka, Kec. Ulaweng, Kec. Amali, Kec. Tellu Limpoe, Kec. Lamuru, Kec. Bontocani, Kec. Patimpeng, Kec. Kahu, Kec. Libureng, Kec. Dua Boccoe, Kec. Tellu Siattinge, Kec. Cenrana, Kec. Ajangale, Kec. Awangpone, Kec. Mare, Kec. Tonra, Kec. Cina, Kec. Sibulue, Kec. Ponre, Kec. Kajuara, Kec. Lappariaja dan Kec. Bengo. Adapun kami ditempatkan pada Kecamatan Awangpone dengan jumlah mahasiswa sebanyak 105 orang.
Mahasiswa di Kecamatan Awangpone ini kemudian disebar ke Kelurahan Maccope. Yang kemudian disebar kedalam 13 Desa (Mallari, Kading, Cakkebone, Kajuara, Carigading, Unra, Mappaloulaweng, Matuju, Cumpiga, Abbanuang, Awolagading, Carebbu dan Bulumpare) telah dipersiapkan untuk menjadi tempat posko KKN di Kecamatan  Awangpone. Adapun kami ditempatkan di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.
B.     Tujuan KKN
1.      Tujuan Umum
Memberikan pendidikan kepada mahasiswa sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat.
2.      Tujuan Khusus
a.       Memberi pengalaman belajar tentang pembangunan masyarakat dan pengalaman kerja nyata pembangunan
b.      Menjadikan lebih dewasanya kepribadian mahasiswa dan bertambah luasnya wawasan mahasiswa
c.       Memacu pemberdayaan masyarakat dengan menumbuhkan motivasi kekuatan diri sendiri
d.      Mendekatkan perguruan tinggi kepada mayarakat
C.    Sasaran KKN
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan KKN yaitu :
1.      Bagi Mahasiswa
a.       Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang pemanfaatan ilmu, teknologi dan seni yang dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan.
b.      Mendewasakan cara berpikir serta meningkatkan daya penalaran mahasiswa dalam melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah secara pragmatis ilmiah.
c.       Memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk melaksanakan pembangunan dan pengembangan masyarakat berdasarkan  IPTEKS secara interdisipliner atau antar sektor.
2.      Masyarakat bersama Pemerintah Daerah/Institusi
a.       Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga, serta IPTEKS dalam   merencanakan dan melaksanakan pembangunan.
b.      Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan, dan melaksanakan pembangunan.
c.       Terbentuknya kader-kader penerus pembangunan di dalammasyarakat sehingga terjamin kelanjutan upaya pembangunan.
3.      Perguruan Tinggi
a.       Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa dengan proses pambangunan di tengah-tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang ada di Perguruan Tinggi dapat disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan.
b.      Memperoleh berbagai kasus yang berharga yang dapat digunakan sebagai contoh dalam memberikan materi perkuliahan dan berbagai masalah untuk pengembangan penelitian.
c.       Meningkatkan, memperluas, dan mempererat kerjasama dengan instansi serta departemen lain melalui rintisan kerjasama dari mahasiswa yang melaksanakan KKN.


BAB II
GAMBARAN UMUM

A.    Kondisi Geografis
Desa Cumpiga dengan luas wilayah 3 km2, merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Awangpone. Desa ini berbatasan dengan Desa Awolagading di Sebelah utara, Desa Jaling dan Lappoase di sebelah timur, Desa Lappoase dan Desa Abbanuang di sebelah selatan dan di sebelah barat Desa Abbanuang.
Desa Cumpiga terbagi atas 3 Dusun yakni Dusun Bontosua, Dusun Cumpiga dan Dusun Baranasing. Desa ini berada pada wilayah dan topografinya adalah dataran.
B.     Penduduk
Berdasarkan estimasi penduduk  data Sensus penduduk 2012, pada tahun 2012 terdapat 1.123 orang tercatat sebagai penduduk Desa Cumpiga, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 264. Penduduk di Desa ini terdiri dari 604 perempuan  dan 521 laki-laki.
C.    Pendidikan
Dalam hal pendidikan, Desa Cumpiga memiliki fasilitas pendidikan yang masih kurang lengkap. Sampai dengan tahun 2014, di Desa Cumpiga hanya terdapat satu Sekolah Dasar dan satu Sekolah Menengah Pertama.
D.    Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Cumpiga cukup memadai, dengan adanya 1 buah Polindes (Posyandu Lingkungan Desa).

E.     Perumahan dan Lingkungan
Kondisi perumahan dan lingkungan di Desa Cumpiga cukup memadai dan sangat ramah  lingkungan sebab lingkungannya masih sangat alami dan cukup jauh dari perkotaan sehingga lingkungannya tidak terkontaminasi dengan polusi-polusi udara yang terjadi diperkotaan.
F.     Agama
Mayoritas penduduk Desa Cumpiga beragama Islam. Untuk melakukan kegiatan keagamaan di Desa ini terdapat tiga masjid yang tersebar disetiap dusun.
G.    Pertanian dan Pekebunan
Desa Cumpiga merupakan salah satu daerah penghasil padi di Kecamatan Awangpone. Tercatat 221 orang dengan status kepemilikan sawah. Selain itu tercatat pula 183 orang dengan status kepemilikan kebun.
H.    Tambak
Penduduk desa ini juga memiliki usaha Tambak. Tercatat 33 kepemilikan tambak di Desa Cumpiga.
I.       Perdagangan
Sektor perdagangan di Desa Cumpiga terdiri dari perdagangan perorangan yakni warung atau kios yang terdiri dari tujuh kios, satu pasar desa dan terdapat pula empat pabrik penggilingan padi.
J.      Transportasi dan Komunikasi
Pada umumnya alat transportasi di desa Cumpiga berupa kendaraan pribadi roda empat dan kendaraan roda dua. Tercatat 163 kepemilikan motor dan 21 kepemilikan mobil. Sedangkan kondisi jalan di Desa Cumpiga sebagian beraspal mulus dan sebagian sudah diaspal namun membutuhkan perbaikan.
Selain itu fasilitas komunikasi di dukung dengan oleh adanya sinyal telepon seluler yang sudah terjangkau diseluruh Wilayah Desa Cumpiga. Diketahui kepemilikan handphone sebanyak 179 orang dan penggunaan internet sebanyak delapan orang.
K.    Struktur Pemerintahan Desa
Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa serta seorang Sekretaris Desa (PNS) yang dibantu oleh Kepala BPD dan Aparat-aparat Desa, serta Bidan Desa, Imam Desa dan tokoh Masyarakat.
Demikianlah sekilas gambaran umum Desa Lauwa untuk dijadikan dasar pembangunan dimasa akan datang dan bekal bagi mahasiswa KKN UNHAS Gel. 87 dengan harapan dapat memberikan arti dan manfaat yang seluas-luasnya demi kepentinga bersama, utamanya kita sebagai mahasiswa dan masyarakat secara keseluruhan sebagi pelaku-pelaku pembangunan.

  
BAB III
IDENTIFIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH

A.    Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu tahap awal dalam hal memecahkan suatu perencanaan kegiatan. Masalah - masalah yang ditemukan pada masyarakat setempat, sangat perlu untuk di identifikasi secara jelas dan terfokus pada wilayah kerja, dimana sumber daya atau potensi daerah setempat di jadikan sebagai alat bantu untuk memecahkan dan mengatasi masalah yang ada pada daerah tersebut.
Adanya identifikasi masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat, khusus yang terjadi di Desa Cumpiga, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,  memberikan deskripsi atau gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu sebelum  merencanakan program kerja, ditempuh beberapa langkah-langkah berupa obsevasi lapangan, bersosialisasi dengan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat, pemerintah setempat, pemuka agama serta melakukan interview dengan masyarakat. Kemudian menetapkan prioritas masalah dan dimasukkan kedalam rencana program kerja yang di susun berdasarkan disiplin ilmu dan keahlian serta berdasarkan pertemuan/seminar dengan masyarakat setempat.


Setelah melakukan observasi lapangan selama tiga hari di Desa Cumpiga, maka ditemukan masalah sebagai berikut :
1.      Tingkat Pengetahuan Rendah tentang HIV-AIDS
Dewasa ini Indonesia mengalami masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks dibidang kesehatan. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular. Indonesia merupakan salah satu negara yang menghadapi emerging diseases seperti HIV-AIDS.
Mengenai penyakit HIV-AIDS, penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia termasuk Indonesia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin pencegahannya, penyakit ini memiliki window periode dan fase tanpa gejala (asimtomatik) yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya.
Kami telah melakukan observasi yaitu dengan menyebarkan 26 kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMP Negeri 03 Awangpone mengenai HIV-AIDS. Adapun hasil analisis dari observasi tersebut yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tingkat Pengetahuan Siswa mengenai HIV-AIDS di SMP Negeri 03 Cumpiga Tahun 2014
Tingkat
Pengetahuan
Pre Test
Jumlah
n
%
n
%
Tinggi
0
0
0
0
Rendah
26
100
26
100
Total
26
100
26
100
Sumber: Data Primer KKN, 2014
Dari data tabel 3.1 tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 26 responden, diketahui semuanya memiliki pengetahuan rendah mengenai HIV-AIDS.
2.      Informasi yang Keliru mengenai HIV-AIDS
Setelah melakukan observasi dilapangan dan diketahui bahwa semua responden memiliki pengetahuan yang rendah mengenai HIV-AIDS. Dari hasil pengumpulan data sebelumnya juga diketahui pula sebagai berikut:
 Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Siswa Mendengar HIV-AIDS di Smp Negeri 03 Awangpone Tahun 2014
Dengar HIV-AIDS
Pre Test
Jumlah
n
%
n
%
Ya
24
92,3
24
92,3
Tidak
2
7,7
2
7,7
Total
26
100
26
100
Sumber: Data Primer KKN, 2014
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 92,3% (24 orang) pernah mendengar tentang HIV-AIDS. Meskipun begitu, bila melihat kembali pada table 3.1 sebelumnya yang menjelaskan bahwa semua responden memiliki pengetahuan yang rendah mengenai HIV-AIDS. Hal tersebut mungkin terjadi karena remaja memperoleh informasi yang kurang lengkap bahkan keliru mengenai HIV-AIDS.
B.     Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang kami temukan di Desa Cumpiga dan dengan menyesuaikan dengan kondisi dan sumber daya yang ada di lapangan serta swadaya  maka kami menetapkan upaya  pemecahan masalah dengan merumuskan program kerja sebagai berikut :
1.      Penyuluhan HIV-AIDS
Penyuluhan kesehatan merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
Untuk itu diperlukan penyuluhan HIV-AIDS sebagai program kerja non fisik. Program kerja ini dimaksudkan untuk membuka wawasan siswa mengenai HIV-AIDS sebagai pengetahuan dasar, mencegah penularannya serta mencegah terjadinya diskriminasi terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA).
2.      Pembagian Leaflet HIV-AIDS
Leaflet merupakan jenis pamflet atau brosur yang paling populer. Biasanya terdiri dari satu lembar saja dengan cetakan dua muka. Namun yang khas dari leaflet adalah adanya lipatan yang membentuk beberapa bagian leaflet seolah-olah merupakan panel atau halaman tersendiri.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah. Dalam hal ini leaflet menjadi salah satu program kerja fisik yang kami pilih. Leaflet ini dibuat untuk mengdeskripsikan tentang HIV-AIDS secara lengkap dan menarik agar mudah dipahami.
Target leaflet HIV-AIDS ini adalah remaja agar dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan teman. Leaflet tersebut dapat memberikan detail yang tidak mungkin disampaikan secara lisan pada penyuluhan.
  
BAB IV
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

Kegiatan  Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Hasanuddin Gelombang 87 dilaksanakan di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone tahun 2014 selama 6 minggu mulai tanggal 12 Juli 2014 sampai 23 Agustus 2014.
Kegiatan  Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini merupakan mata kuliah yang dilaksanakan  sekali selama proses perkuliahan. Melalui mata kuliah KKN ini mahasiswa diharapkan dapat bersosialisasi dengan masyarakat yang multiculture. Dengan adanya kegiatan KKN ini mahasiswa dilatih untuk langsung berhadapan dengan masyarakat dengan mengaplikasikan ilmu-ilmu berupa teori yang didapatkan  di bangku perkuliahan.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada mahasiswa sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat. Kegiatan dari KKN ini merupakan intervensi dari hasil observasi lapangan yang telah dilakukan setelah tiba dilokasi. Adapun intervesi yang dijadikan sebagai program kerja yaitu penyuluhan HIV-AIDS dan pembagian leaflet HIV-AIDS. Adapun hasil-hasil kegiatan intervensi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
A.    Hasil Kegiatan
1.      Penyuluhan HIV-AIDS
Intervensi non fisik adalah suatu kegiatan yang hasil akhir atau prosesnya tidak menghasilkan sesuatu yang nyata dalam jangka waktu yang cukup pendek, namun akan terlihat dalam jangka waktu yang panjang.
Intervensi non fisik yang kami lakukan pada saat KKN di Desa Cumpiga adalah penyuluhan tentang HIV-AIDS. Penyuluhan ini dilaksanakan di SMP Negeri 03 Awangpone pada hari Selasa 5 sampai 7 Agustus 2014.
Adapun tujuan dari kegiatan penyuluhan kami ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS yang masih dianggap tabuh dimasyarakat. Sasaran penyuluhan HIV-AIDS ini adalah semua siswa SMP Negeri 03 Awangpone. Jumlah kelas yang diberi penyuluhan yaitu sebanyak 8 kelas dengan jumlah peserta yang hadir kurang lebih sebanyak 200 siswa. Peserta yang diberi penyuluhan tentang HIV-AIDS merupakan semua siswa kelas delapan dan kelas Sembilan.
Sebelum pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini, kami melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah agar mampu mengkoordinir siswanya untuk berpartisipasi sebagai peserta penyuluhan serta memfasilitasi tempat penyuluhan.
Kegiatan penyuluhan diawali dengan perkenalan oleh moderator, kemudian  membagikan pre-test (10 pertanyaan tentang pengetahuan HIV-AIDS) kepada beberapa peserta sebagai sampel untuk mengukur pengetahuan dasar peserta penyuluhan., dan selanjutnya materi dipaparkan oleh pemateri. Materi yang diberikan terkait dengan pengertian HIV-AIDS, proses HIV menjadi AIDS, prinsip penularan, jalur penularan serta pencegahan HIV-AIDS. Setelah pemberian materi diadakan pemutaran video mengenai HIV-AIDS. Selanjutnya sesi tanya-jawab terkait materi yang diberikan. Setelah sesi tanya-jawab selesai, dilakukanlah post test, untuk mengukur bagaimana pengetahuan responden sebelumnya setelah diberi penyuluhan. Kemudian dilakukan pemberian reward kepada 2 peserta teraktif  disetiap kelas pada saat materi dan sesi tanya-jawab berlangsung.
Berikut ini hasil distribusi tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah penyuluhan HIV-AIDS yang telah dilaksanakan:
Tabel 5.1
Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Penyuluhan HIV-AIDS
SMP Negeri 03 Tahun 2014
Tingkat
Pengetahuan
Pre Test
Post test
n
%
n
%
Tinggi
0
0
25
96,2
Rendah
26
100
1
3,8
Total
26
100
26
100
                 Sumber: Data Primer KKN, 2014
Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa hasil pre test yang diberikan sebelum penyuluhan menunjukkan bahawa semua responden yaitu 100% (26 orang) memiliki pengetahuan rendah mengenai HIV-AIDS. Sedangkan hasil post-test yang diberikan setelah penyuluhan menunjukkan  bahwa sebagian besar responden yaitu 96,2% (25 orang) memiliki pengetahuan tinggi mengenai HIV-AIDS.
2.      Pembagian Leaflet HIV-AIDS
Intervensi fisik yang kami lakukan dalam hal berupa pembagian leaflet HIV-AIDS. Pembagian leaflet ini dilakukan pada hari Selasa 5 Agustus 2014 bertempat di SMP Negeri 03 Awangpone. Leaflet ini memberikan informasi dasar mengenai HIV-AIDS yaitu berupa pengertian, penyebab, penularan dampak serta pencegahannya. Dari kegiatan ini terlihat antusias siswa yang ingin mengetahui mengenai HIV-AIDS yang masih dianggap tabuh dimasyarakat.
B.     Faktor Pendukung dan Penghambat
1.      Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan yaitu :
a.       Pihak Pemerintah Setempat
Pemerintah setempat memilki sikap terbuka dalam memberikan izin untuk melaksanakan program kerja pada Desa Cumpig Kec. Awangpone Kab. Bone.
b.      Pihak masyarakat
Tingginya partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan KKN seperti seminar awal dan seminar akhir.
c.       Pihak Mahasiswa
Terjalinnya kerjasama yang baik antar peserta KKN yang multidispliner sehingga memberikan semangat dalam melaksanakan berbagai program kerja individu dalam hal ini baik fisik maupun non fisik di institusi pendidikan.
2.      Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam pelaksanaan program kerja individu KKN yaitu keadaan cuaca yang tidak mendukung pada beberapa waktu  menyebabkan kegiatan intervensi tidak berjalan sesuai agenda yang direncanakan.
  
BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pelaksanaan program kerja yang telah dilaksanakan selama hampir dua bulan di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone, antara lain :
1.      Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk pendidikan yang memberikan pengalaman kerja setiap individu dalam memperoleh pengalaman dilapangan baik secara teknis maupun teori.serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta KKN yang berada di tengah-tengah masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami masyarakat setempat.
2.      Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah sebuah pelajaran yang tidak di dapatkan dalam perkuliahan, sebab KKN mahasiswa dapat mematangkan kepribadian dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam kehidupan sosial masyarakat.
3.      Bentuk kerjasama dengan TNI pada gelombang KKN kali ini sangatlah besar manfaatnya. Interaksi mahasiwa-Babinsa TNI sangatlah erat dan kami sangat terbantu dengan adanya sumbangsih setiap Babinsa
4.      Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan KKN khususnya di Desa Cumpiga cukup baik.
5.      Mata Pencarian warga Desa Cumpiga mayoritas Petani.
B.     Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan demi perkembangan dan kemajuan pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di masyarakat guna peningkatan produktivitas kegiatan program kerja di lapangan, antara lain :
1.      Sebaiknya sebelum mahasiswa terjun ke lapangan diberikan terlebih dahulu gambaran lokasi dan keadaan pola prilaku masyarakat sehingga memudahkan dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
2.      Sebaiknya Mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) diberikan lebih banyak materi pengenalan lapangan sehingga memudahkan asimilasi mahasiswa terhadap kebiasaan masyarakat setempat.
3.      Diperlukan perhatian dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan anak KKN demi terciptanya suasana yang mendukung. Dalam artian masyarakat jangan hanya menyetujui program kerja mahasiswa tetapi dapat juga berperan secara aktif didalamnya.

4.      Bentuk kerjasama antara pihak kampus dengan KODAM VII Wirabuana perlu ditingkatkan. Diupayakan setiap kegiatan KKN selalu terintegrasi dengan kegiatan dari pihak TNI.

No comments:

Post a Comment